Smile

42 7 0
                                    


7 hari sudah Nino ditinggal sang Ibu. Kini Nino tinggal bersama Putri di rumah ibunya. Meski berat kini Nino jauh lebih terbiasa mengurusi Putri yang masih sekolah SD itu. Putri juga tidak manja, dia bahkan sudah bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendiri.

Kini Nino mengantar Putri berangkat sekolah. Nino sudah terbiasa sebelum berangkat kerja dia mengantar Putri ke sekolah dulu.

"Hati-hati ya, nanti kalau sudah pulang langsung telpon kakak, jangan pulang sendiri paham?" Ucap Nino.

Putri mengangguk dan langsung mencium pipi Nino dan langsung masuk ke dalam. Nino langsung menuju rumah sakit. Tidak jauh berbeda, semuanya sama saja, memang Nino cuti 3 hari untuk mengurusi pengajian sang Ibu, dan kini dia sudah bisa bekerja.

Nanda yang masih mengantuk tiduran di sofa ruangan mereka, sementara Yua dan Nevand sudah masuk ruang operasi.

"Nggak operasi?" Tanya Nino sambil meletakkan tasnya.

Nanda menggeleng sambil matanya terpejam.

"Tadi malam pulang jam berapa? Jam segini masih ngantuk?"

"Bukan itu, aku baru tidur tadi jam 4 pagi, dan jam 7 udah bangun, pusing."

"Kenapa?"

"Entah, nggak bisa tidur saja."

"Bukankah hari ini kamu free?"

"Iya, aku mau kasih bekal ini buat Putri, nanti makan siang antar ke sekolah. Ya udah aku pulang."

Nino melihat bekalnya bingung. Nanda sudah langsung melarikan diri.

Nino hari ini sangat sibuk dan dia bahkan lupa kalau jam sudab menunjukkan pukul 1 siang. Hp nya ditaruh diruangan sementara dianya sedang berkutat dimeja operasi.

Sekitar jam 3 Nino baru keluar dari ruang operasi dan langsung mengecek hpnya dan ada sms dari Putri bahwa dia sudah bersama Nanda. Nino merasa lega karena Putri tidak pulang sendiri.

Nevand duduk bersandar menyambut terbenamnya matahari tepat di samping rumah sakit. Yua lalu menghampirinya dan ikut duduk disamping Nevand.

"Indah sekali kan?" Ujar Yua membuka percakapan.

Nevand hanya mengangguk setuju.

"Bagaimana perasaanmu kali ini?" Tanya Yua.

Nevand mengernyit memandang Yua penuh tanda tanya.

"Dalam 2 bulan kamu sudah ditinggal 2 orang yang kamu sayangi. Bukankah itu berat?"

Nevand menunduk dan mengusap kepalanya gatal.

"Gak berat, Nino jauh lebih berat. Aku sudah terbiasa hidup sendiri, sementara Nino dia bahkan akan ikut mati jika kita tidak ada disana. Nino tidak sekuat itu."

"Apa kamu baikan sekarang?"

Nevand mengangguk sambil tersenyum manis kearah Yua. Yua pun tiba-tiba merasakan jantungnya berdetak sangat kencang.

"Ehm, yaudah aku mau memeriksa pasienku dan mau siap-siap pulang." Ucap Yua lalu berdiri dan siap berlari.

"Ayo makan malam." Ajak Nevand.

Yua menghentikan niatnya dan membalikkan badannya.

"Makan malam?"

"Iya, ayo makan malam. Berdua."

Yua agak canggung tapi akhirnya dia mengiyakan ajakan Nevand. Lalu Yua buru-buru berjalan karena wajah dia sudah memerah.

Nino sudah berada dirumahnya. Nanda dan Putri sedang asyik nonton tv. Sementara makan malam sudah terhidang diatas meja makan.

"Aku pulang." Ucap Nino.

"Kak, ayo makan. Aku udah lapar." Ajak Putri sambil menggandeng tangan Nino.

Nino melihat ada ayam goreng, sop, tempe goreng dan tumis kangkung.

"Kamu semua yang masak?" Tanya Nino tidak percaya.

"Tadi aku setelah jemput Putri langsung kuajak ke supermarket beli ino, terus tadi masak bareng Putri." Cerita Nanda.

Nino dan Putri kompak mengangkat jempolnya untuk Nanda. Nanda tersenyum bangga.

Nevand sudah menunggu Yua di lobby rumah sakit. Yua datang setelah kurang lebih 30 menit Nevand menunggu.

"Udah lama ya?" Tanya Yua.

"Gak kok, baru setengah jam."

Yua langsung terdiam merasa bersalah. Nevand tersenyum "Ayo." Ajak Nevand.

Nevand dan Yua berjalan beriringan.

Putri, Nino dan Nanda menikmati makan malam bersama. Tertawa bersama, bercanda. Tidak ada raut kesedihan lagi dari wajah Nino dan putri. Nanda juga terlihat larut dalam keluarga kecil Nino.

Yua dan Nevand makan disalah satu restoran mewah. Yua merasa tidak enak karena salah kostum. Mereka berdua malah memakai baju kerja dan belum ganti.

"Kita ke warung makan lainnya ya." Ucap Yua sungkan.

"Kenapa?"

"Bukannya gimana-gimana lihat tuh sekitar pada formal gitu, lhah kita malah kucel bajunya juga lecek lagi. Ayo batalkan reservasinya dan kita keluar."

Nevand melihat-lihat sekelilingnya dan memang benar semuanya memakai pakaian formal dan rapi sementara dia dan Yua hanya memaki pakaian tadi pagi.

"Gak apa, kan kita bayar. Udah jangan pikirin itu. Kita juga gak kenal mereka." Ucap Nevand cuek.

Yua mengernyit dengan sikap cuek Nevand ini.

Setelah makan malam selesai, Putri pamit mau tidur karena ngantuk. Lalu Putri masuk kamar. Nino dan Nanda masih duduk di ruang tengah.

"Gimana hari ini lancar kah?" Tanya Nanda.

"Yap begitulah. Selagi kita fokus bukannya semua akan berjalan dengan lancar." Jawab Nino.

"Aku sempat khawatir saat minggu kemarin. Eh ternyata kamu lebih kuat dari yang kukira."

"Hah! Kuat, masih ada Putri. Seandainya Putri tidak ada mungkin aku akan menyusulnya."

Nanda memandang kaget kearah Nino.

"Aku bahkan lebih rapuh dibandingkan cewek. Saat dulu aku ditinggal Ayah, aku bahkan depresi. Tapi Ibu selalu memberi semangat buatku. Tapi sekarang saat penyemangatku hilang, hanya Putri yang bisa membuatku hidup sampai saat ini." Terang Nino.

Nanda berkaca-kaca mendengar cerita dari Nino. Nanda juga ikut merasakan bagaimana sakit dan perihnya yang dialami Nino selama ini. Nanda menggeser duduknya lebih dekat dengan Nino.

"Mulai sekarang, jangan merasa kamu sendiri. Masih ada aku, masih ada Putri, masih ada Yua dan Nevand. Semuanya ada untukmu. Kalau kamu mau nangis, menangislah jangan ditahan. Kalau mau marah, marahlah lampiaskan semuanya. Ok!"

Nino memandang wajah Nanda dan air matanya mulai keluar. Nanda memeluk Nino dan tangis Nino semakin keras. Nanda memeluk Nino erat dan mengelus-elus rambutnya memberi nya kekuatan. Sementara itu dari balik pintu Putri juga terduduk dibalik pintu sambil menangis mendengar kakaknya tersedu-sedu. Putri menangis sambil menutup mulutnya supaya tidak kedengaran dari luar.

Setelah makan enak Nevand dan Yua memutuskan untuk pulang. Mereka berdua merasa kekenyangan. Yua bahkan berkali-kali mengelus perutnya yang kekenyangan.

"Gimana makanannya?" Tanya Nevand.

"Aku belum pernah makan sabu-sabu. Tapi ini enak banget, tapi porsinya sangat gede, seandainya ada Nino dan  Nanda disini mungkin kita gak akan kekenyangan."

"Baiklah, lain kali kita ajak mereka berdua makan bareng."

Yua mengangguk setuju. Lalu mereka pulang bersama.

Confession Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang