[27] Tahap Kedua Puluh Tujuh

2.1K 294 41
                                    

Berjuang untukmu

●●●●○

Kali ini Zelia bisa tersenyum lebih lebar lagi dan tertawa lebih sering lagi. Keadaan di sekitarnya sekarang sudah jauh lebih baik. Ia dan Olla bahkan sekarang sudah bersahabat dengan Helga.

Zelia serta Olla kini berjalan pulang dengan Helga menaiki mobil jemputan gadis itu. "Pokoknya kalian pasti akan seneng banget di rumah gue!" ucap Helga yang duduk di sebelah supirnya yang sejak tadi hanya tersenyum melihat anak majikannya yang kembali ceria itu.

"Emangnya di rumah lo ada apa?" tanya Zelia penasaran.

"Ada konser!" sahut Helga dengan riangnya.

Zelia serta Olla saling berpandangan satu sama lain. Saling bertanya tentang apa maksud dari konser yang dikatakan oleh Helga.

"Pokoknya liat aja deh nanti!"

*****

Zelia dan Olla memang menyangka bahwa Helga adalah anak dari keluarga yang berada. Namun ia tak pernah membayangkan kalau Helga tinggal di rumah yang seindah ini. Rumah minimalis dengan taman indah di depannya. Mereka kira Helga tinggal di rumah besar seperti yang ada di novel-novel.

Helga mempersilahkan kedua sahabat barunya masuk. Berbagai foto keluarga serta Helga kecil hingga dewasa menyambutnya di sana. "Lo anak tunggal?" tanya Zelia.

Helga mengangguk. "Iya, makanya gue iri sama yang punya kakak atau adik."

Olla berdecih. "Punya adek ngeselin. Bikin repot."

Zelia tertawa. "Punya kakak asik. Ada yang manjain."

Olla yang merasa dirinya diejek, tidak terima. "Punya adek asik. Ada yang bisa disuruh-suruh."

Zelia semakin merasa tertantang. "Punya kakak seru ada yang ngejagain sama jajanin."

"Puny--," ucapan Olla terhenti oleh Helga yang ternyata sudah berdiri di antara mereka berdua.

"Stop!" ucap Helga. "Kalian bikin aku iri," ucapnya melirih.

Olla dan Zelia saling berpandangan hingga akhirnya mereka tertawa. Menertawai perdebatan konyol mereka beberapa saat yang lalu. Mereka lalu memeluk Helga sambil berujar, "kan ada kita."

Helga tertawa. Ia tak pernah merasa sebahagia ini memiliki teman. Ayahnya yang bekerja berpindah-pindah mengharuskannya ikut berpindah juga. Hidup sebagai anak tunggal tanpa seorang ibu memang membuatnya merasa kesepian. Terlebih teman yang tidak pernah ia miliki membuat Helga semakin merasa kesepian.

Di saat ia akhirnya bertemu dengan Agha dan Rio, hidupnya kembali merasa bahagia. Ditambah dengan perasaan yang Agha miliki, membuatnya melupakan kesepiannya selama ini. Dan saat ia harus merelakan seseorang seperti Agharna Niaz, saat itulah kesepian kembali menemaninya lagi.

Helga melirik ke arah jam yang menunjukkan pukul 4 sore. Dengan semangat, ia mengajak Zelia dan Olla menuju kamarnya yang berada di lantai 2. Zelia duduk di atas karpet, begitu pula dengan Olla.

"Eh, pada mau nonton konser gak?" tawar Helga.

"Konser apa, sih?"

Helga tak menjawab, ia hanya tersenyum kemudian berjalan menuju pintu balkon kamarnya. Saat ia membuka pintu balkon yang tertutup tirai, mereka dapat melihat dengan jelas 'konser' yang dikatakan oleh Helga.

Di jendela seberang kamar Helga, ada Agha yang sedang bernyanyi layaknya seorang rocker dengan Rio yang berlaga seperti gitaris band rocker. Ia bahkan menganggap raket sebagai gitarnya. Musik rock yang keluar dari speaker kecil terdengar cukup keras sehingga mereka tidak menyadari bahwa di seberang kamarnya ada keberadaan 3 gadis yang sedang tertawa menonton mereka.

31 Ways to Get You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang