Epilog

2.8K 173 9
                                    

Krist melihat bayangan di cermin di depannya. Setelan serba putih bersih yang dipakainya pas sekali membungkus tubuh rampingnya. Rambutnya tersisir rapi penuh gaya. Sebuah mawar merah tersemat di kerah jasnya. Semburat pink mewarnai wajahnya dan matanya berbinar penuh kebahagian. Dia gugup tapi juga siap menghadapi hari itu. Hari pernikahannya.

Karena Krist ingin menyelesaikan residensi umumnya dulu sebelum menikah, masa pertunangan mereka jadi cukup panjang. Singto tidak bisa berbuat apa-apa kecuali setuju dengan keinginan Krist itu. Jadi dua tahun setelah lamaran di pantai, mereka baru melangsungkan pesta pernikahan.

Saat ini, Krist sedang menjalani residensi di spesialis kandungan, sementara Singto bekerja keras untuk memperluas perusahaannya untuk bisa memasuki pasar modal lintas negara (A/N. cross boarder public offering adalah di mana satu perusahaan asing masuk ke pasar modal di suatu negara tanpa membuka perusahaan di negara tersebut. Contoh: Perusahaan Singto beroperasi dan berkedudukan hukum di Thailand. Lalu masuk ke pasar modal di Singapura tanpa membuat perusahaan di Singapura terlebih dahulu.)

Karena mereka berdua sama-sama sangat sibuk, mereka membiarkan Jessica merencanakan pernikahan dengan beberapa bantuan dari mama Singto dan mamanya. Tapi bukan berarti ketiga wanita itu membiarkan kedua calon pengantin lepas tangan sepenuhnya. Mereka terus mengganggu keduanya dengan pertanyaan dan permintaan. Mau tidak mau mereka harus menyelesaikan setiap tugas yang diberikan tanpa banyak tanya atau komen. Ya jujur saja, mereka agak takut pada ketiga wanita itu, terutama pada Jess.

Teman-teman mereka, Bright, Wayo, Phana, Khun Janewit, Khun Suthata, dan bahkan Tuan Ruangroj juga sibuk membantu. Ya, Tuan Ruangroj, ayah Singto adalah bagian dari panitia pernikahan. Bagaimana ceritanya?

-flashback-

Krist menggigit bibir bawahnya. Dia melihat teleponnya untuk memeriksa alamat rumah itu sekali lagi. Nomor pudar yang tertulis di dinding rumah tua kecil itu menjawab keraguannya. Alamatnya cocok dengan yang tertulis di teleponnya. Maka dengan hati-hati dia mengetuk pintu rumah itu.

"Siapa ya?" sebuah suara diikuti dengan batuk yang mengiringinya. Kemudian pintu terbuka, menunjukkan seorang lelaki tua kurus yang mengenakan pakaian kusam yang longgar. Wajah pucatnya penuh kerutan. Matanya tampak sakit.

"Halo, Tuan Ruangroj. Nama saya Krist Sangpotirat dan saya tunangan putra anda." Dengan hati-hati Krist mempelajari pria di depannya. Orang tua itu tampak terkejut, lalu kemarahan muncul di wajahnya yang keriput.

"Keluar! Aku tidak ingin pelacur anak banciku masuk ke rumahku!"

Krist sudah mengharapkan reaksi seperti itu. Jadi dia sudah siap. Tapi tetap saja ada rasa sakit kecil yang membekukan hatinya ketika mendengar apa yang dikatakan lelaki tua itu.

"Tolong Tuan Ruangroj. Saya perlu berbicara dengan anda. Saya tahu anda tidak pernah lagi berhubungan dengan putra anda. Tapi saya ingin berbicara dengan anda. Tolong beri saya waktu lima menit saja." Krist memasang senyum di bibirnya dan berusaha keras untuk menunjukkan ketulusan di wajahnya.

Tuan Ruangroj jadi penasaran. Mengapa pemuda ini ingin berbicara dengannya? Bahkan istri dan putranya sudah tidak mau punya hubungan lagi dengannya. Jadi dia berbalik dan masuk ke rumahnya. Membiarkan pintu terbuka. Dengan hati-hati, Krist mengikuti.

Mereka duduk berhadap-hadapan di sofa. Mencoba menebak apa yang dipikirkan pihak lawan.

"Kamu mau ngomong apa?" arogan Tuan Ruangroj berkata sambil melipat tangannya.

"Tuan Ruangroj, seperti perkenalan saya sebelumnya, nama saya Krist dan saya adalah tunangan putra anda. Dia telah melamar untuk menikahi saya hampir dua tahun yang lalu. Jadi hari ini, saya ingin meminta izin anda untuk menikahi putra anda." Dengan tenang Krist berkata.

[Tamat] Love SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang