2.0

2.1K 375 14
                                    

Minhyun sudah resmi bercerai dengan Minkyung sejak beberapa minggu lalu. Sekarang rumah mereka yang lama sedang dalam tahap penjualan. Pengadilan juga sudah menentukan untuk pengasuhan anak diberikan pada Minhyun sesuai dengan yang mereka minta.

Hari ini cerah namun tetap sejuk seperti musim semi lainnya. Tidak terasa memang kalau semuanya cepat berlalu seperti ini. Hyunbin dan Minhyun serta si kecil Jinyoung kini menempati apartemen yang tidak jauh dari sekolah Jinyoung. Setelah mengantar Jinyoung, mereka berdua berencana untuk mengunjungi orang tua Minhyun untuk memberitahu perihal mereka.

"Appa mana bekalku?" Jinyoung yang tengah memakai sepatu berteriak ke dalam.

"Sebentar, sayang. Hyunbin cepat! Jinyoung nanti terlambat." Minhyun segera mengambil bekal Jinyoung di atas meja makan lalu mengetuk pintu kamar mandi.

"Iya sayang. Sebentar," teriak Hyunbin dari dalam kamar mandi.

Minhyun hanya mendengus mendengar perkataan Hyunbin barusan. Mereka harus mengantar Jinyoung ke sekolah setelah itu berangkat ke Artesta. Tak mau pusing memikirkan itu, Minhyun segera membungkus bekal anaknya itu lalu memberikannya. Ternyata menggantikan posisi Minkyung itu sungguh berat.

"Paman Hyunbin belum selesai Appa?" Jinyoung memang masih memanggil Hyunbin dengan sebutan paman. Hyunbin tidak keberatan. Toh ia juga belum menikahi ayah Jinyoung kan?

"Sabar sebentar, ok? Mari kita turun dan tunggu di depan mobil–Hyunbin kami turun duluan. 5 menit tidak turun, aku pergi sendiri."

Minhyun mengambil kunci mobilnya lalu turun ke bawah– ke parkiran mobil. Jinyoung mengikutinya dari belakang, menuruni tiap anak tangga dengan hati-hati. Setelah menunggu kira-kira 3 menit, Hyunbin datang dengan kemeja coklat dan jeans.

"Maaf lama. Ayo kita segera berangkat." Hyunbin menerima lemparan kunci dari Minhyun lalu duduk di sebelah kiri untuk mengemudi. Minhyun duduk di sebelahnya bersama Jinyoung yang ia pangku.

"Apa aku benar-benat tidak boleh bertemu dengan harabeoji dan halmeoni?" Jinyoung bertanya pada 2 lelaki dewasa yang dengan tumbennya mengantar ia ke sekolah bersama. Biasanya hanya salah satu. Hyunbin atau Minhyun saja, tidak pernah dua-duanya.

"Lain kali saja, ok? Hari ini kami ingin membicarakan hal untuk orang dewasa. Kau belum boleh dengar dan membolos sekolah bukan hal yang bagus." Minhyun menjelaskan. Jinyoung mau tidak mau akhirnya mengangguk mengerti meskipun bibirnya mencebik kesal.

"Nah sudah sampai." Hyunbin merem mobil saat mereka sudah tiba di depan sekolah Jinyoung.

"Aku turun dulu." Jinyoung membuka pintu mobil lalu turun dibantu oleh Minhyun.

Setelah Jinyoung mereka pastikan masuk ke dalam, Hyunbin kembali menjalankan mobilnya. Perjalanannya akan cukup jauh. Sekitar 1 setengah jam dari tempat mereka tinggal ke Artesta dengan perjalanan darat. Minhyun sudah mengabari keluarganya kalau ia akan datang dan membawa seseorang. Namun ia tidak mengatakan bahwa seseorang itu adalah kekasihnya.

Hyunbin menyuruhnya tidur selama perjalanan. Mereka menyalakan musik klasik untuk menambah ketenangan dan ini makin membuat Hyunbin menyuruhnya istirahat. Semalam Minhyun lembur dan pagi-pagi ia harus sudah bangun untuk membuat sarapan. Hyunbin hanya khawatir.

Minhyun pun hanya menuruti. Ia menyenderkan tubuhnya pada kursi setelah menurunkannya sedikit lalu ia perlahan tidur. Hyunbin yang melihatnya pun tergerak untuk mengelus lembut rambut Minhyun lalu kembali fokus menyetir.

Saat melihat plang Artesta di depan, Hyunbin mau tidak mau harus membangunkan Minhyun karena ia tidak tahu di mana letak rumah keluarganya. Hyunbin pun mengguncang pelan tubuh Minhyun. Ia mudah bangun jadi tidak perlu diguncang keras-keras pasti sudah langsung sadar.

"Hmm?? Ada apa?" Minhyun dengan wajah yang masih mengantuk itu bertanya pada Hyunbin sambil mengucek matanya.

"Sudah sampai di Artesta. Aku tidak tahu di mana rumah keluargamu jadi kau harus menuntunku."

"Oh, iya juga. Terima kasih sudah membangunkanku."

"Hmm."

Minhyun pun mulai menunjukkan letak rumah orang tuanya. Tidak jauh, hanya sekitar 10 menit dari tempat terakhir Hyunbin membangunkannya. Sebuah rumah minimalis dengan cat dominan merah pun sudah tampak di depan mereka. Keduanya hanya perlu turun dan mengetuk pintu untuk bertemu dengan orang tua Minhyun.

Minhyun tampak gugup. Ia berkali-kali menggigiti bibir bawahnya karena rasa khawatir. Ini belum lama sejak perceraiannya yang menggegerkan keluarga. Membawa calon menantu baru untuk mereka pastinya tidak mudah. Tapi harus sekarang karena mereka juga harus ke Korea untuk bertemu orang tua Hyunbin.

Hyunbin yang khawatir melihat Minhyun gugup pun mengambil tindakan. Ia menggenggam tangan Minhyun yang berada di atas pahanya. Ia genggam tangan itu lalu ia tatap hazel rubah milik kekasihnya ini untuk menguatkan.

Minhyun tersenyum mendapati perlakukan Hyunbin tersebut. Ia mengangguk lalu keduanya beranjak keluar dan berhenti tepat di depan pintu berwarna hitam pada rumah orang tua Minhyun. Yang lebih tua mulai mengetuk pintu sampai akhirnya kakaknya membukakan pintu dan mempersilahkan mereka masuk.

"Oh, sepertinya aku pernah melihatmu di suatu tempat?" Kakak Minhyun bertanya pada Hyunbin yang sudah duduk di ruang tamu rumah.

"Aku adik dari Kwon Yuri. Mantan kekasihnya, kau tahu." Hyunbin berujar santai sambil meminum jus jeruknya.

"Ah, pantas saja. Bagaimana kabar Yuri? Apa ia sudah menikah?"

"Ya, punya seorang anak juga yang sekolah di tempat yang sama dengan Jinyoung."

"Oh, takdir macam apa ini! Jadi ia tinggal di LA juga?"

"Begitulah, makanya aku bisa ke sini."

"Lucu juga ya. Kau bermain dengan mantan kekasih kakakmu." Hyunbin hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan Sojin—kakak Minhyun.

"Oh, sudah datang Minhyun-ah? Ingin bicara apa—oh ini temanmu?" Ibu Minhyun datang dan duduk di salah satu kursi pada ruang tamu mereka.

"Ya, kami yang ingin bicara." Minhyun bangun dan memeluk ibunya erat untuk melepas rindu sementara Hyunbin membungkuk hormat dari tempatnya.

"Sebentar, ibu ambilkan kue kering yang sudah ibu siapkan dulu. Sebentar saja."

Ibu Minhyun pun berjalan ke arah dapur. Aroma harum kue kering memasuki hidung mereka saat Ibu dari Minhyun membuka ovennya. Ia kemudian mengaturnya ke atas piring baru dibawa ke depan untuk mereka santap. 

"Nah, sekarang kalian bisa bicara sambil makan ini. Setelah itu ibu akan masakan makan siang untuk kalian. Jadi jangan makan diluar, ok?"

"Terima kasih banyak ibu. Maaf merepotkan."

"Tidak repot sama sekali. Sekarang kau sudah tidak punya istri jadi tidak ada yang mengurusmu. Selain itu kau juga jarang ke sini. Ibu sama sekali tidak repot."

Ibunya menyadari jika anaknya ini ingin segera bicara. Maka itu ia berinisiatif untuk memulai. "Oh, jadi apa yang membawa kalian ke sini?" Tanya ia penasaran.

Minhyun mengambil nafas dalam-dalam. Ia yang harus banyak bicara dan meyakinkan saat itu. Bagaimana pun ini adalah keluarganya dan akan lebih mudah jika ia yang mengontrol. Nanti Hyunbin juga begitu saat mereka pergi ke Korea. Semoga saja lancar.

"Ibu aku akan segera menikah—" Ibunya sukses mengerutkan keningnya ketika mendengar potongan kalimat Minhyun.

Minhyun kembali mengambil napas dalam-dalam. "—dengan Hyunbin." Lalu perkataan Minhyun kini berhasil untuk membuat Nyonya Hwang membelalakan matanya lebar.

TBC

Sudah semakin mendekati chap akhir. Masalah fanbook nanti bakal aku umumin setelah tamat. Ini pertama kalinya sih aku buat gituan tapi pengen juga dan aku bakal usahain sebagus mungkin jadinya.

Jadi ditunggu aja ya~~

Body - Kwon Hyunbin x Hwang Minhyun [S1+S2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang