=Sengit=
Sementara itu di ruangan pemimpin tertinggi perusahaan, nampak Aozora yang tengah dikelilingi dengan tumpukan kertas yang menggunung. Meski tubuhnya berada di dalam ruangan, namun pikirannya melayang kemana-mana dan betah berlama-lama mengingat kejadian semalam yang membuat kepala pusing.
Meski ia mabuk berat malam itu, namun samar-samar ia mendapati ingatannya yang hampir kehilangan akal sehatnya karena seorang gadis kecil yang merusak setitik kenyamanan di hidupnya. Bukannya ia tidak bersyukur di pertemukan kembali dengan malaikat kecilnya, hanya saja bukan begini skenario pertemuan yang ia damba-dambakan. Ia tersenyum miris dan membuat luka di sudut bibirnya terasa perih lagi.
Dengan kesal ia melemparkan pulpen-nya dan menyandarkan tubuh letihnya pada sandaran kursi. Aozora mengurut pelan pelipisnya mengingat bagaimana ia bisa menjadi di luar kendali di hadapan karyawannya sendiri. Perwatakannya yang dingin dan kaku telah musnah di mata karyawannya saat melihat betapa di luar ekspetasinya ia semalam. Dengan gusar ia mengacak rambutnya.
Sebuah panggilan interkom masuk.
'Hiyoshi-sama, 10 menit lagi pertemuan dengan pihak World Studio. Mereka sedang dalam perjalanan.'
Baiklah. Ia sekarang memiliki tender yang tak boleh ia kacaukan. Ia harus menyingkirkan sejenak bayangan tentang Sara. Biar nanti ia pikirkan solusi yang terbaik.
.
.
."Thank you, Mr. Hiyoshi."
Ternyata pertemuan dengan World Studio tidak memakan waktu sebanyak yang ia pikirkan. Penawaran kerja sama yang diajukan ternyata dapat diterima dengan baik dan mendapatkan kesepakatan yang memuaskan, bersyukurlah pada otak jenius-nya yang benar-benar dalam konsentrasi penuh tanpa gangguan si perempuan berambut pirang yang terus menghantui pikirannya.
Ngomong-ngomong perihal Sara, hampir seharian ini ia tidak melihat tanda-tanda keberadaannya. Bodoh baru ia sadar kalau jarak ruangannya saja dengan si pirang itu terlampau sudah jauh. Mana mungkin ada kesempatan tak sengaja berpapasan untuk sekedar bertegur sapa.
Ketika ia melirik arloji-nya, kebetulan sekali waktu telah menunjukan jam makan siang. Siapa tahu Sara sudah duduk dengan manis di salah satu sudut kafetaria. Tanpa membuang waktu, segera saja ia meluncur ke kafetaria.
.
.
."Ayo ke kafetaria."
Sara yang tengah sibuk dengan tumpukan kertas dan tatapan yang sesekali melirik PC-nya hanya bergumam tak jelas menjawab ajakan Sora.
"Hei, Rumi ada apa dengan bestie-mu itu? Kupikir dia bukan penganut workaholic." Nick menimpali.
Rumi mendengus jengkel sambil bergumam, "Bestie dengkul-mu." Lalu ia melengos lebih dulu, "Ayolah aku sudah lapar."
"Ini aneh. Apa mereka sedang bertengkar ya? Bagaimana menurutmu Sensei?" tanya Sora sambil menggaruk kepalanya keheranan melihat dua sahabat yang sepertinya sedang tidak akur.
Nick menatap Sara dengan penuh arti. Bukannya ia tak menyadari ada sesuatu yang aneh pada Sara yang seharian ini sibuk dengan kerjaannya, sikap Rumi pun secara terang-terangan menunjukan kalau ada permusuhan di sana. Masalah wanita memang rumit.
Dengan kesal ia mengacak-acak rambut ikal Sora, "Augh, kau anak kecil jangan cerewet, mulutmu sama cerewetnya dengan perutku. Ayo kita berburu."
"T-tapi..." Dengan terpaksa ia membiarkan Nick menyeretnya menuju kafetaria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Flirting [Completed]
Romansa[PART LENGKAP] Sarah Stanham, seorang karyawan baru di stasiun TV Jepang bernama UC TV. Gadis cantik, periang dan pirang ini mudah membuat semua pria tertarik kepadanya dengan segala pesona yang dia punya. Berkat semua itu disematkanlah predikat Mis...