Entah sudah berapa lama aku mendaki bukit tandus nan usang ini
Setahuku hujan belum kunjung menyapaku selama 356 hariHujan yang terakhir turun berhasil membuat subur bukit yang memikul sepi
Namun di tengah derasnya air memberi kasih pada tanah, hujan itu tiba-tiba berhenti
Lalu pergi, dan (mungkin) pindah ke lain hatiDan teman seperjalananku bertanya,
"Apa yang kau bawa di tas seberat itu?""Sunyi."
"Kau lelah?"
"Ya, tapi sudah biasa"
"Kau sudah punya pacar?"
"Apa?" Aku terkejut mendengarnya.
"Ahahaha, kau jangan pura-pura polos"
Aku diam sebentar
Mungkin dia tahu aku paling malas membicarakan persoalan iniLalu dia menggodaku,
"Hei kau tahu kan, adik kelas yang di belakang itu lebih muda darimu
Tapi dia sudah punya 11 ekor mantan!"Aku tertawa.
(tanpa niat dan sedikit kesal)"Dan kau?"
"Apa?"
Aku tinggal mengetik ctrl + v pada lidahku"Astaga, kau ini...
Aku tahu kau ini tak suka dengan tawaranku, tapi bila kau membutuhkannya, mampir lah ke pondok pawang hujan, sekitar 14 km dari sini. Kau harus teliti kalau mencarinya. Pondok itu ditutupi rindang dedaunan. Kalau kelewatan, susah putar baliknya.""Ya, terima kasih sarannya."
Ku jawab sesingkat mungkin
Dan bergegas pergiBelum terpikir olehku kalau nantinya akan aku butuhkan alamat pawang hujan itu
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Sajak
PoetryKumpulan sajak yang turun dari gumpalan awan dalam hati, siap mengguyur para insan yang membaca tiap tetes diksinya. Selamat membaca :)