Part XIX "PROBLEM2"

49 6 1
                                    


Nevand langsung memarkir mobilnya didepan rumah tuanya. Dia melihat mobil kakak iparnya sudah terparkir disana. Dia masuk dan langsung melihat Elo babak belur sementara Yani menangis disampingnya. Ayahnya sangat emosi.

"Nevand." Ucap sang Ibu saat melihat Nevand. Semua mata tertuju pada Nevand.

"Ada apa ini?" Tanya Nevand.

Wajah Sang ayah yang masih emosi langsung mendatangi Nevand dan memberi pukulan kearah wajah anaknya itu. Nevand kaget dan terjatuh. Bibir Nevand terlihat berdarah.

"Dasar anak-anak tidak tahu diuntung. Kalian tahu gimana saya membesarkan kalian, tapi ini balasan kalian sama saya hah?" Ucap Ayah emosi.

Yani berdiri langsung menatap tajam ayahnya.

"Sejak kapan kamu membesarkan kami?" Ucap Yani sambil menahan tangis.

Nevand hanya bisa terduduk di lantai melihat wajah Yani yang emosi.

"10 tahun aku banting tulang sendiri, 10 tahun aku dan adikku hidup kekurangan. 10 tahun kami bahkan setiap hari cuma makan mi instan. 10 tahun aku bahkan harus tidur sejam setiap harinya untuk mendapatkan beasiswa. Dan 10 tahun kita tidak pernah kalian peduli sama kami!!." Teriak Yani emosi.

Elo langsung meredakan emosi sang istri.

"Sudah, ayo pulang. Kandunganmu saat ini sangat lemah." Ajak Elo.

"Aku kasih tahu sama kalian, aku gak peduli aku akan jadi anak durhaka. Aku nggak peduli kalian mau mencoretku jadi daftar waris kalian. Aku sudah bahagia dengan hidupku. Sekali lagi kalian mengusikku aku gak akan segan-segan hilang dari hidup kalian." Ancam Yani.

"Hoho. Sudah mulia hidupmu sampai kamu gak akan mengingat kami? Seberapa banyak uangmu? Seberapa besar gajimu? Dasar anak bodoh disuruh meneruskan bisnis ayahnya yang sudah bagus malah milih kawin sama berandalan macam dia." Sindir sang ayah tajam.

"Kamu gak apa menghina bahkan memarahiku. Tapi jangan sekali-kali kamu ngusik suamiku. Berani kamu nyentuh suamiku lagi, ini terakhir kali kita bertemu sebagai anak dan ayah."

"Apa pentingnya itu, saya bahkan sudah melupakan pernah punya anak kalian."

"Hah. Ok, kebetulan jangan cari kami dimasa tuamu." Ucap Yani kasar.

"Jaga bicaramu ke orang tua." Tegur Elo.

"Orang tua? Mana? Dia? Mereka? Meteka bahkan bukan iblis tapi kelakuan kaya jin."

Elo memeluk sang istri menenangkan. Elo merasakan tubuh Yani bergetar sangat hebat menandakan Yani sedang sangat emosi. Yani menangis dipelukan Elo. Sang Ibu hanya bisa menatapnya dengan iba.

Nevand hanya diam saja. Dia bahkan tidak bergerak sedikitpun. Nevand langsung beranjak saat melihat ada darah keluar dari selang kaki Yani. Darah segar yang mengalir dari dress yang dipakai Yani.

"Kak." Seru Nevand.

Elo melepaskan pelukannya dan Yani langsung rubuh seketika. Elo terlihat sangat panik.

"Yani, sayang bangun." Ucap Elo menggoyang-goyangkan tubuh Yani.

Nevand langsung menggendong sang kakak menuju mobilnya dan membawanya ke rumah sakit, sementara Ayah dan Ibunya hanya bisa diam melihat anaknya mengalami pendarahan. Ibu langsung bergegas mengambil jaket dan tasnya.

"Mau kemana kamu?" Tanya Ayah tajam.

"Aku ke rumah sakit sebentar, aku takut Yani kenapa-napa." Jawab Ibu.

"Kamu berani melangkah selangkah keluar, jangan pernah menginjakkan kaki dirumah ku." Ancam Ayah.

Dengan tekad bulat Ibu langsung berlari memanggil taksi.

Sesampai dirumah sakit, Nevand langsung menggendong Yani menuju UGD, sementara Elo mengekorinya dari belakang.

"Ada apa ini?" Tanya dokter Ugd.

"Kakak saya sedang hamil dan dia mengalami pendarahan, tolong periksa apakah ada masalah?" Ucap Nevand.

Sang dokter langsung menutup tirainya dan memeriksanya. Sementara Nevand dengan keadaan sangat kacau menunggunya dengan cemas. Elo bahkan tidak sanggup berdiri dan merosot ke lantai. Dengan tangan yang bergetar dia berdoa.

Sesaat kemudian sang doker keluar dari balik tirai.

"Gimana?" Tanya Nevand.

"Maaf, tapi dr. Yani mengalami keguguran. Emosi dan kelelahan salah satu penyebabnya." Ucap sang Dokter.

Nevand dan Elo sangat syok. Nevand bahkan harus memukul tembok rumah sakit untuk melampiaskan amarahnya. Sementara Elo langsung menangis ditempat. Yani dibawa menuju bangsal untuk perawatan lebih lanjut.

Dari belakang sang ibu langsung menangis mengetahui anak perempuannya mengalami keguguran.

Ibu memanggil Nevand.

"Nevand." Ucap sang Ibu sambil menepuk punggungnya.

Nevand menatap sang Ibu. Terlihat wajah Nevand yang sudah memerah.

Dan kini Nevand duduk di taman rumah sakit berdua.

"Ibu tidak tahu, apa yang selama ini kalian lalui. Berat kan? Maafkan kami, selama ini kami terlalu egois dengan urusan kami, hingga kami tidak pernah menganggap impian kalian." Ucap Ibu sambil menangis.

Nevand hanya diam sambil mengepalkan tangannya.

"Tolong jangan benci kami. Bagaimanapun dia adalah ayahmu. Jangan benci dia. Tolong Ibu nak." Ucap Ibu sambil memegang tangan Nevand memohon.

Air mata Nevand pecah. Dia menangis. Sang Ibu memeluk anak laki-lakinya itu.

"Maafkan Ibu nak. Maafkan ibu."

Nevand hanya diam dipelukan sang Ibu.

Sementara itu Elo hanya menangis dalam diam mengetahui sang istri begitu lemah tak berdaya diatas tempat tidur. Elo memegang tangan Yani sambil tetap berdoa. Yani masih belum sadar. Nevand hanya terpaku didepan pintu kamar kakaknya dirawat. Lalu Nevand berjalan ditengah lorong yang gelap, dia menuju tempat yang bahkan para dokter tidak tahu. Dia menangis disana sekeras-kerasnya, hatinya sakit melihat sang kakak lemas tak berdaya.

Dan kini Ibu dan Ayah sudab berada dibandara menuju Jerman. Ibu yang masih berduka hanya bisa diam saat mereka menuju pesawat.

Confession Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang