9. Implikasi

1.6K 156 13
                                    

implikasi

n keterlibatan atau keadaan terlibat

◇◇◇

Keesokan harinya, Nayra masih dimintai tolong oleh Indah untuk berangkat berdua. Nayra pun masih menyanggupinya. Namun, dia juga sudah berkata pada Indah kalau pulang nanti dia harus bertemu dengan Pak Atma.

"Nay gue bareng lo lagi ya. Maaf ngrepotin, tapi jujur perut gue masih sakit banget." Nayra tak mengelak, tak juga curiga. Dia paham betul bagaimana keadaannya saat hari pertama sampai hari ketiga kedatangan tamu.

"Iya. Santai aja kalau sama aku." Kata Nayra sambil tersenyum. "Eh tapi nanti pulangnya gak bisa barengin kamu Ndah, soalnya aku nanti harus ketemu Pak Atma." Lanjut Nayra.

Indah yang mendengar pernyataan Nayra lantas tersenyum jahil. "Alah panggil Mas Fafa juga gak papa kali di depan gue. Jaim amat sih." Tanpa aba-aba, pipi Nayra seketika berubah warna menjadi seperti warna kepiting rebus.

Nayra sudah menceritakan pada Indah soal pertemuannya dengan Fathan, bahkan Nayra sampai menelfon Ninda dan Nino agar mereka tahu betapa ajaibnya kuasa Allah untuk persahabatan mereka. Ya, persahabatan.

Kegiatan Nayra di kampus hari ini juga sama dengan kegiatan di hari-hari biasanya. Tak ada yang menarik, kecuali nanti sore saat ia bertemu dengan Fathan.

Jam pulang pun tiba. Nayra dengan cepat, pamit kepada sahabatnya yang masih memandanginya dengan tatapan melongo. Bagaimana tidak, Nayra seketika menjadi seperti kilat saat ini.

Tanpa pikir panjang, Nayra segera menjalankan motornya ke tempat dimana café itu berada. Café yang sama seperti café yang digunakan Nayra dan sahabatnya kongkow untuk pertama kalinya.

Sesampainya di café itu, Nayra masih belum menemukan sosok Fathan disana. Mungkin ini karena Nayra yang terlalu bersemangat untuk kembali berbincang dengan Fathan, sahabat masa kecilnya.

Nayra menunggu sekitar 15 menit, Frappuccino yang Nayra pesan sudah berkurang separuh. Saat lonceng tanda pintu café dibuka berbunyi, Nayra selalu menoleh ke arah pintu itu tapi tetap saja tidak ada seseorang yang berarti selama 15 menit itu. Nayra bahkan rela menunggu sendirian di antara pasangan muda-mudi yang terlihat bahagia.

Hingga akhirnya, di menit ke 16 atau satu menit setelah menit ke 15, Nayra melihat Fathan masuk ke café. Nayra terkejut bukan kepalang, pasalnya Fathan tidak datang sendiri melainkan bersama satu perempuan berparas cantik yang ada di sampingnya.

Fathan mulai menghampiri Nayra setelah dia melihat Nayra yang melambaikan tangan dengan muka yang dipaksakan untuk tersenyum. Dengan senyum yang lebar, Fathan mempersilahkan perempuan tadi untuk duduk di sampingnya.

Hati Nayra rasanya sudah tidak karuan. Benteng yang saat itu ia buat agar tidak boleh cemburu ketika Fathan sudah memiliki pacar seketika itu juga runtuh bahkan hancur. Perempuan tadi masih bisa tersenyum saat melihat Nayra.

Rasanya Nayra tidak rela jika Fathan sudah memiliki pacar. Yang Nayra takutkan adalah jika pacar Fathan itu tidak suka pada Nayra dan berusaha memisahkan Nayra dengan Fathan bagaimanapun caranya. Karena Nayra sudah tahu bagaimana rasanya dipisahkan bertahun-tahun oleh bunda-nya sendiri. Toh, Nayra hanyalah sebatas sahabat kecil Fathan yang berarti pada jaman dahulu.

"Udah daritadi Na? Maaf ya lama, tadi nunggu Nikita dandan dulu." Kata Fathan yang masih menunjukkan cengiran lebarnya. Mungkin dia tidak tahu kalau saat ini ada hati yang sedang mencoba tetap kokoh dan mencoba menyumpal agar tidak terdengar suara kretek-kretek.

Adhesi[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang