Menjadi ultraman di depanmu...
●●●●●
Hal pertama yang menyambut sadarnya Agha adalah sebuah sentilan tanpa tenaga pada keningnya yang dilakukan oleh Natta, kakak pertamanya. Agha meringis pelan berpura-pura merasakan kesakitan akibat perlakuan kakaknya itu. Namun kakaknya sama sekali tidak peduli dan ia hanya tertawa saja.
Agha sebenarnya ingin ikut tertawa juga, tapi apa daya tubuhnya masih terasa begitu lemas. Sehingga ia hanya bisa tersenyum ke arah Natta. "Dasar anak bandel!" ucapnya pada adik kecilnya itu.
Lila yang berada di sisi lain ranjang pun tak henti-hentinya tersenyum menatap kedua mata indah adiknya itu. Kemudian Lila menepuk keras tangan kembarannya yang ada di seberangnya.
"Eh tapi ya, Mas. Adek kita ini loh, sweet banget masa. Sampe rela begini cuma buat hibur cewek doang," sahut Lila dengan semangatnya. Kemarin ia mendengar cerita ini dari Rio di kantin rumah sakit.
Natta menatap adiknya bingung, "lo tau darimana, La?"
"Dari Rio. Kemarin dia cerita semuanya."
Agha mengernyit bingung. Dengan sekuat tenaga, ia meraih tangan Lila yang berada di atas ranjangnya. "Mba jadian sama Rio?"
Itu adalah ucapan yang sangat pelan bahkan seperti berbisik. Namun mampu menggetarkan seluruh tubuh Lila. Membuat pergerakannya terkunci serta lidahnya yang tiba-tiba teras kaku. "Ah... eng... enggak. Gak juga, kok."
Natta dan Agha seketika menatap kedua mata Lila yang seperti berusaha menghindari tatapan mereka. Hingga setelah semua pergerakan aneh itu, muncullah decakan keras dari Agha dan Natta.
"Ah, gak mau jadi adeknya Rio."
"Ih, ade gue suka sama berondong."
Begitulah komentar dari kedua lelaki di depan Lila ini. Lila hanya membalikkan tubuhnya dan menatap apapun yang sebenarnya tidak penting untuk di tatap.
"Ih apaan sih, ya. Selisih kita cuma 1 tahun juga!" ucap Lila yang kemudian segera pergi keluar dari ruang rawat Agha.
Memang benar apa yang dikatakan oleh Lila. Meskipun mereka sudah lulus pendidikan S1 tahun lalu, hal itu dikarenakan mereka memang lulusan dari kelas akselerasi semasa sekolah dulu. Sehingga mereka bisa lulus kuliah pada usia 18 tahun.
Agha memang masih berusia 16 tahun saat kedua kakaknya lulus dari bangku perkuliahan S1. Namun berbeda dengan Rio yang satu tahun lebih tua dari Agha. Dulu Rio pernah menggoda Agha untuk memanggilnya kakak. Tapi Agha selalu menolak dengan keras. Ia benar-benar tidak mau menambah jumlah kakak. Karena baginya, menambah kakak sama saja dengan menambah bos. Ia tidak mau dijadikan 'pesuruh'.
Agha menoleh ke arah Natta dengan kedua mata sipitnya. "Mas, berarti jawabannya 'iya', bukan?"
Natta tersenyum, "kayaknya sih, iya."
Agha berdecak kesal. Habislah riwayatnya kali ini. Rio pasti akan merasa berkuasa atasnya cepat atau lambat.
*****
Rio melangkah santai di lorong rumah sakit. Tujuannya kali ini adalah menemui sahabat keras kepalanya itu. Tadi ia dikabari oleh Lila bahwa Agha sudah sadar. Maka sepecat kilat ia berangkat menuju rumah sakit itu, mengacaukan jadwal tidur sampai siangnya di hari Minggu ini.
Rio membuka pintu ruangan Agha dan menemukan Agha yang sedang memejamkan mata serta Natta yang sedang mengetik pada laptopnya.
"Loh, Agha belum bangun?" tanya Rio pada Natta. Belum saja Natta menjawab, sebuah suara lain terdengar meskipun si pemilik suara itu tak membuka matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
31 Ways to Get You ✔
Ficção Adolescente[The Wattys 2018 Shortlist] "Lebih dari sekedar cara untuk mendapatkanmu" ●●●●● Hobi Agha itu aneh. Seaneh orangnya. Agha suka menulis tutorial berbagai hal. Dari hal yang penting sampai yang paling nyeleneh. Agha suka Zelia! Demi melancarkan misiny...