(14) Perhatian

32.6K 1.8K 53
                                    

Zayn terduduk di kursi yang berada di kamar rawat Larissa, ia termenung menatap Larissa yang tidak kunjung membuka matanya.
Beberapa jam yang lalu, dokter sudah mengatakan bahwa keadaan Larissa  baik-baik saja. Janinnya masih dapat tertolong, meski ada sedikit trauma yang di alami Larissa karena benturan diperutnya lumayan keras.

Berbagai hal yang Zayn takutkan dari semalam kini kembali meracaui fikirannya, ia takut kehilangan calon anaknya, ia juga takut kehilangan Larissa.

Tunggu. Kehilangan Larissa?

Bukankah Zayn tidak mencintainya? Entahlah, perasaan Zayn terlalu sulit diketahui.

Kemudian yang dinantikan Zayn terkabul, kelopak mata itu kini perlahan terbuka. Menampilkan dua bola mata yang memancarkan ketenangan.
Zayn langsung bangkit dan beridiri di samping Larissa.

"Alhamdulilah." ucap Zayn.

"Kamu berhasil membuatku menyiksa diri sendiri."

"Maafkan aku, aku terlalu mementingkan egoku."

Larissa tersenyum lemah,"Larissa nggak pa-pa kok mas."

Zayn terdiam seketika, raut wajahnya terlihat kebingungan. Terbuat dari apa hati seorang perempuan yang terbaring lemah di hadapannya? Ia masih bisa tersenyum saat semua yang telah terjadi padanya. 

"Mas, bayi kita nggak pa-pa kan di dalam?" tanya Larissa polos.

"Alhamdulilah, bayi kita baik-baik aja kan ibunya kuat." jawab Zayn berusaha mencairkan suasana canggung diantara mereka.

Lagi-lagi Larissa hanya tersenyum, ia belum dapat banyak berbicara.

"Kamu makan ya Ris." kata Zayn mengambil bubur yang telah diantarkan perawat.

"Mas udah makan?" tanya Larissa saat Zayn hendak menyuapi bubur ke mulutnya.

"Setelah kamu, aku akan makan nanti."

"Kita makan berdua ya mas? buburnya kebanyakan, aku nggak bakal habis."

Zayn menggeleng, "nggak, kamu harus habisin biar cepat sembuh."

"Aku sembuh tapi mas sakit karena telat makan."

"Mas ikut makan yahh" bujuk Larissa terdengar manja.

"Ini bubur rumah sakit Ris, pasti kurang enak kan cuma khusus untuk yang dirawat." telak Zayn.

Larissa mengambil alih sendok yang dipegang Zayn, lalu mencicipi bubur itu sedikit.

"Ada kok mas rasanya, hampir mirip kaya yang pernah aku buat di rumah." kekeh Larissa masih mencoba agar Zayn mau makan bersamanya.

Zayn menghembuskan nafas, akhirnya ia menyetujui permintaan Larissa untuk makan bersama.

"Baiklah."

-----

Pukul 14.30 Larissa tidak lagi berdua dengan Zayn di kamar rawatnya.
Kedua orang tua serta mertuanya turut ikut ke dalam.
Mereka datang dengan raut wajah khawatir, sehingga Zayn terus dimintai penjelasan oleh Ryan dan Runi.

"Apa masih ngerasain sakit sayang?" tanya Runi khawatir.

"Nggak ma, alhamdulilah udah baik-baik aja." jawab Larissa pelan

"Rissa kan anak abi yang kuat, apalagi dengan jabang bayinya." ujar Haris mengusap perut Larissa.

"Alhamdulilah kalau Rissa baik-baik aja, umi jadi nggak khawatir lagi." kata Gia mengelus puncak kepala Larissa dan diikuti senyum orang yang berada di ruangan.

"Zayn ikut papa." Ryan menarik tangan Zayn keluar.

"Kamu ini suami macam apa sih Zayn? kenapa Larissa bisa kaya gini?" tanya Ryan geram.

Zayn sempat diam lalu bersuara menceritakan kecelakaan yang menimpa Larissa tadi malam.

"Ceroboh sekali kamu,Zayn."

"Jawab dengan jujur, kamu belum dapat mencintai Larissa kan?" sambung Ryan dengan nada meninggi.

Zayn mengeraskan rahangnya, bagaimana papanya bisa tahu tentang hubungannya bersama Larissa.

"Jawab papa,Zayn."

Dengan sedikit keberanian,Zayn menjawab pertanyaan papanya
"Iya pah, Zayn memang belum mencintai Larissa tapi Zayn bahagia bersamanya."

Ryan tersenyum sekilas, "kamu sudah mau menjadi seorang ayah, papa harap kamu tidak hanya mencintai calon anakmu tetapi juga ibunya."

Ryan beranjak pergi untuk masuk kembali ke kamar rawat menantunya dengan perasaan sedikit lega.  Sebenarnya Ryan tidak bermaksud mengintimidasi Zayn dengan pertanyaannya tadi, ia hanya ingin tahu bagaimana perasaan anaknya pada Larissa.
Ryan tidak mau ikut campur dengan pernikahan anaknya, karena dulu ia pernah berada diposisi Zayn. Belajar untuk mencintai seseorang yang juga mencintai kita.

Cinta dapat datang karena terbiasa, tidak perlu terburu-buru. Karena cinta adalah fitrah manusia, yang diberikan sang maha kuasa.

------

"Bu Larissa sudah bisa pulang besok." ucap dokter yang memeriksa keadaan Larisaa.

"Alhamdulilah" seru Larissa dan Zayn bersamaan.

"Tidak boleh mengangkat benda yang berat-berat, karena ibu hamil mudah lelah."

Zayn yang sedari tadi berdiri jauh dari ranjang kini mendekat, "terimakasih dok, atas arahannya."

"Sama-sama pak, saya kembali ke ruangan dulu ya." kata dokter itu mengakhiri pemeriksaan lalu meninggalkan kamar rawat.

"Ris, gimana kalau aku sewa pembantu." ucap Zayn meminta pendapat Larissa.

Larissa menggeleng, "nggak perlu mas." katanya lembut.

"Kenapa?" tanya Zayn.

"Aku nggak mau kewajibanku di kerjakan oleh orang lain."

Zayn mendekatkan wajahnya ke wajah Larissa, "kewajibanmu kan hanya melayaniku" bisiknya sambil tersenyum jahil.

Larissa merasakan pipinya memanas. malu. Saat Zayn membisikkan kalimat yang ia tahu maksud dari perkataan nya.

"Bercanda kok Ris." kata Zayn mengulum senyum melihat pipi merah Larissa.

"Mas jahil deh."

"Hmm, sama istriku ini." ujar Zayn mencium puncak kepala Larissa.

-----


Tbc

Assalamualaikum
Aku update lagi, semoga kalian nggak bosan ya.

Makasih juga semangat yang udah dikasih buat aku, alhamdulilah ucunnya lancar.

Dan makasih juga yang udah mau koment, itu yang bikin aku terus mau lanjutin cerita absurd ini.
Jangan boomvote ya, baca dulu sampai kelar baru vote :')

Jangan lupa Voment💕
See ya😘

Kekasih Surga [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang