"Ini gaji keduamu, Jinwoo." Jungkook menyerahkan amplop putih seukuran uang kertas pada laki-laki berambut hitam, lalu memberikan amplop lain pada laki-laki berambut coklat. "Dan ini untuk Jaehyuk,"
Keduanya menerima dengan semangat. Jaehyuk yang pertama membuka amplop itu dan melirik isinya sebelum dengan cepat Jinwoo menampar lengannya, memberitahu agar tak membukanya ketika masih di hadapan bosnya.
Jungkook terkekeh pelan. "Maaf jika upah kalian kecil,"
Secepatnya, kedua karyawan Jungkook itu menggeleng. "Tidak, hyung. Ini setimpal dengan kinerja kami."
"Kalau begitu, kami kembali bekerja, hyung." Dengan demikian, mereka pamit dan bergegas ke dapur cafe.
Lain halnya dengan Jinwoo dan Jaehyuk yang langsung berkutat dengan mesin pembuat espresso dan adonan waffle, Jungkook berjalan ke pintu utama cafenya lalu membalik tanda 'close' menjadi 'open'.
Matanya menatap pemandangan luar melalui kaca cafe yang transparan. Cuacanya cerah untuk tanggal pertama di bulan November ini.
Waktu berjalan cepat, Jungkook tahu itu. Sekarang sudah bulan November yang artinya akhir bulan ini cafenya telah berumur tiga bulan. Masih teringat jelas ketika pertama kali membuka cafe, Mingyu yang rela memberikan uangnya ketika uang Jungkook untuk membeli bangunan ini kurang, Minkyung yang membantunya belajar resep membuat waffle, espresso, dan lainnya, serta Jinwoo-Jaehyuk yang dengan semangat menjadi kuli panggul dadakan menurunkan peralatan cafe--dari mobil pengangkut--yang baru dibeli Jungkook.
Benar. Jungkook tak akan bisa seperti ini jika tanpa mereka.
Puas dengan pemandangan luar dengan cuaca cerah dan flashback perihal cafenya, Jungkook berjalan ke meja kasir. Diambilnya rekap pendapatan cafenya untuk bulan-bulan kemarin. Ia ingin tahu sejauh apa cafenya berkembang.
Gemerincing lonceng mengalihkan fokusnya, disusul suara gonggongan anjing yang khas. Taehyung datang dengan seekor anjing besar berwarna coklat.
Kedatangan Taehyung sedikit terasa aneh. Ketika hampir sepekan yang lalu Jungkook memarahinya lalu mengusirnya dari cafe, Taehyung dengan senyum cerahnya datang lagi ke tempatnya hari ini, seperti tak pernah terjadi apa-apa.
Nyalinya besar juga, pikir Jungkook.
Jungkook keluar dari area kasir meski dengan langkah ragu. Didekatinya Taehyung yang menggenggam erat tali yang mengikat leher si anjing.
"Jeoghyung, kan?"
Taehyung mengangguk, membuat Jungkook memasang ekspresi senang lalu berjongkok di depan anjingnya dan Taehyung itu.
"Long time no see, huh?" Tangan Jungkook mulai mengelus bulu kecoklatan Jeoghyung. "Kau sudah sangat besar sekarang, sekaligus tua." Jungkook terkekeh di akhir.
"Biarpun tua tapi Jeoghyung tetap perkasa," Ucap Taehyung membela anjing kesayangannya itu.
Jungkook bangkit, menyejajarkan tingginya di hadapan Taehyung. "Aku tidak menyangka dia masih hidup."
Giliran Taehyung yang mengelus puncak kepala Jeoghyung yang langsung menerimanya dengan senang hati. "Jeoghyung akan tetap hidup, seperti cinta kita."
Jungkook diam, sedangkan laki-laki di depannya mengulas senyum lebar. Satu hal yang Jungkook benci adalah Taehyung yang tak pernah sadar kalau takdir telah berubah. Mereka tak lagi terikat dan telah dimiliki orang lain sekarang. Maka, tak seharusnya Taehyung membawa kata 'cinta kita'.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Hate U, but I Love U [BTS VKook]
Fanfiction[COMPLETED, BUT THERE SEQUEL AND PUBLISHING IN HERE TOO] Jeon Jungkook, seorang yatim piatu yang tinggal bersama neneknya dan memiliki sifat polos namun dingin, harus merasakan penderitaan akibat bertemu Taehyung. Kim Taehyung, seorang siswa SMA den...