Kau lihat itu,"
Dia menunjuk pada satu gerombolan
"Lihat mereka, yang sedang tertawa seperti orang gila, kau tahu tidak?""Tempe apa?" Balasku mencairkan suasana, karena perbincangan ini sudah terlalu beku dan kaku.
"Apa yang mereka sembunyikan dibalik pakaian nyentrik mereka"
"Pakaian dalam of course," jawabku dengan spontan, aku tak mau serius.
"Sial! Hentikan itu! Kau menghancurkan kata puitisku!"
"Hhe" Akhirnya dia terpancing juga.
"Kau tak tahu apa yang mereka sembunyikan dibalik tawa, kau tak tahu apa yang mereka sembunyikan pada dunia. Mereka hanya ingin terlihat sempurna di mata manusia lainnya."
Dia mengatakannya dengan sangat serius kali ini."Ya, aku mengerti" Aku sudah tahu perbincangan ini mengarah kemana.
"Baiklah, aku pergi. Sepertinya kau tidak tertarik dengan ceramah puitisku." Ujarnya, lalu bergegas angkat kaki.
Aku hanya terdiam dibalik cahaya surya yang mulai merendah, membiarkan dia pergi
Namun, tidak dengan esok
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Sajak
PoetryKumpulan sajak yang turun dari gumpalan awan dalam hati, siap mengguyur para insan yang membaca tiap tetes diksinya. Selamat membaca :)