Kesempatan

38 5 0
                                    


Nino menatap punggung Nanda. Terlihat Nanda masih memendam sakit atas kejadian tadi siang.

"Dia Raya, cinta pertamaku." Ungkap Nino jujur.

Mata Nanda langsung mendelik sambil mengepalkan tangannya tanda dia marah.

"Tapi dia juga Kakak iparku."

Wajah Nanda bingung dibuatnya.

"Dulu pas SMA, aku sekelas dengan Raya, kita seangkatan. Aku mulai menyukainya karena dia lembut dan juga cerdas. Siapapun akan menyukainya, tapi sayang aku kedahuluan kakak ponakanku, anaknya Pamanku. Dia 2 tahun diatas kami, Raya jatuh cinta dengan Kakakku. Semenjak kita lulus sekolah, aku memutuskan untuk ikut Ibuku ke Jakarta, aku sekolah di Jakarta, sementara mereka masih di Bandung. Pas aku jadi koas, aku mendengar kalau mereka sudah menikah. Kamu tahu saat itu hatiku hancur, dia cinta pertamaku malah menikah dengan Kakakku sendiri. Tapi bagaimanapun melihatnya bahagia bukankah jauh lebih baik kan? Aku sudah melupakannya. Dia sudah bahagia dengan keluarga kecilnya." Terang Nino.

Nanda berbalik saling bertatapan dengan Nino. Terlihat wajah Nino memerah menahan sedih. Nanda juga ikut merasakan apa yang Nino rasakan.

"Dan 2 tahun setelah Cinta lahir, Kakakku mengalami kecelakaan yang merenggut nyawanya. Kamu paham gimana perasaan Raya saat itu harus menjadi single parent diusia pernikahan mereka yang tergolong baru? Apalagi sekarang dia sedang berobat jalan menyembuhkan penyakitnya, dia juga masih harus bekerja." Lanjut Nino.

Nanda perlahan mendekati Nino.

"Aku sudah melupakan perasaanku padanya, yang ada saat ini hanyalah rasa peduli dan sayang sebagai paman. Kalau kemarin Cinta memanggilku Papa, karena dia sudah terbiasa memanggilku seperti itu. Dia bahkan memanggil pamanku Abah. Itu bukan masalah besar."

Nanda menggenggam tangan Nino. Nino mendongak menatap wajah Nanda.

"Aku tahu, kamu sedih. Aku tahu kamu sakit, marah. Aku yang salah, kenapa aku tidak menjelaskannya lebih awal, maaf, maafkan aku. Maafkan aku sudah membuatmu sakit." Ucap Nino sambil terisak tidak bisa menyembunyikan tangisnya.

Nanda menghapus air mata Nino. Nanda tersenyum dan langsung memeluk Nino. Tangis Nino pecah di pundak Nanda. Nanda menepuk bahu Nino menguatkan.

Kini Nino menggenggam tangan Nanda sambil menyenderkan kepalanya dibahu Nanda.

"Kamu masih marah?" Tanya Nino.

Nanda menggeleng.

"Raya mau pulang ke Bandung besok karena terapinya juga sudah selesai dan Cinta akan dipindah ke Bandung." Terang Nino.

Nanda hanya mengangguk dalam diam.

"Kamu gak mau ketemu mereka dulu?"

Nanda mendelik kearah Nino. Nino tersenyum nakal.

"Seenggaknya kita tidak saling salah paham lagi." Ucap Nino.

Nanda hanya terdiam.

Nino dan Nanda sedang berada di tempat makan di Mall. Mereka terlihat menunggu seseorang. Nino tersenyum kearah Nanda.

"Kenapa? Apa ada yang salah dengan wajahku?" Tanya Nanda.

Nino hanya menggeleng sambil tetap menatap Nanda tajam.

Nanda yang salah tingkah langsung memukul bahu Nino sambil menutup wajah Nino dengan telapak tangannya gemas. Mereka berdua tertawa lepas.

Tiba-tiba Raya datang mengganggu kesenangan Nino dan Nanda.

"Nino." Sapa Raya.

Nino dan Nanda menoleh kearah Raya.

"Cinta mana?" Tanya Nino melihat Raya hanya sendirian datang.

"Oh dia sedang tidur dengan tantenya. Nanti malam kita pulang ke Bandung." Jawab Raya.

"Bukannya besok?"

"Mumpung adikku datang, gak apa dipercepat."

Mereka berdua mengangguk.

"Kak Raya." Sapa Nanda canggung.

"Aku tahu kok. Maaf ya sudah membuatmu salah paham." Ucap Raya dengan senyumnya.

"Gak kok. Bukan begitu, tapi saya mau minta maaf karena terlambat mengetahuinya, dan juga sudah membuat kerusuhan dipesta ulang tahun Cinta." Ungkap Nanda menyesali.

"Enggak kok, kalau aku jadi kamu, aku juga akan marah. Nino sebenarnya biang keladinya." Ucap Raya sambil menatap tajam ke Nino.

Nino yang salah tingkah langsung menghindar.

"Yaudah aku mau keluar dulu merokok." Ucap Nino sambil berlari meninggalkan mereka berdua.

Nanda dan Raya tersenyum simpul melihat kelakuan Nino.

"Dasar, dia kan tidak merokok." Umpat kesal Nanda.

"Nanda, maaf ya, kamu pasti kecewa banget ya sama aku? Tapi yang perlu kamu tahu, Nino sangat mencintaimu dan menyayangimu. Setiap kali kita bersama, hanya kamu yang dibahas. Dia sangat bangga punya kamu. Aku juga ikut senang dia akhirnya pecah telur, dia akhirnya bisa membuka hatinya setelah jaman SMA dulu, dan dia bertemu denganmu. Terima kasih sudah mau menerima Nino dalam hidupmu. Pesanku tolong menualah dengan nya, jadilah teman dan partner hidup untuknya. Aku yakin kamu yang terbaik yang dipilih Tuhan untuk Nino." Jelas Raya.

Nanda tersenyum sambil meneteskan air mata. Nanda berterima kasih pada Raya karena berkat dia, Nanda tahu bagaimana Nino menyukainya.

Nino kembali ke meja Raya dan Nanda, tapi dia hanya menemukan Nanda sedang duduk sendirian disana.

"Raya mana?" Tanya Nino sambil duduk disamping Nanda.

"Uhm dia baru saja pulang. Dia gak sempat pamit soalnya dia buru-buru." Jawab Nanda.

Nino hanya mengangguk sambil minum minumannya. Nanda lalu merangkul tangan Nino dan menyenderkan kepalanya ke bahu Nino.

"Ada apa?" Tanya Nino heran.

"Nothing."

"Apa ada masalah?"

"Tidak."

"Kamu tidak suka Raya?"

"Bagaimana aku tidak menyukainya, aku tahu banyak tentangmu dari nya."

"Tahu apa?"

"Rahasia."

"Tebak-tebakan terus."

Nanda hanya tersenyum sambil mengeratkan pelukannya ke Nino. Nino juga tersenyum melihat Nanda sangat bahagia malam ini.

"Ayo pulang." Ajak Nino.

"Gak mau."

"Lalu?"

"Mau disini saja."

"Besok sudah kerja."

Nanda masih menggeleng-gelengkan kepalanya. Nino mengacak lembut rambut Nanda gemas.

Confession Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang