=Our Wedding Story 2=
Satu tahun kemudian...
Aozora melenguh dari tidurnya yang nyenyak. Tangan yang dihiasi otot-otot yang kekar itu meraba-raba sisi kasurnya yang kosong. Matanya seketika terbuka karena tidak menemukan isterinya. Biasanya saat terbangun ia selalu menemukan Sara masih terlelap dalam keadaan telanjang bulat sama seperti dirinya.
"Sara."
Panggilan Aozora tidak ada yang menyahuti. Jam masih menunjukan pukul enam pagi. Dengan kesadaran yang belum terkumpul sempurna, ia turun dari ranjang dan mengenakan boxer semalam untuk mencari keberadaan isteri kecil-nya.
Namun apartemen ternyata sunyi sepi tanpa ada tanda-tanda kehidupan. Aozora mengernyit heran dan berpikir kemana perginya Sara. Ketika pergi ke dapur, ia melihat ada note kecil di atas tudung saji.
Maaf, aku harus lembur. Tulis Sara.
Aozora menghela nafas dan menatap tak bergairah masakan sang isteri. Ia kembali berpikir ulang apa dengan menempatkan Sara di posisi produser adalah pilihan terbaik? Pasalnya Sara menjadi dua ribu kali lipat lebih sibuk dari biasanya. Meski tidak sesibuk dirinya sendiri, tapi-- apa tidak bisa ia membangunkannya dulu?
Beranjak kembali menuju kamar mereka --Sara dan Aozora, ia melihat koper yang selalu ia gunakan untuk perjalanan bisnis sudah nangkring manis di kaki ranjang dengan dihiasi note kecil yang sama seperti yang ia temukan di atas tudung saji.
Kali ini Sara menulis: Safe flight, passport dan dompet-mu di tas yang lain.
Aozora hanya terduduk di ujung ranjang menatap koper dengan tatapan hampa.
.
.
.Sara baru saja keluar dari ruang rapat dalam pertemuan rutin membahas soal program baru yang akan ia pegang. Waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam dan ia belum sama sekali menghubungi Aozora --atau sebaliknya. Apakah Aozora sudah tiba dengan selamat? Sedang apa kiranya Aozora di sana?
Akhir-akhir ini Sara merasa stres karena berbagai tekanan hidup; tuntutan pekerjaan serta tuntutan momongan yang diinginkan keluarganya. Meski, setelah satu tahun berlalu Steve tidak terlalu merongrong Sara untuk segera mengandung --mungkin dia sudah lelah karena Sara tak kunjung hamil, namun ia terkadang masih misuh-misuh tak jelas dan kerap kali mengabaikan Sara karena keponakan yang di damba belum hadir juga. Apalagi Steve memang memegang kuat kata-katanya yang tidak akan menikahi Akira sebelum Sara mempunyai bayi. Bertambah runyamlah pikiran Sara.
Bukannya Sara tidak mau mempunyai anak, hanya saja ia belum siap. Membayangkan seharian berada di rumah dan mencari-cari resep masakan dengan perut membuncit saja sudah membuat ia kehilangan akal. Maka, tanpa sepengetahuan Aozora, Sara diam-diam meminum pil pencegah kehamilan selama setahun ke belakang ini. Curang memang, tapi ini kembali lagi pada kesiapannya menjadi seorang ibu.
.
.
.Ia pulang dalam keadaan lesu. Apartemen kosong dan gelap seperti yang bisa ia kira. Namun beberapa langkah masuk, pintu kamarnya terbuka dan cahaya menerobos diantara celah pintu yang tersebut. Sontak perasaan was-was menyusup membuat Sara memasang sikap waspada. Ia panik karena mungkin ada pencuri yang masuk ke apartemen ini, terlebih lagi tidak ada Aozora di sini.
Meski begitu, Sara berusaha untuk memberanikan diri. Ia mengendap-endap sambil meraba meja kecil dan meraih vas kaca. Ia memegangi kuat-kuat benda itu sebagai senjata untuk perlindungan kalau-kalau penyusup itu menyerangnya. Ia teguk liurnya gugup dan perlahan meraih knop pintu dengan tangan gemetar. Pelan-pelan, Sara dorong pintu tersebut berusaha untuk tidak membuat suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Flirting [Completed]
Romance[PART LENGKAP] Sarah Stanham, seorang karyawan baru di stasiun TV Jepang bernama UC TV. Gadis cantik, periang dan pirang ini mudah membuat semua pria tertarik kepadanya dengan segala pesona yang dia punya. Berkat semua itu disematkanlah predikat Mis...