Chapter 5

2K 200 12
                                    

Satu hal yang disadari Singto setelah kehilangan penglihatannya adalah jika indra lainnya menjadi lebih baik. Misalnya, sekarang dia bisa mendengar suara samar seperti seseorang sedang bernapas di dekatnya. Dia juga mencium wangi sesuatu yang dirasa akrab tetapi gagal dia ingat.

"Siapa itu? Halo? Apa ada orang di sana?" Singto mengalihkan pandangannya ke arah yang dia duga di mana pintunya seharusnya berada. Dia bisa mendengar siapa pun yang sedang berdiri di pintu berusaha menahan napasnya.

"Hai sayang," tiba-tiba dia merasakan ciuman di pipinya.

"Siapa? Jes?" dengan cepat dia berusaha memindahkan tubuhnya, menghindari Jessica yang mencoba memperdalam ciuman itu. "Ngapain kamu ke sini?"

"Baby ... aku datang untuk menjengukmu!"

"Dari dulu aku tidak pernah butuh kamu, jadi udah pasti sekarang aku juga tidak butuh kamu. CUKUP ... Aku tidak ingin melihatmu lagi," lalu dia menyadari sesuatu, "HAHAHA ... akhirnya sekarang aku TIDAK BISA lagi melihatmu." Tawa pahit keluar dari mulutnya. "Pergilah, Jes. Tinggalkan aku sendiri!" Singto memalingkan wajahnya.

"Singto ... bisakah kita setidaknya menjadi teman? Aku tahu kamu tidak mencintaiku, tapi kamu adalah tunanganku." Suara Jes terdengar kecil dan terasa putus asa di telinga Singto. Tapi kenapa? Jessica tidak mencintainya. Lalu kenapa Jess terdengar sangat sedih?

"Kenapa kamu melakukan ini, Jes? Kita tidak saling mencintai. Dan sekarang aku buta. Kenapa kamu terus menyodorkan dirimu?" Singto bertanya dengan bingung.

"Aku tahu kamu tidak mencintaiku. Itu sebabnya aku memilihmu!"

"Tapi kenapa?"

Jessica terdiam. Singto masih bisa mendengar napas tertahannya. Mengapa Jessica terus memaksakan pertunangan mereka? Tidak satu orang normal pun akan menerima pria buta sebagai suaminya, jika dia tidak sangat mencintai pria tersebut. Apakah Jess mencintainya? Tentu saja tidak. Jika Jessica cukup mencintainya, dia tidak akan mengkhianati Singto dengan perselingkuhannya bersama Bright.

Hal ini membuat Singto jadi berpikir.

"Kamu ingin menggunakanku sebagai pion ya?!" dengan dingin dia menegaskan. "Kau ingin tetap bisa berselingkuh dengan kekasihmu itu. Tapi kamu perlu aku untuk menutupi gaya hidupmu yang kotor. Kenapa tidak? Ayahku punya simpanan dan ibuku pencandu minuman keras. Jadi kau pikir, kita bisa menikah dan aku akan setuju saja untuk kita menjalani hidup kita masing-masing. Seperti yang kau katakan, aku kan seorang bajingan. Seorang suami bajingan akan memberimu kebebasan yang kamu butuhkan. Apakah aku benar, sayangku? "

"YA ... tapi kenapa tidak? Seperti yang kamu bilang, kita tidak saling mencintai. Jadi kenapa kita tidak menganggapnya sebagai suatu keuntungan. Aku tahu ayahmu membutuhkan uang keluargaku. Sedang aku ingin kamu menutupi masalahku. This is a win-win solution, you know."

Singto bisa mendengar senyuman penuh kemenangan berkilauan di setiap kata yang dikatakan oleh Jessica. Kemarahan datang padanya dengan kekuatan penuh. Sial, dia tidak butuh ini semua.

"Aku tidak akan menikahimu. AKU TIDAK MAU!! TIDAK AKAN PERNAH! SEKARANG PERGI! GET OUT!" dia melemparkan semua yang bisa dia raih. Jessica tidak bisa berbuat apa-apa kecuali lari dan segera meninggalkan kamar Singto.

"Khun Singto ... Khun Singto ... tenanglah." Dr. Phana datang ke ruangan dan mencoba menenangkannya. Singto terus berontak untuk beberapa waktu sampai dia terlalu lelah dan kehilangan kesadarannya.

"Apa yang bisa kita lakukan sekarang, Dokter?" Perawat Neen bertanya padanya. "Dokter Beam sudah siap mengoperasinya jika saja dia bersedia memberi kita persetujuan. Tapi dia terus menolak."

[Tamat] Love SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang