Kekuatan

33 5 0
                                    


Nino sedang mengalami krisis mental. Dia hanya duduk menyendiri dan diam. Tidak melakukan apa-apa. Ke 3 temannya bergantian menemaninya. Nino benar-benar pada titik terendahnya.

Nevand baru saja pulang kerja dan langsung menuju kediaman Nino. Dia membawakan sebungkus nasi goreng untuk makan malam Nino, seperti biasa Nino hanya memandang nasi goreng itu tanpa menyentuhnya. Nevand hanya bisa geleng-geleng kepala.

Nevand baru saja mandi dan langsung duduk disamping Nino. Nino menonton tv tapi hanya matanya yang tertuju di tv pikirannya melayang entah kemana. Nevand mematikan tvnya.

"Gak apa Lu diam seperti ini terus. Tapi ini sudah sebulan lebih, apa lu gak takut Putri, Bapak ama Ibu lu disana ikut menangis dengan keadaan lu sekarang? Semuanya kagak ada yang tahu, jika gua sudah digariskan mati sekarang, lewat kejadian apapun gua akan mati."

Nino hanya terdiam.

"Tolong jangan seperti ini. Gua tahu ini berat buat lu, tapi kuatlah demi mereka."

Nino berdiri dan akan meninggalkan Nevand yang masih duduk. Nevand memegang tangan Nino mencegahnya pergi.

"Mau kemana?" Tanya Nevand.

Nino menghempaskan tangan Nevand. Dan berlalu. Nevand mengejarnya dan mencengkram baju Nino, wajah Nevand sudah memerah.

"Mau apa lu? Lu mau mati? Ya udah ayo mati. Mau gua ambilin pisau atau mau gua cekik? Pilih mau yang mana? Atau lu mau gua tabrak mobil gua? Pilih mau yang mana brengsek?" Ucap Nevand emosi. Air mata Nevand bahkan sudah tidak dapat dibendungnya.

Nino menghempaskan tangan Nevand kembali dengan kasar. Nevand lalu memukul Nino sampai terjatuh. Nino merasa kesakitan. Nevand kembali menghajar Nino membabi buta.

Dan kini mereka dengan luka babak belur duduk dikegelapan malam, sambil memandang bintang.

"Kenapa lu gak bunuh gua sekalian?" Ucap Nino.

"Dasar brengsek, bajingan tengik. Apa yang akan lu katakan jika lu bertemu nyokap bokap lu, ketemu Putri? Mereka bahkan malu punya keluarga kayak lu!" Sambar Nevand.

"Gua sudah gak punya siapa-siapa lagi. Orang yang selama ini jadi penyemangat gua hidup sudah pergi, buat apa gua hidup lagi." Ucap Nino terisak.

"Ada gua. Lu juga tahu sekarang gua juga gak punya keluarga. Kak Yani pindah ke luar kota, siapa lagi keluarga gua? Cuma elu keluarga gua, kalau elu ikut ninggalin gua, saat itu juga gua akan mati."

Nino menangis tersedu-sedu. Selama sebulan dia tahan tangisnya dan sekarang dia bisa mengeluarkannya didepan Nevand. Nevand merangkul sahabatnya itu memberi kekuatan. Nanda dan Yua juga melihat keduanya sambil menangis bahagia akhirnya Nino sudah bisa kembali lagi seperti dulu.

Nanda dan Yua menyiapkan makan malam. Meskipun hanya makanan jadi.

"Ayo makan!" Ajak Nanda.

Nino dan Nevand dengan wajah penuh perban duduk di meja makan.

"Lihat, ternyata mereka ganteng juga ya kalau diperban kayak gini." Ucap Nanda bercanda yang sukses mendapatkan tatapan tajam dari Nevand dan Nino. Yua dan Nanda tergelak tawa.

"Bagaimana kalau besok kita hang out bareng." Usul Nanda.

"Kemana?" Tanya Nevand.

"Ya, kemana aja, ya kapan lagi kan kita bisa hang out bareng kayak gini."

"Ke puncak?" Usul Yua.

"Sayang, Puncak hari sabtu? Bisa sampai puncak udah bersyukur banget." Sergap Nanda.

"Ke rumah gua aja tidur." Ucap Nevand yang mendapat pukulan dari Nanda.

Nino hanya tersenyum melihat tingkah ke 3 sahabatnya itu. Yua ikut tersenyum melihat senyum Nknk sudah mengembang.

Nanda sudah tidur disofa ruang tamu, sementara Nevand dia sedang main game diluar. Nino sedang menonton tv, Yua baru saja membereskan bekas makan malam tadi.

"Kak Nino aku mau bicara sebentar." Ucap Nanda yang langsung menuju teras rumah. Nino mengikuti Yua.

Yua menghadap ke depan, sementara Nino berdiri dibelakangnya.

"Ada apa?" Tanya Nino.

Yua membalikkan badannya dan terlihat matanya sudah penuh dengan air mata. Nino dibuat bingung dengan Yua.

"Kamu kenapa nangis?"

"Maafkan aku, sebenarnya aku yang pertama menemukan Putri. Maafkan aku tidak bisa menolong Putri. Jika saja saat itu aku membawa perlengkapanku, kemungkinan besar Putri masib disini bersama kita. Maafkan aku kak, maafkan aku." Ucap Yua sambil menangis dan terduduk didepan Nino.

Nino hanya terdiam mendengar penjelasan Yua.

"Aku salah, seharusnya aku gak seceroboh itu. Aku bahkan tidak bisa berbuat apa-apa saat melihat Putri kesakitan. Maafkan aku kak."

Air mata Nino perlahan mengalir mendengar tangisan Yua.

"Putri, maafkan kakak, kakak bodoh, kakak jahat, jangan maafkan kakak. Tolong jangan maafkan kakak put."

Nino menyamai Yua. Nino mengangkat wajah Yua yang sudah penuh dengan air mata. Nino mengusap air mata Yua.

"Terima kasih. Terima kasih, Putri masih bisa ditangani dokter. Terima kasih, Putri pasti tidak terlalu kesakitan. Terima kasih sudah menghawatirkan aku, sudah menghawatirkan Putri. Putri sudah tenang disana. Jangan menyalahkan dirimu lagi. Semuanya sudah digariskan, ingat kamu adalah penolong Putri." Ucap Nino sambil menatap lembut mata Yua.

Yua masih tidak bisa berhenti menangis. Nino memeluk Yua menenangkan Yua. Yua masih tersedu-sedu dipelukan Nino.

Dibalik pintu Nanda ikut menangis mendengar percakapan Nino dan Yua. Nanda bahkan harus menutup mulutnya supaya isakan nya tidak keluar.

Nevand juga duduk disamping teras rumah Nino. Nevand ikut meneteskan air mata.

Confession Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang