KHAYAL

83 4 0
                                    

Dinaung putih,beratap gelap dan gemintang
Bertengger pada kayu bergaya tua
Tergeletak, terdampar di tengah hiruk- pikuk lautan manusia
Beribu hitung kepala, yang kunanti hanyalah seorang

Bata trotoar, teman penantianku
Jejeran kafe pinggir jalan yang senantiasa menatap punggungku
Langkah2 kaki, cakap samar, alunan musik akustik,
Berdesakan, turut memberi kesan saat itu. Dibuat kacau perasaan. Berantakan

Temanku itu seakan memutar kembali dimensi lalu yang hampir layu
Sebagai saksi akan dua insan yang menjadi korban tuanya masa
Yang saling berharap, yang kesepian di tengah ramainya gerumul manusia.

Kita terbakar api rindu. Berkobar dengan brutal di tengah malam semu Alasannya? Jelas. Tak hanya satu.
Kita tak saling bertatap walau tak terpisah oleh jarak
Kita tak 'berlabel' seperti yang lain, namun baik kau maupun aku, lebih dekat dari putih dan kuning dalam perut sang telur.

Malu yang menutup mata dan menuntut lupa. Ego seakan enggan mengalah pada rindu yang meronta-ronta
Intuisilah yang menjadi perwira, melawan gagah dan kuatnya masa

Dan aku tahu, kau juga. Akan selalu menunggu disini walau waktu tak kunjung membisikkan jawaban.
Walau lelah, apa boleh buat? Jantung kita sedari dulu bercucuran darah. Tertusuk panah kasih sang dewa.

Aku harap ini bukanlah drama
Yang terjadi hanya di benak saja, hanya khayalan semata.

Kutunggu kau, disini.

Kota Bandung bernuansa Eropa.

Braga.
 

Hujan SajakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang