Scene 4

1.9K 120 0
                                    

=Mr. CEO=

"Aku sedang menuju ruangan Aozora-sama."

Gotcha!

Akhirnya keberuntungan berpihak padanya. Tak buang waktu, ia mengekor wanita itu bagaikan agen rahasia yang membuntuti tersangka.

Ia mencoba menghapal jalan yang dilaluinya itu. Supaya dia tidak tersesat saat ke tempat ini lagi. Eh, apa? Apa ia sedang mengantisipasi kemungkinan akan datang ke sini lagi? Dewi batinnya melayangkan protes keras. Sara berhenti beberapa meter di belakang wanita itu yang baru saja menghilang di balik pintu.

Setelah dirasa aman tidak akan ada yang memergokinya, ia mengendap-endap di tembok seperti cicak untuk mendekati pintu tersebut untuk melihat kiranya ruangan apa di balik pintu kaca tersebut. Ia lalu menempelkan telinganya berusaha mendengar sayup-sayup suara dari dalam. Hingga sesuatu di atas kepalanya berhasil menarik perhatiannya.

Dalam keheningan yang terasa panjang, Sara berdiri membatu dengan mulutnya yang terus mengap-mengap seperti ikan yang diangkat ke permukaan. Tiga kata di hadapannya ini membuat semua persendiannya kaku seketika. Keringat dingin mulai menjalar di sekitar tengkuknya.

Ia melafalkan 3 kata itu dengan lemah,

"Hiyoshi... Aozora... CEO..."

Sara merasa seperti ada batu dengan ratusan ton beratnya yang menimpa tubuhnya sampai rata. Dengan cemas yang menyerang ia hanya bisa gigit jari karena sudah berani berulah pada atasan tertingginya. Nasibnya kini di ujung tanduk. Bagaimana kalau Mr. CEO ini memecatnya? Habislah dia. Di hari pertama langsung membuat masalah dengan seorang CEO.

Tapi, bukan kah tadi dia sesumbar tidak peduli siapapun Aozora, tapi kenapa sekarang ini dia ketakutan? Alasannya sederhana, karena tiga huruf itu. C E O. Sara pikir jabatannya tak lebih dari produser atau apapun sejenisnya yang di bawah CEO.

Fuck, bisa gila ia kalau begini. Ketika terdengar suara kenop pintu ditarik, ia baru terhubung kembali dengan tubuhnya. Buru-buru ia menjauh dan bersembunyi di balik tembok.

Wanita berambut hitam melihat sekelebat bayangan yang melesat di hadapannya. Kemudian ia mendengus geli –karena yakin itu bukan hantu-- lalu menutup pintu kembali dan menghampiri Aozora. Aozora yang sedang sibuk dengan kertas-kertas yang menggunung mengangkat kepalanya penuh tanya.

"Apa ada sesuatu yang kau lewatkan?"

Seringai aneh muncul di wajahnya. "Sepertinya hidupmu akan lebih berwarna."

Aozora mengerutkan keningnya dalam-dalam. Omong kosong apa ini? "Kau tahu aku sangat sibuk Hirushi-san."

Wanita yang memiliki nama lengkap Hirushi Akira tersenyum makin lebar. "Dia menunggumu di luar. Temuilah sebelum dia benar-benar menempel di tembok, bocah nakal."

"Berhenti memanggilku begitu."

Akira tergelak dan meninggalkan ucapan ambigu nya menggantung begitu saja. Apa maksud dari perkataanya anehnya itu dengan mengaitkan tentang kehidupannya? Dan barusan sekretarisnya juga bilang "dia" menunggunya di luar. Di luar mana? Banyak kemungkinan dari kata di luar yang dilontarkan tadi.

Pikiran itu membuat konsentrasinya pecah. Ia mengacuhkan pekerjaannya. Akal sehatnya buyar dan membuatnya semakin gusar. Bangkit dari kursinya, ia melangkah dengan lima langkah besar lalu menarik pintunya.

Sara meloncat kaget ketika pintu di depannya tiba-tiba terbuka lebar menampilkan Pak CEO yang tinggi menjulang, menatapnya sinis. Ia merasa kalau pita suaranya mendadak putus, pasalnya meski sudah membuka mulutnya namun tidak ada suara yang keluar dari sana. Tertangkap basah itu memang menegangkan. Seperti sekarang, ia seperti pencuri yang ketahuan. Keringat dingin sebesar biji jagung mulai menghiasi pelipisnya.

Miss Flirting [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang