"Oi, Shiroyasha," Kondou menepuk bahu Gintoki. "Terima kasih telah membantu kami."
"Lagi dan lagi," jawab Gintoki. "Terima kasih juga, Kondou-san."
Kondou duduk di samping Gintoki di teras ruang kerjanya di markas besar Shinsengumi. Kondou membawa dua botol sake dan dua gelas kecil. Dia meletakkannya di antara dirinya dan Gintoki.
"Aku sarankan agar Kagura dirawat di sini saja sampai besok. Kalau kalian pulang, tentu merepotkan untuk kembali menemui tim dokter dari kami," ujar Kondou sambil memberikan Gintoki sebotol sake.
Gintoki menerima botol sake yang diberikan Kondou. "Yah, satu malam aku rasa cukup."
"Oi, oi," Hijikata berdiri di belakang Kondou dan Gintoki sambil memegang sebotol sake. "Oni no Fukucho tidak diajak untuk melakukan selebrasi?"
"Kau dengar ada suara orang nyeret sandal, Kondou-san?" tanya Gintoki.
"Tidak. Aku hanya mendengar desahan anjing yang sedang kawin barusan," jawab Kondou.
"Oi," Hijikata terlihat kesal.
Kondou menatap Hijikata dan Gintoki secara bergantian. "Bersulang. Untuk Okita Sougo."
Ketiganya menenggak sake langsung dari botolnya. Hijikata menyeka mulutnya, menyalakan api dari lighter mayonnaise-nya, dan membakar rokoknya.
"Ada apa lagi setelah ini, Kondou-san?" tanya Hijikata sambil mengembuskan asap rokoknya.
Kondou meletakkan botol sake di sebelahnya dan menatap halaman dengan wajah serius. "Kita harus menghabisi para anggota Naraku yang tersisa. Kapan kita sudah mulai menginterogasi mereka?"
"Yamazaki sedang mencatat nama-nama mereka. Jika sudah selesai, Yamazaki akan memanggil kita," jawab Hijikata.
"Oke," Kondou mengangguk. "Aku tak menyangka banyak sekali anggota Naraku yang tersisa. Siapa pemimpinnya, kita belum tahu. Kita akan mendapatkan jawabannya malam ini."
"Kondou-san," Gintoki mengeluarkan kiseru dari saku yukata-nya. "Mungkin Oboro masih hidup."
"Kenapa kau bisa bilang begitu?" tanya Kondou.
"Terakhir, dia berduel dengan Takasugi dan Takasugi kalah. Takasugi bilang pada kita kalau Oboro sudah mati. Tapi, dia sendiri tidak memercayainya. Dia belum benar-benar membunuh Oboro. Dia tidak melakukannya."
"Karena?" tanya Hijikata.
Gintoki mendengus. "Dia tidak ingin membunuhnya seorang diri."
"Oh. Jadi maksudmu, Takasugi ingin kau dan veteran perang Joui lainnya yang membunuh Oboro?"
Gintoki kembali mendengus. "Oboro adalah murid Shouyou-sensei, Toshi. Tapi, dia membekukan guru kami saat Shouyou bertransformasi menjadi Utsuro. Dia benci pada Oboro karena melakukan itu."
"Tidak ada yang tahu keberadaan Shouyou-sensei sampai sekarang. Hanya Oboro yang tahu," ucap Katsura yang tiba-tiba muncul bersama Sakamoto. Keduanya menggenggam botol sake. "Kami mengambil sake dari ruanganmu, Hijikata-san."
Hijikata terlihat kesal. Katsura dan Sakamoto berjalan mendekati Hijikata, Gintoki, dan Kondou.
"Oboro hanya ingin menyelamatkan Shouyou-sensei dari amarahnya. Aku mengerti itu. Dia tahu Utsuro akan menghancurkan dunia. Tapi, Oboro tidak sebaik itu," jelas Katsura.
"Oboro mencuri ide Utsuro untuk menghancurkan dunia. Maka dari itu, dia membekukan Oboro di suatu tempat yang aman dan memimpin para Naraku dengan mengatakannya sebagai perintah Utsuro. Itu benar, tapi caranya saja yang salah," terang Sakamoto.
"Sok tahu," kata Gintoki mengisap kiseru-nya.
"Jelas-jelas kau dengar percakapan kami waktu itu!" teriak Katsura. "Anak buahku yang mengatakannya sesuai dengan perintahku. Percakapan ini terjadi beberapa bulan yang lalu."
"Tahu darimana Utsuro dibekukan?" tanya Kondou.
"Aku hanya sok tahu," jawab Katsura.
"Dih, dia ngambek," kata Gintoki.
"Ah, tidak, tidak. Ini serius. Info itu kami dapat dari anak buah Katsura atas pertolonganku dan timku, Kaientai. Anak buah Katsura mengirimkan kami bukti fotonya, lengkap dengan emoji hati dan..."
"Anak buahku, Saguru, dan tiga orang lainnya melihat Oboro pada malam itu," Katsura memotong omongan Sakamoto. "Mereka melihat Oboro membawa sebuah kotak raksasa dengan teknologi super canggih di pelabuhan. Ada kaca di depannya dan mereka melihat wajah Utsuro di sana, di dalam kotak itu. Mereka membawanya dengan kapal dan meninggalkan Edo."
"Tapi bukan ke Pulau Kokujo," kata Sakamoto. "Mungkin, di pulau lain di sekitar Pulau Kokujo."
"Oke. Toshi, siapkan tim ekspedisi untuk ke sana," kata Kondou. "Kita cari informasi dahulu. Jika sudah beres, kita lakukan penyerbuan dua minggu lagi."
"Bagaimana kalau bulan depan?"
Sougo berdiri di depan pintu dengan Kagura di sebelahnya. Kepala mereka diperban, begitu dengan kedua tangan mereka.
"Sougo!" Kondou berdiri. "Kau harus istirahat!"
Sougo dan Kagura berjalan melewati Katsura dan Sakamoto. Keduanya bersimpuh persis di depan Kondou, dan sujud bersama menghadap sang Kyoukuchou.
"Maafkan aku, Kondou-san," kata Sougo.
"Maafkan Sougo, Kondou-san," kata Kagura.
"A-apa-apaan ini?" Kondou menatap Sougo dan Kagura secara bergantian.
"Aku minta maaf atas kebodohanku karena ingin mengundurkan diri dari Shinsengumi," ucap Sougo. "Aku sadar bahwa aku dibutuhkan oleh Shinsengumi. Maaf karena aku telah melakukan penyerbuan seorang diri untuk menyelamatkan Kagura. Aku sadar bahwa aku tidak bisa hidup layaknya orang-orang biasa."
Sougo menarik napas dalam-dalam. "Aku mencintai pekerjaanku sebagai Shinsengumi Taichou. Izinkan aku menarik perkataanku dan izinkan aku untuk kembali bergabung dengan Shinsengumi."
"Maafkan Sougo, Kondou-san," kata Kagura. "Izinkan Sougo untuk kembali menjalankan tugasnya sebagai Shinsengumi Taichou."
"Tugas apapun yang kau berikan, aku akan kerjakan, Kondou-san," timpal Sougo.
Semua orang terdiam. Kondou tersenyum dan mendengus. "Tatap aku, Sougo."
Sougo kembali duduk, begitu juga Kagura. Kondou pun berjongkok di depan Sougo.
"Aku kehilangan form pemutusan kerjamu. Kau belum keluar dari pekerjaanmu ini," Kondou menepuk bahu Sougo. "Okaeri."
"Okaeri," kata Hijikata.
Sougo menatap Kondou dengan senyuman. Dia pun memberi hormat pada Kondou. "Arigatou, Kyoukuchou."
KAMU SEDANG MEMBACA
Life After War 2
FanfictionKomitmen Sougo kepada Shinsengumi tak bisa diganggu gugat. Sougo menerima untuk ditugaskan di sebuah pulau di luar kota. Konsekuensinya, dia harus meninggalkan Kagura.