[4] Tahap Keempat

3K 312 9
                                    

Membuatmu memanggil namaku

●●●●●

Zelia mulai melangkahkan kakinya melewati lorong yang sudah berisi banyak orang. Beberapa kali Zelia membalas sapa orang-orang yang dilewatinya. Sudah menjadi hal biasa bagi Zelia untuk menghabiskan waktunya di Rumah Sakit dimana ayahnya dirawat.

Ayah Zelia, Heru. Mengidap suatu penyakit yang mengharuskannya untuk dirawat di Rumah Sakit. Zelia hanya memiliki ayah di hidupnya. Sehingga saat Heru harus tergolek lemas di gedung ini, pikirannya mulai terasa kalut.

Zelia baru saja hendak berbelok namun gerakannya terhenti oleh sebuah suara.

"AWAAASSS!" pekik seorang anak lelaki yang disusul oleh teriakan lain dari anak lelaki yang duduk di atas kursi roda.

Mereka akhirnya tergelincir kemudian menabrak dinding dan terjatuh tepat di hadapan Zelia. Zelia masih berdiri dengan wajah terkejutnya. 'Sebenarnya, apa yang terjadi?,' pikirnya.

"Aduh, sakit," ujar salah satunya.

"Lagian sih, lo gak bisa nyantai aja apa dorong guenya? Gue tuh pasien! Harus diperlakukan dengan lembut, dong!" sahut anak yang tadi duduk di atas kursi rodanya.

"Maafin gue, Yo! Ya 'kan lo yang bilang sendiri kalo lagi bosen."

"Ya gak gini juga, Gha! Ogeb banget lu!"

"Heh lo tu--"

"Cowok aneh!" seru Zelia yang akhirnya sadar akan siapa mereka.

Agha dan Rio serempak menoleh ke arah Zelia yang masih berdiri di belakang mereka. Sama seperti Zelia, mereka pun terkejut, tak menyangka bahwa akan bertemu di Rumah Sakit.

"Lo pada ngapain di sini?" ujar Zelia bingung.

"La--"

"Lagi berobat," sahut Rio memotong perkataan Agha yang tentu saja langsung mendapat tatapan tajam dari Agha. Dan Rio hanya mengedikkan bahunya, tak peduli.

"Lo lagi sakit, Yo?" tanya Zelia kepada Rio yang seketika membuat Agha terkejut.

"Iya, baru kemarin, sih gue masuk ke sini," jawab Rio santainya sembari diam-diam mengamati Agha dari ekor matanya yang tentu saja terlihat... kesal.

Zelia mengangguk beberapa kali kemudian berjalan mendekati Rio yang masih terduduk di lantai dengan kursi roda yang masih tergeletak di sebelahnya. Ia mengambil kursi roda tersebut dan meletakkannya dengan posisinya yang benar. Dengan senyum tipisnya, ia menjulurkan tangannya dengan niat untuk membantu Rio berdiri. "Lo sakit apa?" ujarnya sembari membantu Rio kembali duduk di atas kursi rodanya.

"Kanker," sahut Rio dengan gampangnya.

Zelia mengangguk kemudian berjalan sembari mendorong kursi roda rio pergi menjauh meninggalkan Agha yang masih terduduk di posisi itu. Sepeninggal Zelia dan Rio, Agha masih bergeming. Otaknya berusaha memproses apa yang telah terjadi saat ini. Zelia dan Rio... bagaimana bisa?

"Wey! Tungguin gue!" pekik Agha sambil berlari mengejar Zelia dan Rio yang sudah mulai menjauh.

*****

Agha menghempaskan tubuhnya di atas sofa dengan kedua tangannya yang terlipat di depan kedua dadanya. Wajahnya memberengut kesal. Terutama saat otaknya kembali memikirkan kejadian beberapa saat yang lalu. Wajahnya semakin ditekuk.

Bagaimana tidak? Saat itu Zelia mengantarkan Rio kembali ke kamarnya dan mengobrol sepanjang jalan. Suaranya lembut dengan senyum yang tak pernah terlepas dari wajahnya. Sedangkan saat Agha ingin ikut bicara, gadis itu memandangnya sinis dan selalu memanggilnya dengan sebutan "cowok aneh". Agha 'kan juga ingin dipanggil namanya seperti Rio!

31 Ways to Get You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang