(16) Zayn Sakit

32.2K 1.7K 71
                                    

Larissa POV

Aku terbangun pada pukul tiga dini hari untuk melaksanakan shalat tahajud, perlahan aku beranjak dari ranjang agar tidak mengganggu tidur mas Zayn.
Saat aku hendak melangkah ke kamar mandi sebuah cekalan di lenganku sukses membuatku berhenti di tempat.

Aku menoleh ke belakang, mendapati mas Zayn yang perlahan membuka matanya.

"Lain kali, bangunkan aku pada saat shalat tahajud Ris." ucap mas Zayn terdengar serak.

Belum sempat aku menjawab, mas Zayn sudah berdiri lalu mengajakku mengambil wudlu.
Setelah mengambil wudlu, aku keluar lebih dulu dari kamar mandi.

Aku menggelar dua sajadah dan mengambil baju kokoh serta sarung dari dalam lemari. Lalu mas Zayn keluar dan berjalan ke arahku.
Aku memberi baju kokoh dan membantu mas Zayn mengancingkan bajunya.

"Sudah?" tanyanya.

"Iya mas."

Kemudian Mas Zayn berdiri di depanku mengumandangkan takbir serta melantunkan surat Al-Mulk.
Kami melakukan shalat tahajud dengan khusyuk. Dalam hati, aku berharap semoga ini akan selalu terjaga sampai surga-Nya.

-----

Pagi ini matahari telah menyapa dari dua jam yang lalu. Namun mas Zayn masih setia berada di dalam kamar.
Aku menaiki tangga menuju kamar untuk melihat keadaan mas Zayn.

Saat aku membuka pintu, aku melihat mas Zayn yang bergelung di balik selimut tebal. Aku segera mendekat ke arahnya dan menempelkan tanganku ke keningnya.
Ternyata suhu tubuh Mas Zayn meningkat di luar batas normal.

"Mas, kita kerumah sakit ya?" kataku mengusap pelan lengannya.

Mas Zayn menggeleng, "aku hanya mau istriku yang merawatku." ujar Mas Zayn.

Perlahan mas Zayn membuka matanya, Manik mata hazelnya menatapku lemah. Lantas aku tersenyum dan mengambil kotak P3K di dalam nakas, aku mengambil minyak kayu putih dan mengibaskan selimut mas Zayn serta membuka bajunya hingga sedada. Aku langsung mengoleskan minyak kayu putih itu ke perut mas Zayn.

Setelah selesai mengoleskan minyak, aku beranjak dari ranjang untuk mengambil air hangat, namun mas Zayn menarik lenganku memberikan isyarat untuk aku berbaring di sampingnya.

"Tidak perlu dikompres, aku sudah besar Ris. Sudah akan menjadi calon ayah." katanya sambil menggenggam tanganku.

Aku pun ikut berbaring di sampingnya atas keinginan mas Zayn, jujur saja aku sangat khawatir dengan keadaannya saat ini. Tapi dari nada suara mas Zayn membuatku memadamkan perasaan khawatirku.

Aku tidur dengan posisi menghadap mas Zayn, memandang wajahnya yang terlelap. Entah keberanian dari mana aku mendekatkan wajahku ke wajah mas Zayn lalu mencium kedua kelopak matanya.

Dengan gerakan malu, aku kembali ke posisi tidurku. Tiba-tiba mas Zayn menarikku kedalam pelukannya, hingga wajahku terbenam di dalam dada bidangnya.

"Jangan kemana-mana, cukup disini menemaniku mengistirahatkan tubuh ini." ucap mas Zayn mengusap puncak kepalaku.

"Larissa disini mas, sampai kapanpun itu." kataku lembut, membalas pelukkannya.

-----

Tidak terasa kini kandunganku telah berumur 3 bulan. Tidak henti-hentinya rasa syukur dan bahagia menyinari hatiku. Kebahagiaan seorang wanita yang telah menikah adalah dikaruniai amanah oleh Allah untuk menjadi seorang ibu.

"Larissa, umi sudah buatkan obat tradisional untuk Zayn, setelah makan berikan dia obat ini ya." ucap umi yang sibuk berkutat di dapur.

"Alhamdulilah, iya mi"

"Terimakasih, umi." sambungku memeluk umi dari belakang.

"Jangan erat-erat Rissa, cucu umi sulit bergerak nanti." umi melepaskan tanganku yang melingkar di pinggangnya.

Aku tersenyum menampilkan sederet gigiku ke arah umi, "kamu ini sudah mau jadi ibu masih manja"

"Nggak manja kok umi, Larissa cuma kangen umi aja" ujarku.

"Hmm yasudah kalau gitu, umi pulang dulu ya?"

Raut wajahku berubah memelas, "umi nggak nginep disini?" tanya ku.

"Nggak bisa lah Ris, nanti abimu sama siapa di rumah?" tanya umi kembali.

"Abi sendiri di rumah? Sendiri tuh berat Rissa." sahut seseorang lelaki yang baru datang.

Lantas aku dan umi menoleh ke sumber suara tersebut, ternyata yang baru datang itu abi.

"Abi nggak ngucapin salam?" tanya umi.

"Sudah mi di depan, tapi nggak ada balasan. Ternyata kalian lagi ada di dapur." ujar abi.

"Yaudah Ris, umi dan abi pulang dan titipkan salam kami sama Zayn." kata umi pamit.

Aku mengangguk menyalami punggung tangan abi dan umi, dan mengantarkan mereka sampai depan gerbang.

"Assalamualaikum sayang" ucap umi dan abi bersamaan.

"Walaikumsalam umi, abi."

-----

Aku memasuki kamar dan melihat keadaan yang masih sama dengan tadi pagi. Aku membawa makanan serta obat yang diracik umi.

"Mas, makan dulu ya" kataku mengibaskan selimu mas Zayn dengan lembut.

Ia membuka matanya, dan perlahan bangkit dari tidurnya untuk duduk bersandar di ranjang.

"Abi dan umi sudah pulang ?" tanyanya.

"Sudah mas, dari tadi sore."

Mas Zayn mengangguk, "sampaikan terimakasihku pada mereka ya Ris."

"InsyaAllah nanti ku sampaikan mas."

Mas Zayn membaca doa makan dalam hati setelah itu aku menyuapkan bubur ke mulut mas Zayn, ia memakannya dengan lahap.
Selesai makan, aku memberikan obat tradisional umi. Mas Zayn segera menghabiskan semuanya hingga tidak ada yang tersisa di dalam gelas.

"Memangnya nggak pahit mas?" kataku kebingungan.

"Tidak,kan pemanisnya ada di hadapanku" ujar mas Zayn dengan senyum merekah di bibirnya.

------

Tbc

Assalamualaikum
Maaf kalau sedikit updatenya.
Dan maaf kalau kalian bosan dengan chapter ini.

Sebentar lagi akan masuk konflik, hm jadi baca terus ya kelanjutannya.

Jangan lupa voment!

See ya

Kekasih Surga [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang