0. Awal

7.9K 465 267
                                    

Yogyakarta, 15 tahun yang lalu.

"Bundaaaaa, aku mau ke lumah Mas Fafa dulu ya bun." Kata anak kecil berumur empat tahun dengan kata cadelnya.

Ninda-sang bunda-yang sedang memasak sayur sup, seketika menoleh pada putri keduanya. Awalnya Ninda tersenyum manis pada Nayra, tapi ternyata jawabannya tidak sebanding dengan senyum manis yang di keluarkannya.

"Besok kapan-kapan aja ya, sayang. Mas Fafa kan lagi belajar buat sekolahnya besok." Kata Ninda sambil mengelus puncak kepala putrinya.

Nayra memberengut sebal, mengerucutkan bibir adalah satu hal andalannya. Tapi, Ninda sudah kebal dengan itu semua jadi tidak bisa luluh dalam sekejap saja.

"Ibunn, kakak pulang..." Suara Nino-kakak Nayra-melepas keheningan. Nino yang memiliki jarak umur tiga tahun dengan Nayra, saat ini sedang menduduki bangku kelas 2 Sekolah Dasar. Nino menjadi anak pertama dan memiliki dua adik. Satu perempuan yaitu Nayra dan satu lagi laki-laki yaitu Naufal.

"Unaa...Unaaa..." Ya, itu adalah suara Naufal yang berjarak satu tahun dengan Nayra. Kalau sudah seperti itu, biasanya Naufal meminta susu pada Una-nya.

Di rumah ini, Ninda memiliki empat panggilan yang berbeda dari setiap orang. Ibun dari Nino, Bunda dari Nayra, Una dari Naufal, dan satu lagi...

"Sayang, aku ada meeting mendadak hari ini sama pak direktur. Nanti kayaknya bakal lembur." Itu adalah suara Nito, ayah Nayra sekaligus suami Ninda.

"Ayahh, aku mau main ke lumah Mas Fafa." Nayra beralih merengek pada Nito.

"Ya sudah sana, tapi inget waktu ya Nay." Mata Nayra langsung berbinar, jawaban ayahnya sangat berbeda dengan jawaban bundanya.

"Yahh, Fafa kan lagi belajar. Dia udah SD loh, nanti kalau main sama Nayra terus gak enak lah sama Bu Intan." Kali ini suara Ninda kembali menginterupsi.

"Ya justru Fafa udah SD itu bun, Nayra kan jadi bisa belajar bareng sama si Fafa. Udahlah bun gak papa, lagian temen Nayra yang jarak umurnya deket ya cuman Fafa." Terdengar jelas sekali ada nada pembelaan dari Nito untuk Nayra.

"Iya bun, aku nanti bisa belajal baleng sama Mas Fafa. Ya kan yah?" pertanyaan Nayra langsung dibalas anggukan dari Nito dan Ninda yang merasa terpojokkan hanya bisa menggelengkan kepalanya. Pasrah.

Nayra bergegas untuk mengambil jaket dan topinya, kemudian menggunakan kaos kaki lalu memakai sandalnya. Itu adalah salah satu kebiasaan Nayra saat akan keluar rumah di siang hari yang terik seperti saat ini.

"Assalamualaikum, ayah bunda. Naya pelgi dulu yaaaa. Dadaaa." Pamit Nayra pada ayah bundanya yang menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan putri satu-satunya itu.

Saat ini Nayra sedang berjalan sendirian. Nito dan Ninda juga tidak khawatir lagi karena perumahan ini dijamin sudah aman dari gangguan penjahat manapun, toh Nayra juga tidak akan tersesat karena sudah berkali-kali mendatangi rumah Fafa.

Sesampainya Nayra di depan pagar hitam dengan cat rumah ungu itu, dia segera meneriakkan nama penghuninya dengan lantang. Yaaaa namanya juga anak kecil, pasti yang mendengarnya akan memakluminya.

"Mas Fafaaaa... Mas Fafaaa..." Teriak Nayra sambil mengetukkan gagang pagar dengan batu yang dia sembunyikan di rumah Fafa agar dia bisa mengetuk pagar tersebut.

Tak lama kemudian, Intan-ibu Fafa-keluar dengan menggunakan daster berwarna ungu. Bisa di tebak kalau yang memilihkan warna cat rumah ini adalah Intan.

"Ehh, Nana. Cari Mas Fafa ya?" tanya Intan dengan nada yang ramah. Intan memanggil nama Nayra dengan sebutan Nana karena itu adalah nama yang diciptakan oleh anaknya sendiri saat TK. Nama asli Fafa sendiri adalah Fathan.

Jadi asal muasal nama Nana dan Fafa terjadi saat mereka duduk di bangku TK. Jarak umur mereka memang dua tahun, saat itu Nayra sudah memasuki PAUD dan Fathan yang sudah duduk di bangku TK B.

Di hari itu, Fathan mengajak bicara Nayra yang sedang memakan bekalnya di ayunan milik TK-nya. Kemudian, Fathan memperkenalkan namanya pada Nayra. Setelah mendengar nama masing-masing, Nayra lalu memanggil Fathan dengan nama panggilan pendeknya. Dan ada salah satu guru mereka yang tersinggung mendengar kata-kata yang di keluarkan oleh Nayra. Kira-kira begini percakapannya.

"Hai namaku Fathan. Namamu siapa?" kata Fathan sambil menyodorkan tangan kanannya pada Nayra.

"Halo Fat, namaku Naya." Jawab Nayra.

"Heh, apa itu Fat Fat?" kata bu guru yang berbadan gendut itu.

"Panggil aku Fafa aja, biar gak di marahin bu guru itu. Kalau marah seremmm." Bisik Fafa pada Nayra.

Akhirnya sampai sekarang Nayra masih memanggil Fathan dengan nama Fafa. Kalau asal muasal Fafa memanggil dengan sebutan Nana alasannya agar nama mereka ada unsur kesamaannya. Ah sudahlah, terserah mereka. Kembali ke cerita.

"Iya tante, Mas Fafa ada?"

"Mas Fafa barusan aja tidur siang. Gimana kalau nanti sore Nana kesini lagi aja? Pasti Mas Fafa udah bangun."

"Oh lagi tidul yaa. Ya udah deh ak-"

"Enggak aku gak tidur. Ayo main." Kata-kata Nana terpotong oleh Fafa.

Sepertinya disana telah terjadi kebohongan yang mutlak. Fafa sudah disuruh ibunya untuk tidur siang, lalu Nana datang dan Fafa mendengar suara Nana, akhirnya Fafa terbangun dari tidur pura-puranya. Untung saja Intan masih bisa mengendalikan amarahnya.

"Aku main dulu ya bu. Nanti tidur siang kok." Kata Fafa. Intan sudah jelas tidak bisa mempercayai Fafa, karena biasanya Fafa selalu pulang sore kalau sudah bersama Nana.

Kemudian, mereka berdua bermain di markas mereka, rumah pohon yang sengaja dibuat oleh Bima-bapak Fafa-di pekarangan belakang rumah Fafa. Disana mereka menceritakan apa saja yang ada di pikirannya. Sangat berbeda bukan permainan mereka dengan permainan anak lainnya yang seumuran dengan mereka.

"Na, tau gak, sekolah di SD itu enak banget lohh. Tadi banyak bapak-bapak jualan mainan. Kamu pasti seneng." Kata Fafa membuka perbincangan.

"Yahh, gak kayak di TK ya? aku kapan SD nya?" tanya Nana polos.

"Kamu SD nya masih lamaaa, kamu kan masih TK A sekarang."

"Yahh, Nana kan maunya sekalang SD nya. Biar kayak Mas Fafa." Keluh Nana yang diiringi mata berkaca-kacanya.

"Loh Na, kok kamu nangis? Cup cup cup. Ini tadi aku beli gelang dua. Kamu mau yang pink apa yang biru?" tanya Fafa mencoba menenangkan Nana dengan mengeluarkan gelang yang dibelinya tadi di sekolah.

"Pinkkk!!" Nana bersorak girang.

"Nihh." Fafa menyodorkan gelang berwarna pink pada Nana. "Disimpen ya, besok kalau aku sama kamu udah besar terus kita ketemu nanti gelangnya dikasih tau ya. Biar aku inget kalau kamu Nana dan kamu inget kalau aku Fafa. Oke?" lanjut Fafa panjang lebar.

Nana hanya menganggukkan kepala dan mengusap air matanya yang hampir jatuh.

Adhesi[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang