5. Senak

1.9K 174 17
                                    

senak

ki sedih; susah (tentang perasaan atau pikiran)

◇◇◇

Tiga hari setelah semesteran, Nayra akhirnya berhasil untuk pulang ke Jogja. Setelah dirasa tidak terlalu sibuk dan tidak dikejar tugas, Nayra mulai membeli tiket bus untuk pulang ke Jogja. Menemui keluarganya yang sedang dirindukan.

Mengetahui sahabatnya akan pulang ke Jogja, Indah berinisiatif untuk mengantar Nayra ke terminal Sukun.

"Daripada lo naik ojol atau taksi, mending gue anterin Nay. Lumayan hemat ongkos. Gue ikhlas kok Nay, lagi gabut juga sih di kamar." Begitu kata Indah yang menawar Nayra.

Tanpa menanggapi dengan kalimat, Nayra hanya mengangguk sambil tersenyum lebar pada Indah. Mereka berdua cukup memakan waktu 14 menit untuk bisa mencapai terminal Sukun dari kost mereka.

Sesampainya di terminal Sukun, Nayra berpamitan pada Indah dan bergegas untuk mencari bus yang akan mengantarnya menemui keluarga di Jogja.

"Hati-hati Nay. Jangan kangen ama gue yaaa." Kata Indah sambil melambaikan tangan pada Nayra yang sudah menjauh dari hadapannya.

Nayra berangkat dari terminal Sukun pada pukul lima sore menggunakan bus AKAP-Antar Kota Antar Provinsi-. Saat di dalam bus, otak Nayra masih dipenuhi dengan kondisi ayahnya yang mungkin sudah berubah itu.

Seketika pula kilas balik masa kecil Nayra yang dihabiskan oleh kedua orang tuanya muncul tanpa diundang oleh siapapun. Nayra ingin menangis ketika mengaitkan semua itu. Namun Nayra sadar, menangis tidak akan menyelesaikan masalah.

Tiba-tiba ponsel Nayra bergetar, menandakan ada pesan masuk dari seseorang. Dari Kak Nino. Beruntung bukan operator yang memberinya pesan di saat seperti ini.

Kak Nino

Dek nanti aku tunggu di angkringan biasanya ya.

Siap!

Empat jam kemudian, akhirnya Nayra sampai di terminal Giwangan. Nayra tak butuh waktu lama untuk bisa mencari Nino, karena dia sudah tahu dimana keberadaan kakak satu-satunya itu.

Setelah melihat Nino yang masih berada di salah satu angkringan yang biasa mereka datangi, Nayra dengan jahil berniat untuk mengagetkan Nino dari belakang. Hal itu sudah merupakan kebiasaan Nayra sedari kecil.

"Dorrrr!!!"

"Hemmm, kebiasaan nih yaa. Ayo sini makan dulu. Masih suka sate ati usus tho?" sambut Nino dengan wajah yang sumringah, seperti berusaha menutupi kecemasan pada ayahnya.

"Masih lahh, di Semarang susah cari gituan. Atau cuman kostan ku aja ya yang jauh dari tempat jualan sate ati usus?" timpal Nayra.

Sate ati usus memang menjadi kesukaan Nayra. Sate yang berisi ati ayam dan usus ayam itu selalu menjadi menu favorit Nayra di angkringan ini. Meski begitu, Nayra masih tetap paham untuk tidak terlalu sering mengkonsumsi sate tersebut.

"Kamu aja yang gak jago kulineran." Sindir Nino.

"Kayaknya dibungkus aja deh kak, aku udah gak sabar ketemu ayah bunda. Hmm sama dek Naufal juga sih. Hehe." Kata Nayra dengan cengiran lebarnya.

Nino hanya menganggukkan kepala dan mulai membayar semua yang sudah dibelinya tadi. Setelah itu mengajak Nayra untuk menaiki mobil milik ayahnya yang terparkir di samping angkringan.

Perbincangan hangat pun dimulai, namun salah satu di antaranya masih belum mau untuk menyinggung soal kesehatan ayahnya.

"Tak kira kamu bawa barang banyak, makanya aku bawa mobil."

Adhesi[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang