Part XVII "SURPRISE"

46 5 0
                                    


Nevand terlihat terburu-buru untuk keluar dari rumah. Wajah Nevand nampak tegang saat menyetir mobilnya. Nevand mengendarai mobilnya dengan kekuatan penuh.

Yani pun begitu dengan didampingi sang suami Yani meluncur ke suatu tempat. Wajah Yani bahkan memerah seperti habis menangis.

Nevand langsung meluncur ke rumah tua yang sudah ramai oleh orang-orang. Dan disana sudah terpasang bendera kuning yang berarti ada orang meninggal. Tidak lama kemudian Yani pun tiba.

Wajah Nevand langsung memerah saat melihat raga Neneknya tergeletak tak bernyawa. Sang Ibu langsung menangis dipelukan Nevand.

"Maafkan mama nak, maaf." Ucap sang mama sesenggukan.

Nevand hanya berdiri mematung tanpa reaksi, perlahan air matanya mengalir dengan derasnya. Sementara Yani langsung syok begitu melihat orang yang selama ini menemaninya. Yani langsung pingsan. Elo pun membawa Yani ke kamar.

Nevand mendekati jenasah sang nenek yang telah terbujur kaku.

"Pasti sakit banget kan? Kenapa tidak pernah cerita ke kami? Kenapa? Nenek bahagia sekarang? Tanpa bilang apa-apa sama aku? Kenapa kau lakukan ini nek. Maafkan aku, aku minta maaf." Ucap Nevand lirih sambil memeluk sang nenek.

Akhirnya prosesi demi prosesi pun dilakukan. Yani masih tidak bisa mengantarkan kepergian jenazah ke liang kubur.

Sepulang dari pemakaman sampai sore hari, Nevand mengurung dirinya dikamar. Tidak ada yang berani membukanya.

Nino, Yua dan Nanda pun datang saat mereka sudah selesai bekerja.

"Kak Yani gimana Kak?" Tanya Nanda ke Elo.

"Dia masih syok, mungkin bentar lagi aku akan bawa dia pulang, kasihan dia sangat lemah." Jawab Elo.

"Nevand mana?" Tanya Nino.

"Dikamar dari tadi siang tidak keluar."

Nino, Nanda dan Yua ikut membantu acara pengajian dirumah Nevand. Sementara Nevand masih mengurung diri dikamarnya. Sang Ayah juga sudah tidak terlihat berduka lagi begitupun dengan sang ibu.

Tepat jam 9 malam, semuanya akhirnya selesai. Para pelayat dan juga anak-anak dari Nenek juga sudah pulang. Tinggal Yua, Nanda , Nino dan Yani juga suaminya. Yani masih lemas dipelukan sang suami.

"Kak, bawa kak Yani pulang, gak baik lama-lama disini." Ucap Yua.

"Iya, ini juga akan aku bawa pulang." Jawab Elo sambil menggendong sang istri sementara Yua membawakan barang-barang mereka.

Setelah mengantar Yani dan suaminya keluar, Yua masuk lagi kedalam, dan menemukan Nanda dan Nino sedang tiduran. Yua tidak melihat kedua orang tua Nevand.

"Kemana mereka?" Tanya Yua.

"Kedalam, masuk kamar." Jawab Nanda sambil tetap memejamkan matanya.

"Oh kalian gak pulang?"

"Siapa yang akan menunggu rumahnya, dalam tradisiku harus ada yang menunggui rumahnya."

"Oh."

Nino dan Nanda sudah tertidur, sementara Yua membersihkan bekas-bekas makanan dan minuman. Mencuci piring dan perabotan yang kotor dan juga menyapu lantai.

Setelah semuanya bersih, Yua langsung kepikiran Nevand yang dari tadi siang belum makan sesuatu. Lalu Yua menyiapkan makan malam untuk Nevand dan membawanya masuk kekamarnya yang tidak dikunci. Gelap, dan tidak ada suara. Lalu Yua menyalakan lampu kecil kamar dan melihat Nevand sedang tertidur membelakanginya.

Yua mendekati Nevand dan menyelimuti Nevand yang masih memejamkan matanya.

"Aku gak tidur." Ucap Nevand membuka matanya.

Yua terlihat kaget saat Nevand berbalik menghadapnya. Wajahnya benar-benar kacau. Mata masih sembab, rambut acak-acakan, wajahnya bahkan tidak terurus.

"Kamu sudah bangun? Daritadi siang kamu belum makan kan? Aku sudah bawakan makan malam untukmu. Bangun dan bersihkan badanmu." Ucap Yua. Nevand hanya mengangguk lemah.

Nevand pun beranjak untuk membersihkan diri. Dia keluar kamar dan mendapati Nanda dan Nino sedang tertidur pulas diruang tamu. Jam juga sudah menunjukkan pukul 12 malam. Nevand hanya tersenyum kecil lalu menuju kamar mandi.

Yua merapikan kamar tidur Nevand. Menyapu dan membereskan kanar. Terlihat foto Nevand dengan sang Nenek yang tadi sempat Nevand peluk. Yua mengusap sebentar foto mereka.

Setelah selesai mandi, Nevand masuk kamarnya dan mendapati Yua sedang membuka-buka album foto nya saat masih kecil.

"Ehem." Ucap Nevand memberi tanda.

"Eh sudah mandinya? Maaf aku gak sengaja lihat tadi." Ucap Yua minta maaf.

Nevand hanya menggeleng saja. Lalu Yua menyiapkan makan malam untuk Nevand.

"Hari ini aku nggak bisa makan." Ujar Nevand.

Yua hanya memandang lembut kearah Nevand. Lalu Nevand duduk dibawah kasur. Dia menenggelamkan wajahnya kepangkuannya sendiri.

Yua pun iba melihat Nevand seperti ini, lalu dia pun juga ikut duduk disamping Nevand.

"Kamu boleh menangis." Ucap Yua. Nevand mendongak dan matanya memang berkaca-kaca. Melihat seperti itu Yua langsung memeluknya menguatkan Nevand. Nevand yang daritadi menahan tangis akhirnya menangis sejadi-jadinya. Yua juga ikut menangis melihat Nevand seperti itu.

Tangisan Nevand membangunkan Nanda dan Nino. Mereka lalu menuju kamarnya Nevand. Mereka melihat Yua yang sedang memeluk Nevand sangat erat. Lalu mereka menutup pintu kamarnya dan kembali ke ruang tamu.

"Gua gak pernah lihat Nevand seperti itu." Ucap Nino membaringkan dirinya di karpet.

"Mungkin ada baiknya juga dia mengeluarkan semuanya. Pasti besok semakin lega." Sambung Nanda.

"Entahlah. Gua capek."

Nino pun tertidur kembali. Sementara Nanda melihat Nino tertidur di karpet menyuruhnya untuk tidur di sofa.

"Jangan tidur di karpet, sini tidur sini."

"Nggak, buat elu aja."

"Kita masih bisa berbagi, gak baik malam-malam tidur cuma diatas karpet doang."

Akhirnya Nino menurut dan duduk disamping Nanda. Mereka mengadahkan kepalanya keatas.

"Kemarin gimana pestanya?" Tanya Nino.

"Ya gitulah."

"Jadi dikenalkan dengan mereka?"

"Gak, semuanya batal, pada ngilang semua. Gua akan tunggu waktu yang tepat untuk memberitahu mereka."

Nino hanya terdiam sambil menutup matanya.

"Rasanya sakit dan sangat sesak saat dia dengan tersenyum manis membicarakan tentangnya dan pasangannya. Tapi inilah jalannya, bagaimanapum persahabatan kami lebih penting saat ini. Akan kubiarkan ini hanya menjadi sebuah kenangan bahwa aki benar-benar pernah bodoh menyukai orang dan tidak bisa mengutarakannya." Ucap Nino dalam hati.

Confession Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang