*19*

103 9 0
                                    

Dengan cepat gue langsung menengok ke kaca. Ehk, kok ada anak tiang itu sih? Mana dia ngintip lagi.

Dengan cepat gue juga langsung lihat ke arah Bang Sehun yang malah menatap datar sambil menyenderkan tubuhnya di kursi.

"Lo engga bilang kalau kita udah sampe sekolah, Bang?"  Ujar gue dengan suara tertahan saking marahnya.

"Lo abis kebanyakan drama." Sumpah punya Abang satu kek gini amat. Malu gue sama itu tiang! Seharusnya gue bisa memberikan contoh yang baik lah ini malah sebaliknya. Reputasi gue sebagai guru BK gimana?

"Bangke lo, Bang!" Ujar gue dengan nada pelan namun tegas.

"Serah lu mau ngomong apa, sekarang turun gue mending jalan ma Irene."

Ahk, Irene. Calon Kakak Ipar gue. Tapi kok dipikir-pikir kenapa dia mau ya sama Abang gue yang datarnya kek tembok Berlin ini?

Tanpa pamit gue langsung saja turun dari mobil dan gue tutup pintunya. Tidak lama Mobil Abang gue melaju pergi meninggalkan halaman parkir.

"Pagi kesayanganku!" Ujar si tiang.

Dengan malas gue tersenyum manis padahal mah dibuat-buat.

Dengan cepat gue berjalan memasuki kawasan sekolah dengan diikuti langkah kaki panjang siapa lagi kalau bukan si Guanlin. Gue sesekali tersenyum ramah ketika berpapasan dengan murid lain.

"Guanlin." Panggil gue.

"Ya, sayang." Jawabnya dengan mamis.

WHAT THE FUCK!!!

Gue menjulingkan mata ke arah lain.

Ssaem [Lai Guanlin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang