Chapter 1

3.3K 252 13
                                    


Krist membuka gerbang rumahnya. Dadanya terasa penuh, sesak. Sebagian karena rasa cinta terhadap rumah ini. Sebagian karena kesedihan melihat kondisinya sekarang. Bahkan dengan kebersihan dan kerapiannya, kita tidak dapat menyembunyikan betapa putus asanya rumah tua itu akan kebutuhan cat baru, penggantian atap, pipa-pipa ledeng baru dan berbagai perbaikan lainnya. Rumah itu perlu dibangun ulang, titik.

Awalnya rumah ini adalah bagian dari perkebungan yang sangat luas. Bertahun-tahun yang lalu, rumah ini memiliki daya tarik tersendiri dan merupakan bangunan mewah. Rumah tinggi putih dengan banyak jendela, berdiri di tengah-tengah tanah yang sangat luas. Pintu masuk tinggi besar dan dinding berwarna putih. Taman yang luas dipenuhi dengan berbagai bunga dan pepohonan. Sementara di bagian lain perkebunan, deret demi deret kandang, gudang, dan ladang penuh dengan kuda, sapi, ternak lainnya dan hasil ladang. Kakek buyutnya membangun perkebunan dan rumah besar ini untuk istinya yang waktu itu masih sangat muda. Seperti umumnya pada masa itu, orang mempunyai banyak anak, jadi dia membuat rumah yang besar untuk istri dan anak-anaknya.

Krist ingat ibunya pernah bercerita kalau dulunya rumahnya ini sangat megah. Kakek-neneknya sering mengadakan pesta untuk keluarga atau kenalan bisnis. Gelak tawa memenuhi lorong baik ketika para pelayan sibuk mempersiapkan pesta atau kala sekadar membersihkan rumah. Meskipun ibunya adalah anak satu-satunya kakek-nenek, ibunya tidak pernah sendirian. Rumah selalu dipenuhi para tamu dan pelayan. Kakek-nenek adalah orang yang sangat dermawan. Orang-orang yang bekerja untuk mereka juga dapat membawa keluarga mereka untuk tinggal di perkebunan. Ketika tidak ada pesta, mereka makan malam bersama di dapur. Tuan dan pekerja duduk bersama, menikmati makanan hangat sederhana sambil mengobrol tentang kejadian hari itu.

Tetapi semuanya kini tidak terlihat lagi. Rumah ini sekarang terlihat lelah. Cat tembok yang terkelupas sudah menghitam karena hujan. Atapnya miring dan terancam roboh. Bahkan ada lubang besar di beranda. Tidak ada bunga atau tanaman cantik yang terlihat. Hanya rumput dan semak yang tinggi. Meskipun bersih, rumah ini tampak tua dan putus asa. Tetapi Krist sangat mencintai rumahnya. Begitu cintanya sampai rela untuk melakukan apa saja untuk menjaga rumah ini.

Krist bisa melihat ayunan yang terbuat dari ban tua masih tergantung di pohon ek besar. Pohon yang bahkan lebih tua dari rumah ini. Sebegitu tuanya sampai kita bisa melihat keriput-keriput di dahan pohonnya dari kejauhan. Sesungguhnya dia sangat menyayangi pohon itu hampir sama besar dengan rasa cintanya pada rumahnya. Pohon itu adalah tempat dia belajar memanjat. Semua gigi dan tulang yang patah terjadi karena jatuh dari cabang tuanya. Pohon dan rumah adalah satu-satunya yang tersisa dari perkebunan. Area perkebunan yang luas telah dijual sebagian demi bagian oleh ibunya agar mereka bisa bertahan hidup dan juga untuk membayar cicilan utang.

Beberapa tahun yang lalu, dia membuat janjinya untuk melindungi rumah ini. Janji itu diukirnya di cabang pohon tua. Sekarang adalah saatnya untuk memenuhi janji itu. Diam-diam dia melihat surat di tangannya. Itu adalah surat panggilan dari bank. Bulan depan, Bank akan menyita rumah ini jika mereka gagal membayar cicilan utang.

Setelah bagian terakhir dari perkebunan dijual, Krist dan ibunya harus bekerja keras untuk membayar cicilan. Peringatan demi peringatan telah dikirim oleh Bank. Kali ini, Bank hanya memberi mereka satu bulan untuk mengepak barang-barang dan pindah.

"Krist? Itu kamu kan? Kamu sedang ada di sana, sayang? Ayo masuk. Di luar dingin, kamu bisa masuk angin. Astaga, kamu kurus sekali. Kamu pernah makan nggak sih? Mama benar-benar tidak paham deh kenapa anak muda jaman sekarang suka sekali berbadan kurus," seorang wanita tua menyeretnya ke dalam.

"Halo mama," Krist memeluk wanita tua yang ceria itu. Ibunya harum kombinasi melati, deterjen dan matahari. Wangi yang paling dia sukai.

"Krist, kamu pegang apa itu? Itu surat dari bank ya?"

"Iya, ma. Mereka kirim peringatan terakhir. Kita harus segera bayar atau pindah dalam sebulan," perlahan Krist menyerahkan surat itu.

Terdiam ibunya membaca surat itu. Beberapa kerutan terbentuk di dahinya. Mata kecil yang selalu bersinar, yang dia wariskan ke Krist, kehilangan cahayanya. Nafas berat keluar dari mulutnya. Lalu dengan lembut dia menepuk bahu putranya. "Kamu sudah makan? Makan dulu yuk, mama buat sup untuk kita." Sup di rumah ini hanya terdiri dari sayuran. Ibunya tidak punya cukup uang untuk membeli ayam.

"Jadi, gimana sekolahmu, Krist? Kamu baru aja selesai ujian akhir kan?" Mereka mengobrol sambil makan.

"Kuliahku baik, ma. Oh iya, aku kan sudah mulai kerja di liburan ini, Apa boleh kalau aku tidak pulang selama liburan ini, ma?"

"Kamu mau kerja apa kali ini? Kamu tuh selalu kerja setiap liburan. Berapa lama kamu akan kerja kali ini? Kamu perlu istirahat lho Krist. Jangan sampai kamu sakit." Ibunya menatapnya dengan kekhawatiran di matanya. Krist selalu bekerja. Ketika dia masih kecil, dia membantu ibunya berjualan kue dan kudapan di sekolah. Sepulang sekolah, Krist melakukan beberapa pekerjaan untuk tetangga mereka. Memotong rumput, menjaga anak-anak mereka, memberi pelajaran tambahan, bahkan melakukan pekerjaan yang lebih berat seperti merawat ternak dan kuda mereka. Ketika dia tamat sekolah menengah dan diterima di Fakultas Kedokteran bergengsi dengan beasiswa penuh, dia tidak berhenti bekerja. Setiap bulan, dengan keras kepala dia mengirimkan sebagian dari gaji paruh waktu kepada ibunya. Tidak pernah terlewatkan, tidak pernah lupa.

Sebagai putri seorang tuan tanah, mamanya Krist dilahirkan di keluarga terkaya di daerah ini. Meskipun keluarganya sangat kaya, tidak membuatnya menjadi anak manja. Nona Sangpotirat muda adalah gadis tercantik di desa ini. Walau menyukai pesta, dia juga suka membantu orang lain. Semua orang di area ini mencintainya karena kebaikan hatinya. Sayang sekali, dia kurang beruntung dalam pernikahannya. Mantan suaminya adalah seorang penipu yang menikahinya hanya karena kekayaannya. Ketika orang tuanya meninggal dan meninggalkan seluruh hartanya untuk putri tunggal mereka, dia meminta mamanya Krist untuk menandatangani surat yang ternyata berisi persetujuan untuk menyerahkan seluruh aset kepada suaminya itu. Lalu tiba-tiba dia menghilang. Meninggalkan mamanya Krist yang masih muda dan sedang hamil tua dengan sejumlah utang. Terpaksa mamanya Krist menjual semua perhiasannya. Lalu perlahan-lahan, bagian demi bagian perkebunan dijual juga untuk membayar utang. Setelah bertahun-tahun mencoba berjuang, akhirnya dia kalah. Dia tidak sanggup lagi membayar utangnya. Walau begitu, dia tetap berusaha terlihat kuat dan berpura-pura bahwa semuanya berjalan normal. Dia tidak ingin putranya yang ramping dan tampan itu harus terbebani dengan masalah-masalahnya. Yang ia ingin lakukan hanyalah melindungi putranya.

"Krist sayang, kamu tidak perlu terlalu memikirkan utang, oke? Mama akan baik-baik saja. Kamu kan sekarang sudah tinggal di asrama, jadi mama tidak perlu rumah besar seperti ini lagi. Mama bisa nyewa kamar di desa. Oh iya, kemarin keluarga Kiet tanya apa mama mau kerja di rumah mereka. Kalau mama setuju, mereka akan menyediakan kamar untuk mama tinggali. Jadi kita tidak butuh rumah ini lagi."

"Tapi mama, rumah ini kan milik keluarga kita. Ini satu-satunya aset yang tersisa dari keluarga Sangpotirat. Aku tahu mama sangat bangga dengan rumah ini, dan dengan keluarga kita. Mama bahkan tetap menggunakan nama Sangpotirat sebagai nama kita kan." Krist menggenggam tangan ibunya dengan lembut. "Aku sekarang masih punya uang. Aku bisa bayar cicilan bulan ini."

"Apa? Bagaimana?"

"Mama ingat teman SMA-ku, P'Bright? Sekarang dia punya klub. Aku sudah kerja di sana selama beberapa bulan. Bayarannya lumayan dan liburan ini aku bisa kerja seharian, tidak hanya di sore hari."

"Tapi Krist, klub apa itu? Utang kita kan sangat besar, gimana caranya kamu bisa punya cukup uang untuk bayar?"

"Jangan khawatir mama. Itu klub yang sangat bergengsi. Hanya orang terkaya di Bangkok yang bisa masuk. Para pelanggan memberi aku tips yang sangat besar, jadi aku bisa punya cukup banyak tabungan. Paling nggak cukup deh untuk cicilan bulan ini. Kalau aku kerja di sana seharian, aku mungkin bisa hemat lebih banyak lagi. Mama yakin saja ya, kalau semuanya akan baik-baik saja. Biar aku yang ngurus masalah utang kita, oke?" Apa yang Krist tidak katakan pada mamanya adalah apa pekerjaannya di sana dan klub seperti apa itu.

-bersambung-

Kalau sekarang pasti udah ketebak kan ya POV siapa aja di Prolog itu?

Terimakasih sudah membaca. Terimakasih juga untuk vote dan komennya <3333

[Tamat] Love SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang