Menapaklah jejak kakinya pada tanah, sebelum meyakinkan bahwa gerak selanjutnya adalah melangkah ke depan
Pada suatu jembatan
Dimana kayu tempat ia berpijak tampaknya berhasil membuat bulu kuduk berdiriNamun rasa penasaran yang menggelitik memaksanya melangkah
Atas apa yang ada di seberang matanya
Sungguh menggiurkanLagipula ia membutuhkannya
Untuk mengisi potongan puzzle yang tak kunjung lengkapTapi entah kenapa setiap ia berhadapan dengan Sang Jembatan
Tepatnya di pucuk kenyamanan
Semua mendadak runtuh
Hancur luluhKetika telapak tak lagi bepijak
Ia terperosok ke dalamnya jurang yang sudah menganga sedari tadi, bersiap melahapIa yang tak berdaya, hanya bisa menerima lebam dan luka
Tapi tak sampai disini saja
Ia masih terus mencoba
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Sajak
PoetryKumpulan sajak yang turun dari gumpalan awan dalam hati, siap mengguyur para insan yang membaca tiap tetes diksinya. Selamat membaca :)