Melindungi senyumanmu
●●●●●
Sejak pertama kali Agha memutuskan untuk menjatuhkan hatinya pada Zelia, sejak itulah ia menyadari bahwa ia pasti akan merasakan sakitnya mencintai itu.
Seperti saat ini, entah sejak kapan ia berdiri di lorong sekolah yang tepat berseberangan dengan pintu perpustakaan. Kedua matanya sejak tadi tak lepas dari interaksi dua manusia yang saling bersenda gurau di meja administrasi perpustakaan.
Sekali lagi tubuh serta pikirannya mengkhianati hatinya lagi. Saat hatinya memaksa untuk egois serta memperjuangkan cintanya, pikiran serta tubuhnya justru akan melakukan sebaliknya. Mengabaikan hatinya yang seperti terhujam ribuan pisau. Membiarkan perasaannya dihancurkan berkeping-keping.
Biarlah, pikirnya. Hingga saat ini pun ia masih merasa baik-baik saja. Baginya hanya dengan melihat Zelia bahagia, ia akan bahagia. Dan ia akan berusaha untuk menunggu. Meskipun itu berarti selamanya, mungkin ia akan terus menunggu.
Ah, Agha baru saja teringat bahwa ia tak memiliki waktu selamanya untuk hidupnya. Diam-diam ia bersyukur dilahirkan dengan kondisi yang memaksanya selalu tertidur setiap malamnya dengan dibayangi oleh kematian. Dan ia juga bersyukur bahwa ia harus mencintai sendirian. Setidaknya saat ia harus pergi nanti, tak akan ada yang tersakiti olehnya.
"Kalo sakit, kenapa gak lo lepas? Atau buang sekalian."
Agha seketika menoleh ke arah kanannya yang sudah ada Rionata Faza, sahabatnya yang ternyata juga memandang ke arah Zelia yang kini masih asyik mengobrol dengan Fahdi. Senyum lebarnya tak pernah hilang dari wajah bundar gadis itu.
"Gue ga ngerasa sakit, kok."
Rio berdecak seraya mendorong halus pundak Agha. "Halah, sok kuat kamu, Mas!"
"Apaan sih dorong-dorong?!" Agha kemudian berbalik dan meninggalkan Rio. Hingga suara Rio kembali membuatnya berhenti dan menatap Rio.
"Jangan lupa besok lo check up sekalian temenin gue kemo!"
Agha mendengus kesal, "ah, Sabtu banget ini, Yo! Check up gue sama kemo lo dimundurin ajalah jadi Senin. Biar ga sekolah kita."
Rio melangkah maju seraya menjitak kening Agha dengan keras. "Yee, akal-akalan lo aja! Udah kelas 12, inget! Banyakin berbuat baik biar lulus."
"Iye iye, Pak!"
"Ngomong-ngomong, lo tau darimana besok gue check up?" tanya Agha yang baru saja menyadari sesuatu bahwa ia belum sempat menceritakan perihal jadwal check up-nya itu pada Rio.
"Dikasih tau Mba Lila. Nungguin yang ngasih tau lo, mah kelamaan. Keburu sembuh lo-nya," sahut Rio.
"Iya, sembuh. Pas di alam lain," gumam Agha lirih. Ia pun berharap, bahwa Rio tidak mendengar perkataannya.
*****
Sudah lebih dari 30 menit Agha duduk di depan rumahnya. Sesekali ia menyapa tetangga maupun satpam perumahannya yang setiap sore berkeliling komplek dengan sepedanya. Entah mengapa sore ini angin berhembus dengan kencang. Sebenarnya tubuh Agha sudah mulai kedinginan namun perasaan nyaman membuatnya enggan untuk pergi.
Hingga ia merasa ada seseorang yang merengkuhnya dari belakang dengan menyampirkan jaket pada pundaknya. "Kamu ngapain di sini sendirian?"
Agha menoleh dan mendapati kakaknya, Lila yang kini sudah duduk di sebelahnya seraya merangkulnya erat. "Mba Lila cantik," ucapnya tiba-tiba.
![](https://img.wattpad.com/cover/136556953-288-k516284.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
31 Ways to Get You ✔
Ficção Adolescente[The Wattys 2018 Shortlist] "Lebih dari sekedar cara untuk mendapatkanmu" ●●●●● Hobi Agha itu aneh. Seaneh orangnya. Agha suka menulis tutorial berbagai hal. Dari hal yang penting sampai yang paling nyeleneh. Agha suka Zelia! Demi melancarkan misiny...