Humaira POV
Aku tidak tahu apa yang merasuki diri ini hingga rasa keinginanku untuk memiliki Mas Zayn semakin meluap-luap. Aku tahu aku salah namun cintaku pada Mas Zayn sudah lebih dahulu tertanam dibandingkan Larissa.
Hari ini aku ingin bertemu dengan Larissa, aku telah meyakinkan diri ini untuk berterus terang di hadapannya, sungguh aku tidak dapat memendam ini lebih lama lagi. Jikalau aku tidak bisa memiliki Mas Zayn dengan utuh setidaknya aku berharap Larissa mau berbagi denganku. Meski aku tahu itu mustahil."Apa kabar, tuan putri." Ucap Ario membuatku terkejut, ia tengah berada di depan pintu rumahku.
"Buat apa kamu ke sini?" tanyaku.
"Aku pernah bilang, saat kamu kembali ke Indonesia, aku akan melamarmu sayang."
"Maaf Rio, aku tidak pernah mencintaimu." kataku berterus terang.
Ario menatapku tidak terima, "Zayn sudah menikah, untuk apa berharap padanya," bisik Ario di telingaku.
"Karena aku cinta, dan akan seterusnya begitu."
Ario diam, ia terus menatapku dengan tatapan tidak terima, aku dan Ario telah dijodohkan oleh orang tua kami dan belum ada orang lain yang tahu soal hubunganku dengannya. Hanya kami.
-------
"Kamu mau beli apa dulu Ris?" tanya Zayn saat mereka berada di toko perlengkapan bayi yang ada disebuah mall.
"Hmm, baju-baju dulu aja ya mas?"
Zayn mengangguk, dua bulan berlalu sudah namun Zayn masih enggan menceritakan apa yang ia rasakan di hatinya. Kini,umur kandungan Larissa telah memasuki bulan ke-7.
Zayn senang, ia senang melihat keadaan Larissa yang sehat dan juga ia senang dapat berada selalu di samping Larissa dalam keadaan hamil.Zayn mengambil beberapa potong baju anak perempuan dan laki-laki, sedangkan Larissa, ia masih memilih baju serta aksesoris seperti topi, dan sarung tangan.
"Mas, itu bajunya kebanyakan." kata Larissa.
Zayn menoleh, "Untuk anakku nggak ada yang kebanyakan, justru ini masih kurang."
Larissa langsung tersenyum, hingga matanya berbentuk bulan sabit.
-------
Humaira memencet bel di samping pintu rumah berwarna putih milik Zayn, setelah beberapa menit tidak kunjung ada orang yang membuka pintu.
Kemudian datang pak Asep, si tukang kebun."Permisi mba, tuan dan nyonya sedang tidak ada di rumah." ucap Pak Asep sopan.
"Kalau boleh tahu, mereka kemana ya pak?"
"Saya juga kurang tahu mba,"
"Ohh, yaudah titipkan surat ini untuk Larissa ya, Pak." Humaira memberikan sepucuk amplop berisikan surat kepada pak Asep.
"Iya mba,"
"Terimakasih."
"Sama-sama" jawab pak Asep, Humaira melangkah pergi dari rumah Zayn. Niatnya untuk bertemu Larissa tidak terkabul hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Surga [REVISI]
Espiritual#7 in spiritual (28-Mei-2018) Kekasih Surga 2 ada di work sebelah. "Dulu mencintai mu adalah suatu keburukan, dan kini kehilangan mu adalah suatu penyesalan." -Zayn Ali Admojo- Apa yang bahagia dari dijodohkan dengan seorang gadis yang tidak dikena...