[6] Tahap Keenam

3K 310 22
                                    

Membuatmu senang

●●●●●

Pagi ini adalah hari ulang tahun Agha. Gian sudah nampak berdiri di depan kamar anak kesayangannya itu dengan senyum merekahnya. Ia tak pernah menyangka bisa melihat anaknya selama 17 tahun. Dan itu membuatnya bahagia.

Dengan semangat, ia mengetuk pintu berkali-kali. Kali ini ia ingin membangunkan anaknya sendiri, membantunya menyiapkan perlengkapan sekolah, dan mengantarnya dengan mobilnya. Ia bahkan sudah mengosongkan semua jadwalnya hari ini. Ia ingin menghabiskan waktunya untuk Agha serta seluruh keluarganya.

Namun perasaan takut itu mulai menyelimuti hatinya tatkala pintu itu tak kunjung terbuka. Sudah satu menit lebih ia mengetuk pintu hitam itu namun si pemilik kamar itu belum menunjukkan tanda-tanda sudah terbangun. Natta yang baru keluar dari kamarnya yang tepat berada di sebelah kamar Agha pun segera menghampiri ayahnya yang masih mengetuk pintu Agha dan berteriak memanggil nama adiknya.

"Kenapa, Yah?" tanya Natta.

"Ini, Agha kok dipanggil daritadi gak ada suaranya?" ujar Gian dengan nada khawatir.

"Coba dibuka aja, Yah, pintunya," usul Natta yang segera meraih kenop pintu. Namun ternyata pintu itu terkunci.

"Agha! Bangun, nak! Buka pintunya!" panggil Gian sekali lagi namun Agha masih tak kunjung menjawab.

"Sebentar, Ta. Ayah ambil kunci cadangan dulu," sahut Gian yang hendak bergerak menuju kamarnya. Belum saja ia bergerak dari posisinya. Pintu hitam itu akhirnya terbuka dan menampilkan sosok anak bungsunya yang tengah tersenyum dengan mata sayunya.

"Ayah...," ucap Agha lirih sesaat sebelum tubuhnya jatuh dan kehilangan kesadarannya.

Sontak saja Gian dan Natta berlari menghampiri Agha dan berusaha menyadarkan anaknya itu. Namun Agha tak kunjung memberikan respon yang diharapkan. Dengan gegabah, Natta mengangkat tubuh Agha dan meletakkannya di atas tempat tidur.

Sedangkan Gian masih terpekur di tempat yang sama. Memandangi Agha yang terbaring di atas tempat tidurnya. Dan entah bagaimana pemandangan itu berubah menjadi saat 17 tahun yang lalu. Saat Agha baru berusia beberapa hari setelah dilahirkan. Saat itu, Agha mungil tengah terbaring tak berdaya di dalam kotak kaca.

"Agha...," lirih Gian seiring dengan setetes air mata yang jatuh dari pelupuk mata kirinya.

*****

Rio terbangun. Bukan, bukan karena ia yang terbangun sendiri, melainkan akibat suara riuh yang datang dari pintu kamar rawatnya. Sebenarnya Rio dirawat di bangsal kelas 1 yang diperuntukkan untuk dua pasien. Karena tidak ada pasien selain dirinya, Rio seakan-akan dirawat di ruang VIP.

Namun, saat ini mungkin Rio akan segera mendapatkan teman baru. Iring-iringan suster dan seorang dokter pun akhirnya berhasil masuk membawa seorang anak yang tampak tak sadarkan diri di sebelahnya. Belum saja Rio yang sudah terduduk di ujung ranjangnya melihat wajah 'teman barunya' itu, para tenaga medis itu sudah menutup tirai di sebelahnya sehingga pandangannya terhalangi.

Sepertinya Rio harus menunggu untuk mengetahui siapa itu. Rio kembali berbaring dan mengambil ponselnya. Ia membuka ruang chatnya dengan Agha seraya mengetikkan sesuatu.

Gha! Gue kayaknya punya temen rawat baru. Lo kalo kesini jangan berisik!

Tak ada balasan dari Agha. Aneh, pikirnya.

Lamunanya terhenti kala Ria datang dan duduk di kursi sebelahnya. "Yo, kamu udah sarapan?"

31 Ways to Get You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang