Part 1 ✅

10.7K 281 5
                                    

Kiara. Gadis pintar kimia ter-bawel yang pernah ada. Begitulah menurut teman-temannya. Tapi tidak dengan hari ini.

"Pagi, Kiara!" sapa Andin pagi ini saat ia baru datang dan menemui Kiara sudah duduk manis di kursinya.

"Pagi!" jawab Kiara datar.

Andin adalah anggota geng milik Kiara. Eh, bukan geng, hanya sebuah perkumpulan anak tenar yang pintar tapi gila. Seperti itulah intinya. Andin adalah kakak tertua disitu. Ya, karena memang ia yang paling tua.

"Lo mau sandwich buatan gue? Enak tau! Gue suapin ya?" Andin menawarkan sandwich yang dibawanya sambil menarik kursinya yang bertempat di depan bangku Kiara.

Tapi, Kiara hanya menggelengkan kepalanya.

'Klop!' kata Andin dalam hati.

Andin adalah salah satu teman dekat Kiara sejak kecil. Andin tau hampir semua yang Kiara alami. Ibaratnya, Andin adalah saksi hidup seorang Kiara Naura Zifanya.

Andin tau bahwa sebenarnya Kiara itu cerewet dan tidak bisa diam. Tapi, ketika Kiara sedang kecewa, ia akan diam sediam-diamnya seribu bahasa, membisu. Kenapa? Karena Kiara sadar diri, omongannya terlalu sarkastik jika dilontarkan saat ia sedang marah. Kiara lebih memilih menyakiti dirinya sendiri daripada menyakiti orang lain.

"Are you oke? "

"Hmm.. "

"Lo di php-in cowok lagi, Ra?"

"Nggak lah! Gue nggak sebodoh itu buat di php-in!"

"Yaudah, tapi kalo lo ada masalah, cerita ya.. Seenggaknya ke gue."

Kiara tersenyum dan mengangkat tangannya dalam posisi hormat "Siap kapten!"

Andin hanya tersenyum kecut. Ia tahu, bahwa senyum yang Kiara berikan adalah senyum palsu. Teramat-sangat palsu.

Kegiatan belajar di SMA Harapan Bangsa bun berlangsung. Kiara paling membenci pelajaran ini, fisika. Bukan hanya pelajarannya yang ia benci. Gurunya pun ia tidak suka.

"Ra, gue nggak ngerti" begitu Andin mengadu kepada Kiara.

"Ya terus?"

"Mabal  yuk"

"Seriusan? Ayo!" Kiara dan Andin langsung berbinar-binar.

"Bu, saya dan Andin izin mau fotocopy soal"

"Iya, baik. Hati-hati. Awas diculik" dan untungnya, si guru fisika itu mood-nya sedang bagus. Jadi, tidak perlu bersusah payah membujuknya.

***

Kiara dan Andin saat ini sedang bersantai seperti di pantai Hawai. Tapi bukan di Hawai ya.. Hanya di perpustakaan sekolah.

"Nggak nyangka gue, anak sepinter Kiara mabal dari fisika dan bersemedi disini" ucap salah seorang perempuan yang memang cantik di sekolah, Regina. Namun, semua orang tahu bagaimana kelakuan Regina.

"Kalo gue mabal, apa masalah lo? Nggak ada kan? " ucap Kiara sarkastik seraya memakan es krim yang tadi dibelinya di kantin.

"Bisa-bisanya Bu Diana milih lo buat ikut olimpiade kimia." tuturnya semakin nyinyir.

Kiara berdiri dari duduknya, emosi nya meluap sepertinya "Terus, itu juga bukan masalah lo! Kenapa lo harus ikut campur?!"

"Karena gue nggak mau semua yang Lo lakuin itu ngelebihin gue."

Bukannya meladeni omongan Regina, Kiara malah pergi meninggalkannya.

Syukur deh Kiara sadar sendiri, batin Andin.

"Kita mau ke mana?"

"Kantin," jawab Kiara tanpa melihat lawan bicaranya.

Saat mereka berjalan ke kantin, Kiara tak henti-hentinya misah-misuh tidak jelas.

"Nggak ngerti gue sama tuh anak" ucap Kiara yang sepertinya kesal.

"Sabar, ra"

"Dulu sahabat, sekarang?! Hah! " Kiara membuang nafasnya kasar, pertanda ia sedang frustasi.

Mereka berdua pun membeli dua bungkus gorengan di kantin dan dibawa ke kelas. Kebetulan, sekarang sedang pergantian jam pelajaran. Jadi, guru-guru sedang tidak ada di kelasnya. Selesai membeli gorengan, Kiara dan Andin kembali ke kelas.

"Lo berdua mabal? " begitu sambut Diandra.

"Menurut anda?" Kiara menjawab dengan santainya, padahal biasanya, murid lain akan langsung ciut jika sudah disambut seperti itu oleh Diandra.

"Dasar lo! Izin fotocopy, taunya nongkrong di kantin"

Alih-alih menjawab, Kiara malah menyodorkan bungkus gorengan-nya kepada Diandra.

"Lo reseh kalo lagi laper!"

Dan siapa sangka, Diandra yang tadinya memarahi Kiara, kini sedang memakan gorengan milinya.

"Ya ampun.. Peka banget deh lo ra.. "

Oh iya, Diandra itu adalah laki-laki penghuni kelas XII.IPA.2, bersinggasana di belakang bangku Kiara. Diandra terkenal akan kegalakannya dan kejutekannya. Sama seperti Kiara.

Kali ini, pelajaran Matematika-lah yang berkuasa. Kiara senang sekali. Kenapa? Karena ia bisa. Kalau ia tidak bisa, ya.. Mungkin sama bencinya dengan fisika. Tapi, matematika kali ini berbeda dengan yang biasanya. Ia lebih pendiam, dan tidak berisik.

"Lo kenapa, Ra? " tanya Diandra dari belakang.

"Hah? Gue? Sehat wal afiat kok.. "

"Masa? Suara lo? Ilang? "

"Hah? Enggak tuh.. Cek sound cek sound. Masih tuh suara gue. Lo kali yang nggak sehat. "

"Terserah."

Diandra tau Kiara berbohong. Kiara juga merasa bersalah telah membohongi sahabatnya. Namun, apa boleh buat, ia harus tetap terlihat baik baik saja dihadapan semua orang. Dan mana mungkin ia menceritakan privacy nya?

Dua jam kemudian, bel pulang pun berbunyi.

"Kiara! " yang dipanggil pun menoleh. Ternyata ke-empat sahabatnya yang menghampirinya. Andin, Kinan, Cathrin, dan Bianca.

"Lo mau pulang bareng kita nggak? " tanya Bianca

"Eum.. Gimana ya? Nggak deh.. Soalnya gue bawa mobil. "

"Waah! Parah nih! Ra! Lo kalo bawa mobil biasanya pulang nganclong dulu" Kinan yang sudah tau kebiasaan Kiara langsung mencecarnya.

"Gue pulang kok.. Tenang gaes."

"Awas lo, kalo bokap lo nelfon gue lagi! " Andin memang selalu jadi korban jika Kiara menghilang.

"Tenang.. Gue pasti pulang.. Gue duluan! "

Keempat sahabatnya itu hanya bisa menatap Kiara memarkirkan mobilnya dan berharap semoga Kiara pulang ke rumahnya. Mereka tau, Kiara sedang tidak baik-baik saja.

"Oh iya gaes, gue denger, besok ada murid baru, pindahan USA katanya.. " Cathrin yang selalu menjadi biang gosip dari segala gosip di sekolah mulai beraksi.

"Tau dari mana lo?" Andin bertanya sambil menyalakan mesin mobilnya.

"Rahasia."

---

Hai.. Jadi, aku memutuskan buat me-revisi book ini. InsyaAllah juga bakalan sekalian di tamatin.. Doakan saja yaa..


Rapuh [COMPLETE] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang