[7] Tahap Ketujuh

2.8K 311 10
                                    

Membuatmu nyaman denganku

●●●●●

Hari ini Zelia melangkahkan kakinya di koridor rumah sakit dengan riang. Tujuannya kali ini bukan untuk mengunjungi ayahnya. Karena ayahnya sudah pulang kemarin. Jadi, ia berinisiatif untuk mengunjungi Rio dan Agha.

Kedua tangannya tak berhenti mengayunkan sebuah kantong plastik berisikan buah-buahan untuk kedua teman barunya itu. Senyumnya semakin lebar saat ia memasuki ruang rawat Rio dan Agha dan mendapati keduanya tengah bermain UNO Sticko. Wajahnya pun sudah dipenuhi dengan berbagai coretan dari tepung yang entah darimana mereka mendapatkannya.

"SPADA!" ucap Zelia riang.

Agha dan Rio menoleh bersamaan. Sudah tak heran lagi melihat Zelia seperti itu. Terbiasa menghabiskan waktu bersama gadis itu membuat mereka terbiasa akan sikap Zelia. Meskipun terlihat lebih indah dari kedua mata Agha.

Zelia duduk di sofa yang berhadapan dengan Agha dan Rio. "Kalian ngapain, sih?" tanya Zelia berbasa-basi.

"Mancing--" ucap Rio yang dipotong oleh Agha.

"--hati kamu dong, cantik."

Dengan semangat, jeruk yang berada di dalam kantong plastik itu berpindah ke kepala Agha dan membuat lelaki itu memekik kesakitan.

"Ih kasar," ujar Agha.

"Lagian sih, lo nya. Aneh!"

Belum saja Agha membalas ucapan Zelia, seorang suster datang dan meminta Rio ikut dengannya untuk pergi ke ruang terapi.

Sepeninggal Rio, Agha dan Zelia hanya sibuk dengan keheningannya masing-masing. Agha yang tak tahan dengan keheningan itu segera berpura-pura batuk dan seketika memancing atensi Zelia.

"Eh, lo kenapa? Mau minum?" tanya Zelia khawatir.

"Enggak kok. Lagian lo aneh banget. Ngapain coba kesini kalo cuma diem doang?"

Zelia berdehem, "Gimana kabar lo?"

"Baik," sahut Agha.

"Oh," ucap Zelia. Dan seketika keadaan kembali hening.

Agha berdecak kesal. 'Ah, kenapa jadi canggung gini, sih?', pikirnya.

"Gue denger-denger, lo lagi deket ya sama Fahdi," ujar Agha.

Zelia yang ditanya seperti itu, hanya menunduk malu. Bagaimana ia menjawabnya? Apakah ia harus mengatakan pada Agha bahwa ia menyukai Fahdi? Ah, tentu saja tidak mungkin. Ia terlalu malu mengakuinya.

"Yaelah, gak usah sungkan kali sama gue. Santai aja," ujar Agha seakan mampu membaca pikiran Zelia.

Sebenarnya tanpa dijawab oleh Zelia, Agha sudah tahu persis bagaimana perasaannya kepada Fahdi. Semua terbaca sangat jelas dari raut wajahnya, tatapan matanya, perilakunya, semua terasa begitu jelas. Banyak yang mengatakan kebanyakan cowok tidak peka. Dan Agha berharap demikian.

Tapi nyatanya, justru ia lebih peka dari siapapun. Ia mampu membaca situasi tanpa harus dijabarkan oleh siapapun. Dan Agha selalu membenci hal itu. Terkadang ada beberapa hal yang sebaiknya memang tak usah diketahui. Namun sialnya, ia selalu mengetahui hal itu. Membuatnya semakin terbebani saja.

"Oiya, Ze! Gue punya sesuatu buat lo," ucap Agha yang diam-diam membuat Zelia lega.

Agha menyodorkan sebuah amplop putih ke hadapan Zelia yang segera diterima olehnya. Baru saja ia hendak membuka segel amplop itu, namun sebuah tepukan keras menghantam tangan Zelia dan membuat Zelia memekik kesakitan.

31 Ways to Get You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang