Author
Juno menatap jengah Zayn yang dari tadi hanya diam di kursi kerjanya.
"Zayn, lu kenapa sih?" tanya Juno heran.
Zayn sedikit mendongak, "Humaira"jeda.
"Humaira ada di sini, dia sahabat Larissa," sambungnya.
Juno membulatkan matanya, terkejut mendengar perkataan yang keluar dari mulut Zayn.
"Humaira? Cewe yang lu suka itu kan?" tanyanya meyakinkan.
Zayn mengangguk sekilas, "terus gimana?" tanya Juno.
"Gua nggak tahu, gua bingung."
Juno menyerngitkan keningnya dalam, "bingung? Lu bilang bingung?"
"Kenapa?" tanya Zayn.
"Lu belum cinta sama Larissa?" Zayn hanya menggedikkan bahu tanda tak tahu.
Juno menatap Zayn insten, "sadar woi, buat apa nikah kalau nggak cinta." kata Juno geram.
"Gua bingung, gua nggak tahu sekarang hati gua sedang berlabuh di mana,"
"Di pelabuhan." ujar Juno tersenyum sinis lalu berbalik berjalan pergi dari ruangan Zayn, ia geram dengan sikap sahabatnya itu. Juno tahu kalau Zayn sudah mulai lupa dengan Humaira.
Lalu mengapa perempuan itu kembali?
Sepeninggal Juno dari ruangannya, Zayn menatap lurus ke depan sebelum ponselnya berbunyi nyaring.
Line!
Zayn membuka ponselnya, memencet aplikasi linenya dan menampilkan chat seorang di sana.
0812547**** : Temui aku di taman belakang kantormu, siang ini.
Zayn tidak membalas, ia mematikan ponselnya kembali sambil menebak dalam hati kalau yang mengirimnya pesan adalah,Humaira.
------
Humaira duduk di bangku taman berwarna putih, angin siang itu berhembus kencang menghempas hijab yang ia pakai.
"Kau yang mengirimkan pesan menyuruhku ke sini?" tanya Zayn yang baru datang.
Humaira membalikan tubuhnya, Zayn membenarkan tebakkannya dalam hati.
"Iya mas, aku ingin bicara." ucap Humaira.
Humaira mempersilahkan Zayn untuk duduk namun dengan cepat Zayn menggeleng, "kau saja yang duduk, aku akan berdiri."
"Mas, pertama aku ingin minta maaf atas kepergiaanku dari Indonesia."
Humaira mulai bercerita tentang kepergiaannya dari Indonesia.
Hati Zayn berdesir melihat perempuan yang di hadapannya sedang berbicara, rasa dalam hatinya tidak pernah berubah sedari dulu. Namun ia juga merasa nyaman dan bahagia bersama Larissa, istrinya.
Menurut kalian, Zayn harus memilih siapa? Perempuan yang dicintainya atau perempuan yang membuatnya nyaman dan bahagia?
"Kau tahu kan aku suami sahabatmu," kata Zayn mulai berbicara saat Humaira berhenti bercerita.
Humaira mengangguk, ia menundukan kepalanya.
"Tapi mas, aku yang lebih dulu mencintaimu daripada Larissa." Humaira mulai menitikan air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Surga [REVISI]
Spirituelles#7 in spiritual (28-Mei-2018) Kekasih Surga 2 ada di work sebelah. "Dulu mencintai mu adalah suatu keburukan, dan kini kehilangan mu adalah suatu penyesalan." -Zayn Ali Admojo- Apa yang bahagia dari dijodohkan dengan seorang gadis yang tidak dikena...