Scene 8

1.4K 87 2
                                    

=Memusingkan=

Aozora berkali-kali mendesah frustasi dan duduk gelisah di kursinya sambil sesekali mencoret-coret kertas. Hampir satu jam ia terkurung di ruangan rapat ini dengan para produser. Rapatnya berjalan alot karena memang sang CEO yang sepertinya sedang kehilangan fokus. Bagaimana tidak kehilangan fokus kalau setengah pikiran jernihnya dibawa lari oleh wanita yang telah menerobos pintu hatinya.

Kenangan buruk saat di ruangannya masih membekas di benak. Dengan jelas ia mengingat wajah terkejut serta raut kekecewaan yang tercetak jelas di mata Sara saat kedatangan Haru-tengik tadi. Dan saat Sara berlari dari ruangannya, di saat itu juga ingin rasanya ia mengejar lalu memeluk kuat-kuat Sara dan tak mau melepaskannya lagi.

Akan dia jelaskan apa yang sebenarnya dan bilang kalau itu adalah salah paham karena Haru-tengik itu bukan tunangannya. Ia tak sudi harus menyandang status tunangan dari wanita genit itu, semua ini hanya akal-akalan keluarga mereka.

"Hiyoshi-sama."

Akira menyenggol kaki atasannya itu yang masih melamun. Ia melayangkan tatapan minta maaf pada orang-orang yang melirik Aozora. "Hei bocah!" desisnya kali ini sambil mencubit keras paha Aozora.

Aozora melompat kaget saat merasakan sengatan di pahanya. Kakinya terantuk kaki meja saat reflek bangkit dari kursinya yang menciptakan kehebohan yang mengundang perhatian seluruh anggota rapat. Matanya mengerjap kaget lalu tak sengaja bertubrukan dengan tatapan Akira yang membuatnya meneguk liur gugup.

"Ada apa Hiyoshi-sama?" Nada suaranya dibuat-buat se-halus mungkin. Tapi Aozora dapat mendengar dengan jelas peringatan di dalamnya.

Aozora memandang sekeliling yang masih menatapnya dengan heran bercampur kebingungan. Ia berdehem membersihkan ganjalan di tenggorokannya sebelum membuka suaranya. "Aku ada urusan penting. Kalian bisa melanjutkannya. Aku wakilkan pada Akira-san."

Setelah itu Aozora kabur dari ruang 'kesakitan' itu tanpa menunggu respon orang-orang. Dia tak peduli bagaimana anggapan mereka tentangnya. Dengan gemas ia memeriksa arlojinya yang kini menunjukan pukul 17.50. Semoga saja wanita yang ingin segera ia temui masih ada di studio. Ia harus mengambil kembali setengah jiwanya lagi sebelum ia lebih gila daripada ini.

Tak perlu terlalu jauh mencari, ia langsung menemukan Sara yang tengah berjalan menuju lobi. Senyum tipis menyembul di wajah tampannya dan dengan tergesa-gesa ia mencoba menghampiri Sara sampai secara tiba-tiba ia mengerem langkahnya.

Dengan tatapan tak percaya, ia menyaksikan interaksi yang bisa dibilang cukup 'intim' antara Sara dan Nohara. Terlihat dari gestur tubuh mereka yang sangat santai saat kontak satu sama lain. Bagaimana riangnya Sara saat Nohara mengusap lembut puncak kepala pirangnya dan Sara terlihat santai saat memukul pelan perut Nohara.

Pikirannya mulai semerawut saat ratusan pertanyaan bermunculan mengiringi kepergian Sara dan Nohara. Mulai dari pertanyaan sederhana seperti apa mereka berpacaran? Kapan mereka pacaran? Sudah sampai sejauh mana hubungan mereka? Sampai... sudah melakukan apa saja mereka? Berciuman kah.....atau....

"Sialan!"

Ia melarikan diri ke ruangannya dan segera mengunci pintu dan menyalakan AC berharap bisa mendinginkan kepala terutama hatinya. Ia merebahkan diri di sofa kulitnya sambil menerawang memandangi langit-langit ruangannya menunggu kesadarannya pulih seperti semula.

Setelah merasa lebih tenang, ia kembali merenungkan kejadian tadi. Pertanyaan pertama yang muncul adalah kenapa ia cemburu -meski enggan mengakuinya- melihat Sara dan Nohara? Toh Sara bukan siapa-siapanya. Ia berhak bergaul bahkan berpacaran -membayangkannya saja membuatnya getir- dengan siapa saja.

Miss Flirting [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang