[26] Tahap Kedua Puluh Enam

2K 273 59
                                    

Maaf...

●●●●●

Biasanya hari pertama masuk sekolah setelah lama meliburkan diri, Agha sangat bersemangat. Kata Rio, kalau kita bersemangat dan bahagia di pagi hari maka keseluruhan hari kita akan selalu mendapatkan keberuntungan.

Tapi di pagi hari tadi Agha sudah bersedih. Dan kesialan pun mengikutinya. Agha lupa membawa tugasnya. Tugas yang ia sempatkan untuk mengerjakannya selama di rumah sakit. Bahkan Lila serta Natta juga turut andil dalam pengerjaannya.

Alhasil di sinilah Agha berada. Merapihkan buku-buku yang sudah tidak beraturan di perpustakaan. Kemarin perpustakaan sekolahnya melakukan renovasi sehingga buku-bukunya terpaksa dipindahkan dari raknya. Dan sekarang Agha harus merelakan jam belajarnya untuk merapikan semua tatanan ratusan buku itu.

Agha menghela napasnya. Benar-benar hari yang buruk. Ia menepuk dada kirinya dua kali sambil berujar dalam hati, "Ayo kita berjuang, Pak Jantung!"

Dan kegiatan Agha pun dimulai. Tak berapa lama, tiba-tiba pintu perpustakaan terbuka dan menampilkan dua sosok wanita. Salah satunya adalah Bu Luna, ibu BK yang sangat baik kepada Agha. Dan satu sosok lain adalah...

"Jadi sebagai hukumannya, kamu bantuin anak itu merapikan susunan buku ke rak nya ya! Oke, Zelia?"

Zelia mengangguk saja dan menuruti perintah dari bu Luna meskipun itu berarti ia harus terkurung di satu ruangan bersama Agha. Entah apa yang akan terjadi pada dirinya nanti, Zelia akan mencoba terus menekan perasaannya. Agha milik Helga dan ia harus menanamkan itu baik-baik dalam pikirannya.

"Lo kerjain bagian IPS di sana," ucap Agha dengan menunjuk salah satu bagian yang berada di sisi lain perpustakaan. Bahkan saat mengatakan itu, Agha sama sekali tidak menatap Zelia.

Dengan langkah gontai, Zelia berjalan mengikuti arah telunjuk Agha. Sekali lagi Zelia harus merasakan sakit di hatinya. Ia menepuk dadanya lembut. Berusaha menghilangkan sesak di dadanya.

Satu jam kemudian mereka habiskan dalam diam. Merapikan setiap buku ke dalam raknya. Dari rak yang paling ujung hingga ke tengah. Zelia berbalik untuk mengerjakan bagian rak yang ada di belakangnya. Begitupula dengan Agha yang juga berbalik hendak melakukan hal yang sama.

Dan kini mereka hanya terpisahkan oleh satu rak saja. Kecanggungan mulai terasa di antara mereka berdua. Zelia tersenyum kikuk begitu juga dengan Agha. Agha mengangkat sebelah tangannya seraya mengatakan, "Hay."

Zelia pun membalasnya dengan kata yang sama. Biar bagaimanapun juga ia harus terlihat baik-baik saja. "Gimana kabar lo? Gue denger dari Rio, lo baru keluar dari rumah sakit kemarin sore."

Agha mengangguk dan menatap Zelia singkat. Kemudian ia kembali mengalihkan pandangannya ke arah buku-buku di raknya. Sebisa mungkin ia tidak ingin menatap mata Zelia terlalu lama. Itu akan berpengaruh buruk untuk jantungnya, ah ralat. Untuk hatinya.

"Gue udah baik-baik aja," ucap Agha singkat.

Zelia mengangguk kemudian melakukan hal yang sama. Merapihkan sisi lain dari rak itu. "Oh, iya. Gue kemarin-kemarin sebangku sama Helga. Dia baik, ya. Cantik lagi."

Diam-diam Zelia mengutuk dirinya sendiri. Kenapa jadi bicara tentang Helga, sih!

Agha masih melakukan pekerjaannya nampak mengangguk seraya tersenyum tipis. "Iya, dia baik. Ramah sama semua orang. Lembut dan ceria."

'Bukan gue banget,' ucap Zelia dalam hati.

"Tipe cewek ideal cowok-cowok, tuh," lanjut Agha lagi.

31 Ways to Get You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang