Kumohon jangan Jungkook...
Aku takut...
Very affraid...
...
..
.
Aku sampai di rumah sakit dengan logo yang sama dengan ambulance untuk membawa jenazah laki-laki itu tiga puluh menit kemudian.
Sialan!
Aku sedikit lambat karena macet di jalan.
Percuma saja aku ngebut, macet memang tak bisa ditoleransi.
Aku bahkan tak henti-hentinya membunyikan klakson, tapi mereka malah meneriaku. Aku mengumpat, dan mereka balas mengumpat sambil mengancam akan mematahkan spionku jika aku tak tutup mulut.
Dengan sangat terpaksa, aku akhirnya diam dan menunggu.
Setibanya di rumah sakit, segera kuparkirkan mobilku dan berlari ke dalam gedung rumah sakit.
Hal pertama yang kulakukan adalah bertanya pada resepsionis di loket administrasi.
"Dimana korban yang jatuh dari jembatan layang itu?" Tanpa permisi, aku langsung bertanya ke intinya.
Persetan dengan kesopanan. Yang namanya orang panik tak pernah peduli dengan etika. Toh, inti dari maksud kedatanganku memang hanya itu.
Sedikit terkejut dengan suara kerasku—mungkin, resepsionis itu tampak bingung untuk menjawab.
"Ah, terserahlah." Selaku.
Benar-benar tak berguna.
Kubawa kakiku ke depan gedung rumah sakit. Dan entah kebetulan atau apa, sebuah ambulance baru saja tiba.
Mungkinkah ambulance itu yang membawa si korban tadi?
Tanpa ragu, kulangkahkan kakiku mendekat.
Begitu petugas medis membuka bagasi, mengeluarkan tandu dengan kantong jenazah di atasnya, aku buru-buru menyerobot kesana.
"Dia korban yang jatuh dari jembatan layang itu, kan? Pasti benar."
Para petugas medis itu melihatku dengan tatapan aneh. Oh, aku tak peduli.
Dan untuk kedua kalinya, aku melanggar prosedur rumah sakit.
Setelah membuka kantong jenazah itu tanpa ijin, bau busuk langsung menyeruak.
Mayat di dalam kantong itu telah membusuk.
Segera kututup kembali kantong jenazah itu. Sungguh, aku tak tahan dengan baunya.
"Dia korban yang hanyut di Sungai Han. Mayatnya memang sudah membusuk karena sudah hanyut selama dua hari." Jelas seorang petugas selagi membantuku menutup lagi kantong jenazah itu.
Para petugas membawa jenazah itu ke dalam rumah sakit untuk diautopsi atau mungkin langsung diserahkan ke keluarga korban. Hanya seorang petugas yang tinggal denganku.
Aku masih membatu di tempatku, dengan mata yang terus tertuju pada mayat yang dibawa para petugas medis. Bebarengan dengan mereka yang hilang di belokan, seruan seseorang mengagetkanku.
"Permisi,"
Fokusku beralih padanya. Aku bahkan mengabaikan eksistensinya di dekatku sedari tadi.
"Ah, ne. Ada apa?"
Laki-laki itu menggeleng. Senyum tipisnya terbentuk. "Adakah yang bisa kubantu? Jika tidak ada, aku ijin permisi karena tugasku masih banyak."
Aku mengangguk. Lagipula, bantuan apa yang sedang kubutuhkan? Sepertinya tidak ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Hate U, but I Love U [BTS VKook]
Fanfiction[COMPLETED, BUT THERE SEQUEL AND PUBLISHING IN HERE TOO] Jeon Jungkook, seorang yatim piatu yang tinggal bersama neneknya dan memiliki sifat polos namun dingin, harus merasakan penderitaan akibat bertemu Taehyung. Kim Taehyung, seorang siswa SMA den...