Chapter 17

1.6K 177 6
                                    

Keesokan harinya, Singto membawa ibunya ke pusat rehabilitasi. Dia memeluknya erat sekali lagi sebelum pergi. Dia berjanji dalam hati bahwa dia tidak akan membiarkan sesuatu apa pun  memisahkan dia dari ibunya lagi. Dia akan melakukan apa saja untuk menjaga ibunya sepanjang waktu, termasuk memberikan tough love dengan memaksa ibu berhenti minum.

Mengingat janji konsultasinya dengan Dokter Beam, dia segera mengemudikan mobilnya ke rumah sakit. Di rumah sakit, kekecewaan lain timbul. Dia tahu, memang janji konsultasi matanya siang itu dengan Dokter Beam, tetapi jujur ​​dia berharap bahwa Krist-lah yang akan memeriksanya. Bukannya dia meragukan keahlian sang dokter mata, tetapi dia merindukan dokter yang lebih muda itu. Ya, dia harus mengakui, setiap kali dia berada di sekitar dokter muda itu, dia merasa damai dan bahagia. Dia merasakan gairah hidup dan getaran yang sama dengan yang dia terima setiap kali Kit ada di dekatnya.

'Di mana kamu sekarang, Krist? Kenapa kamu dan Kit sama-sama menghilang? Dan mengapa aku ingin melihat kalian berdua? Perasaan apa ini yang timbul di dalam diriku? Apa aku mencintai kalian berdua? Apakah mungkin untuk mencintai dua orang sekaligus?' Singto benar-benar ingin memahami apa yang sedang terjadi dalam hidupnya sekarang ini. Dia tahu pasti, dia mencintai Kit. Cukup mencintainya untuk menerima hubungan seperti apa pun yang bersedia Kit tawarkan, asalkan pria itu tetap berada di sisinya. Tapi kenapa dia juga merindukan dokter muda itu? Mengapa yang dia rasakan terhadap Krist sangat mirip dengan perasaannya terhadap Kit? Apakah itu berarti dia juga mencintai Krist?

Dia bertanya kepada perawat di mana dokter muda itu, dan memperoleh jawaban jika Dokter Sangpotirat telah menyelesaikan residennya di sana dan telah pindah ke bangsal ginekologi. Jadi di sinilah dia, duduk sendirian, menerima tatapan ingin tahu dari wanita hamil yang bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan seorang pria, sendirian di bangsal ginekologi. Dia terpaksa pura-pura sibuk dengan bacaannya. Tapi siapa yang bisa dia bodohi? Semua bahan bacaan di bangsal ini tentang kehamilan dan pembuahan.

Akhirnya, wanita terakhir itu keluar dari kamar Dokter Sangpotirat.

Krist mengucapkan selamat jalan kepada pasien terakhir. Hari ini dia membantu Dokter Thitipoom, karena dokter kandungan tersebut harus membantu proses kelahiran bayi. Tentu saja dia tidak bisa memberikan nasihat resmi karena dia belum memiliki kompetensinya. Apa yang dia lakukan hanyalah mengoperasikan perangkat usg dan mencetak gambar untuk diperiksa Dokter Thitipoom nantinya.

Ketika dia sedang membersihkan perangkat, suster Mei masuk dan berkata, "ada seorang pria muda yang mencari anda, Dokter Sangpotirat. Dia sangat tampan." Perawat tersebut mengucapkan kata 'sa' dengan panjang sambil memutar matanya untuk memberi penekanan. Krist tertawa melihat kelakuan perawat itu.

"Lebih tampan dari Dokter Thitipoom?" dia tahu bahwa suster Mei naksir berat ginekolog tinggi itu.

"Tentu saja pria muda ini lebih tampan dari lelaki tua itu!" suster Mei mencemooh.

"Siapa dia, Suster?" Krist tersenyum. Dia tahu, meskipun Mei suka mengatakan hal-hal buruk tentang dokter itu, tapi sebenarnya dia mengincar sang Dokter seperti elang.

"Dia bilang namanya Singto Ruangroj."

'Singto Ruangroj? Kenapa dia datang ke sini? Bagaimana dia bisa tahu aku ada di sini? ' diam-diam Krist bertanya pada dirinya sendiri. "Tolong persilahkan dia masuk, Suster. Terima kasih."

Singto mengintip dari pintu. Senyum lebar muncul dari wajahnya yang tampan. Mengirimkan seribu tusukan jarum ke jantung Krist. 'Betapa aku merindukan senyuman konyolnya itu' dalam hati dia berkata.

"Hai Khun Singto. Apa kabar? Bukankah hari ini kamu harus konsultasi? Sudah ketemu Dokter Beam?" Krist berusaha sebaik-baiknya untuk mempertahankan nada profesionalnya.

[Tamat] Love SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang