2.6

1.7K 318 9
                                    

Hari ini hari Senin, tepat dua hari sejak terakhir kali mereka berdua menginjakan kaki di rumah orang tua Hyunbin saat meminta restu yang sayangnya ditolak. Namun, mobil Hyunbin yang berhenti di depan gerbang mengartikan bahwa mereka sama sekali tidak menyerah, bahwa penolakan pertama itu tidaklah bisa menjadi penghenti keguguhan mereka dalam mempertahankan cinta. Keduanya datang kembali, mencoba mencari keberuntungan yang datang menghampiri mereka dan semoga saja itu akan mempermudah segalanya hari ini.

Ayah Hyunbin baru pulang dari perjalanan bisnisnya hari Minggu kemarin, Minhyun pun menyarankan untuk datang kembali hari ini. Mungkin terlalu cepat untuk mendinginkan suasana rumah, tetapi sayangnya mereka tidak punya banyak waktu. Minhyun harus izin kembali, begitu pula dengan Jinyoung. Karena itu keduanya tidak punya pilihan selain pergi hari ini.

Dengan harapan yang besar, mereka berjalan memasuki rumah. Di halaman depan, Hyunbin di sapa oleh pembantu rumah tangga keluarga Kwon yang tengah mengurusi tumbuhan yang mengisi taman kecil rumah. Wanita tua yang Hyunbin panggil 'bibi' itu menyarankan diri untuk memanggilkan majikannya ke dalam, Hyunbin mengangguk untuk menyanggupi saran itu.

"Tapi tolong katakan saja ada yang mencari. Jangan bilang ini aku," ucap Hyunbin berpesan pada wanita itu.

Si wanita tua mengangguk canggung, sepertinya ia mengingat pertengkaran Hyunbin dan majikannya itu dua hari lalu. Namun, Hyunbin tidak ambil pusing dan masuk ke dalam sembari mengajak Minhyun. Ia berjalan santai lalu duduk di sofa biru yang tempo hari mereka duduki juga.

Saat itu yang keluar bukanlah ibunya, melainkan seorang lelaki paruh baya yang tengah memegang sebuah koran ditangannya; tak lain itu adalah Ayah Hyunbin. Sang anak membungkukan kepalanya sedikit sebagai tanda salam. Tanpa basa-basi Ayah Hyunbin itu meletakkan korannya disamping begitu ia duduk tepat di depan kedua anak adam yang ia kenal betul.

"Ayah sudah tahu. Ibu menceritakannya semalam. Minhyun, aku hanya tidak menyangka kau justru akan menikah dengan Hyunbin padahal selama 5 tahun kau bolak-balik ke rumah ini untuk mengantar Yuri kemana-kemana waktu itu," ujar pria tua itu lalu terkekeh kecil ketika ingatannya membawa dirinya ini ke masa lalu. Namun melihat Minhyun yang hanya tersenyum kecil menanggapinya membuatnya sadar, kedua anak ini tidak main-main.

"Wah, jangan terlalu tegang begitu." Ayah Hyunbin menyesap kopi yang baru saja dibawakan pembantu mereka lalu melanjutkan, "Setelah Hyunbin meminta pembatalan pernikahannya dengan Seulgi lalu tiba-tiba tidak membawa orang yang ia janjikan untuk diperkenalkan pada kami, aku sudah memiliki perasaananeh. Dan benar saja, ia pun tidak berniat mencari yang baru setelah Seulgi menceraikan karena alasan Hyunbin gagal melupakan kekasihnya itu. Aku penasaran seperti apa rupanya, tetapi yang muncul sekarang malah orang yang begitu aku kenal. Eh, tapi aku hanya pria tua yang tidak tahu apakah orang yang aku sebutkan itu sama denganmu, Minhyun."

Tapi Minhyun yang hanya kembali tersenyum kecil tidak memuaskan perasaan pria itu. Mereka berdua masih tegang, mungkin efek penolakan keras dari istrinya dua hari lalu. Karena itu, Ayah Hyunbin pun berniat untuk sedikit mencairkan suasana. Mungkin sedikit mengajak mereka berbincang akan baik.

"Nah coba ceritakan padaku bagaimana kalian bisa memulai hubungan ini?"

Mendapat pertanyaan yang tak disangka-sangka, Hyunbin mengangkat kepalanya segera. Matanya membelalak, ia tidak pernah mengira hal seperti ini ditanyakan ayahnya. Padahal Hyunbin sudah menyiapkan tubuhnya, sekiranya ayahnya ini memukulinya dengan alasan-alasan tertentu. Setidaknya ia akan mendapatkan tonjokan di pipinya, itu yang paling ringan. Ayahnya yang dengan santai meminum kopi hitamnya sembari bertanya hal ini tak ada sama sekali dalam bayangannya.

Minhyun yang sama terkejutnya kini menatap Hyunbin dengan pandangan yang tak bisa ia baca. Hyunbin yang ditatapi pun menepuk pelan paha pria itu lalu tersenyum. Mengucapkan 'tidak apa-apa' secara nonverbal.

"Apa yang ingin ayah dengar?"

"Cerita kalian. Sejak kapan kalian mulai tertarik dan sebagainya."

"Baiklah..." Hyunbin tersenyum memulai ceritanya. "Kekasih yang aku janjikan untuk datang waktu itu memang Minhyun hyung."

"Lalu kenapa kau tidak membawanya ke sini?"

"Kecelakaan. Ia dibawa ke Amerika dan aku tidak tahu kabarnya sampai aku mengunjungi Yuri noona beberapa bulan lalu. Lucu sekali, Minhyun hyung adalah ayah dari teman dekat Seonho di sana. Tapi ia amnesia dan ingatannya baru kembali tidak lama ini."

"Ah, aku juga sudah mendengar bahwa Minhyun sudah menikah sebelumnya. Siapa nama anakmu?"

"Jinyoung, laki-laki dan ia 5 tahun. Aku bisa membawanya ke sini kalau paman ingin melihatnya." Minhyun membuka mulut untuk pertama kalinya sejak ia duduk beberapa menit lalu. Ayah Hyunbin tampak tersenyum senang mendengar jawaban dari Minhyun. Yang ia dengar dari Hyunbin, katanya ayahnya ini suka sekali dengan anak-anak. Saat mereka membawa Jinyoung ke sini, sepertinya nanti ia bisa menerimanya dengan baik.

"Dan aku penasaran bagaimana kemarin kalian bilang Hyunbin punya anak? Setahuku Seulgi sama sekali tidak pernah mengandung saat itu. Lalu itu anak Hyunbin dengan siapa?"

"Seorang wanita yang aku tiduri secara acak, ia memintaku untuk menjaga anak kami. Tapi dari sifatnya, kelihatannya ia orangnya baik dan sepertinya itu juga menurun pada anaknya. Kami melakukan tes DNA dan hasilnya akan keluar hari ini."

Hyunbin tentunya tidak ingin mengatakan pada ayahnya bahwa anaknya itu berasal dari seorang pekerja seks. Lagi pula itu juga permintaan Haruka, kalau-kalau ada yang bertanya tentang ibu dari Daehwi. Masa-masa itu adalah masa yang Haruka ingin lupakan. Dan ayahnya juga tidak perlu tahu bahwa ia membukakan usaha untuk gadis itu.

"Apa? Berapa umur anak itu dan jenis kelaminnya? Kau itu! Untung saja wanita itu hanya memintamu untuk mengurusnya dan bukannya minta dinikahi. Kalau mau bermain itu yang pintar," omel ayahnya yang tidak percaya bahwa anaknya ini sebodoh itu.

Hyunbin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Kalau dipikir-pikir, ia memang sangat bodoh saat itu. Sebenarnya ia juga tidak ingat apapu tentang malam itu. "Sepertinya aku mabuk dan tidak sadar. Ya, beruntung sekali aku ini. Bayi itu sekitaran satu tahun dan laki-laki."

"Jadi, kalau begini kalian masing-masing sudah punya keturunan. Tapi kenapa semuanya harus laki-laki. Kapan aku memiliki cucu perempuan yang cantik, yang bisa aku manjakan dan aku belikan mainan yang banyak. Katakan pada Yuri untuk mengandungkan setidaknya satu anak perempuan sebagai cucuku," gerutu Ayah Hyunbin.

Minhyun dan Hyunbin pun tertawa kecil mendengar gerutuan pria tua itu. Tidak, Minhyun sama sekali tidak tersinggung ketika kalimat Ayah Hyunbin secara tidak langsung mengatakan bahwa dari pernikahan mereka, ia yang sebagai pihak penerima tidak bisa menghasilkan keturunan. Ia ini bagaimana pun adalah laki-laki dan tak ada yang perlu disesalkan dari itu.

"Ibumu kemarin menelepon Yuri untuk meminta dukungan untuk menolakmu. Tapi katanya kakakmu itu sudah tahu kalau kau ke sini dan datang untuk meminta izin kami. Ia diceramahi habis-habisan oleh Yuri. Semoga saja kakakmu itu bisa membujuknya. Kau tahu kan kalau ibumu itu egonya tinggi sekali."

Hyunbin menahan nafasnya, ia ingin menanyakan pertanyaan final. Ia gugup tapi ingin segera tahu jawabannya. Jadi Hyunbin kumpulkan semua keberaniannya dan perlahan membuka mulutnya.

"Jadi, kalau ayah sendiri bagaimana?"

"Aku? Kalian sudah besar. Kalau sudah yakin, tak ada yang bisa ku lakukan. Lagi pula aku tidak mau lagi melihat ada wanita yang datang ke rumah ini minta diceraikan olehmu karena tidak tahan mendengar gumamanmu dalam tidur yang menyebut-nyebut nama orang lain—dan aku tahu nama orang itu hari ini. Kalau tidak aku izinkan, kalian juga akan menikah pada akhirnya."

Dan mendapat satu izin dari orang tua Hyunbin membuat Hyunbin tidak tahan untuk tidak menarik tubuh Minhyun ke dalam pelukan.

Akhirnya, yang mereka tunggu pun terjadi.

TBC


Body - Kwon Hyunbin x Hwang Minhyun [S1+S2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang