Chapter 6

1.8K 204 8
                                    

Saat Krist melangkah meninggalkan badan pesawat, udara panas langsung menyambut kulitnya. Matahari bersinar dengan sangat terang dan sekitarnya tampak sangat berwarna-warni. 'Bali, ini aku'. Sungguh ini semua lebih indah dari yang bisa dilihatnya di foto.

"Master Kit? Saya I Ketut Tantra, panggil saja Pak Ketut," seorang lelaki tua dengan senyum cerah memegang papan karton besar bertuliskan namanya. Kulit sehatnya sangat gelap, hasil dari paparan sinar matahari bertahun-tahun. Krist melirik kulit putihnya, dia tampak sakit kalau berdiri di samping pria itu. 'Aku akan mendapatkan kulit cokelatku sebelum aku pulang', dia berjanji pada dirinya sendiri.

"Halo, saya Kit. Senang bertemu dengan anda," Krist menyapa pria itu. Untuk misi ini, dia akan menjadi Kit, karena Kit adalah orang tanpa emosi yang akan melakukan segalanya asalkan harganya cocok. Dia tidak boleh jatuh hati ke orang "itu".

"Selamat datang di Bali. Ayo sini, biar saya bawakan tasmu ... Mari ... Mari ... Lewat sini," lelaki tua itu tiba-tiba mengambil kopernya dan menyeret tangannya ke arah mobil. Sikap ramahnya yang cerah menghangatkan hati Krist. Dia bertanya dalam hati bagaimana dia bisa bertahan sampai akhir untuk tidak "meleleh" di tengah lingkungan yang cerah ini. Ini akan menjadi bulan yang panjang dan sulit.

"Apa Master Kit pernah ke Bali sebelumnya?" tanya lelaki tua itu sambil mengendarai mobil.

"Tidak. Ini pertama kalinya saya ke sini."

"Ahhhh kalau begitu, anda harus jalan-jalan. Banyak yang harus anda lihat. Jangan mendekam di vila sepanjang hari."

"Apa yang anda rekomendasikan, Pak Ketut? Eh omong-omong, apa arti 'Pak'?"

"Hahaha ... Pak adalah kependekan untuk Bapak. Artinya ayah. Anda tahu, orang Indonesia suka menggunakan nama depan dan bukan nama keluarga. Untuk membuatnya terdengar lebih sopan, kita berikan 'Pak' untuk laki-laki atau 'Bu' untuk perempuan. 'Bu' itu singkatan dari 'Ibu'." Penjelasan itu membuat Krist kagum.

"Villa Master Singto berada di Nusa Dua, di daerah pantai pribadi. Jadi saya pikir anda juga perlu melihat Kuta. Itu pantai lainnya. Lebih besar dan lebih ramai daripada Nusa Dua. Sangat terkenal di kalangan peselancar. Anda juga harus melihat Ubud. Di Ubud anda dapat melihat banyak budaya Bali seperti lukisan, tarian, dan ukiran. Kami memiliki pementasan tari besar di sana, satu di siang hari dengan kisah Rama dan Shinta, kisah Hindu. Dan di malam hari anda dapat melihat Tari Kecak. Kami juga memiliki banyak kuil di sini, Master Kit. Sebagian besar penduduk Bali beragama Hindu, tetapi kami juga memiliki beberapa kuil Buddha. Master Singto memiliki vila lain di Ubud. Mungkin anda dapat membawa Master Singto untuk bermalam di sana. Putra-putra saya dan keluarga mereka yang merawat vila Ubud." Pak Ketut tertawa ketika menyelesaikan penjelasan. Sangat mudah untuk menyukai pria ini.

"Nah kita sudah sampai, Master Kit. Inilah vila Master Singto. Itu istri dan anak-anak saya."

Krist memberi salam ke wanita paruh baya yang tersenyum cerah menyambutnya. Dia juga melihat ada seorang gadis remaja dan seorang anak lelaki kecil yang dengan malu-malu bersembunyi di balik baju ibunya.

"Halo," Krist dengan sopan melambaikan tangannya kepada anak-anak.

"Mereka anak-anakku yang terkecil. Dua putra tertua dan keluarga mereka tinggal di Ubud dan mengurus properti-properti Master Singto di sana. Keluarga saya telah bekerja untuk keluarga Master Singto selama beberapa dekade." Pak Ketut tersenyum sambil menyeret koper Krist ke dalam vila.

Singto jelas kaya raya. Dia bahkan memiliki dua rumah di Bali. Apa dia benar-benar membutuhkan dua villa? Apa orang-orang kaya itu tidak tahu konsep sewa? Tapi pada akhirnya, itu kan  uang mereka sendiri ya. Mereka bebas memutuskan bagaimana mereka ingin menghabiskan uang mereka dan Krist tidak dapat mengatakan apa pun tentang hal itu.

[Tamat] Love SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang