20. Garib

1.4K 98 23
                                    

garib

a jarang didapat 

◇◇◇

Kini, usia kandungan Nayra telah memasuki bulan kedua. Seperti ibu hamil di luaran sana, Nayra pun merasakan masa-masa ngidam. Dan Fathan mau tak mau harus menuruti keinginan istri kesayangannya itu.

Apalagi selama satu minggu ini, Nayra mulai mengeluarkan keinginan yang macam-macam. Mulai dari Fathan yang tak boleh berangkat ke kantor sampai ngidam terang bulan yang berujung sial.

"Mas, bisa gak kalau mas kerjanya di rumah dulu seminggu ini?"

"Gak bisa, Na. Mas harus kerja."

"Yahh." Balas Nayra dengan nada kecewa.

"Uhmm gimana kalau kamu ikut ke kantor mas?" tawar Fathan.

"Gak ah, bakalan bosen disana. Mending aku di rumah aja."

"Hmm." Fathan hanya bisa menjawab pasrah atas ke-jahilan istrinya itu.

Di hari kedua ngidam klimaks ini, Nayra tetap mengeluarkan permintaan yang masih bisa dikatakan aneh.

"Mas, Nana pengen kopi jos[1] di angkringan deket stasiun itu loh." Ucap Nayra tanpa dosa.

"Ya udah, yuk." Ajak Fathan yang telah bersiap untuk mengambil kunci mobilnya.

"Mas aja yang beli. Nayra di rumah aja."

"Lah terus gimana ntar kopi jos-nya?"

"Ya dibungkus aja mas." Jawab Nayra asal.

"Gak bisa lah, Na. Arangnya nanti gimana? Udah yuk ikut aja kamunya."

"Ya kan bisa pake termos kecil mas. Emang kamu mau anakmu nanti ileran?" ancam Nayra.

Jika sudah diancam seperti itu, mau tak mau Fathan harus menuruti apa keinginan aneh dari istrinya itu. Karena Fathan tidak mau anaknya menjadi ileran karena ia tak memenuhi keinginan istrinya.

Untung saja, Nayra masih mengidam barang-barang yang mudah dicari, walaupun harus dengan syarat yang aneh-aneh.

Lalu, keesokan harinya, Nayra tiba-tiba meminta Fathan untuk memasak sate hati dan usus ayam khusus untuk dirinya. Padahal Fathan sudah mengatakan jika ia akan membelinya saat itu juga.

"Mas masakin aku sate ati usus[2] dong."

"Beli aja ya Na, bahannya kan belum ada."

"Ya mas beli bahannya dulu. Terus masak di rumah. Gitu aja kok repot."

Ya repot lah, mas ini mau kerja, malah kamu suruh buat beginian. Sebenarnya Fathan ingin mengatakan hal itu, namun yang diucapkan adalah "Iya mas beliin sekarang ya."

"Ya udah gak usah deh. Aku tuh maunya dimasakin sama mas. Dasar gak peka!" kata Nayra yang langsung meninggalkan Fathan sendirian di ruang keluarga.

Fathan hanya menghela napas pasrah mendengar keluhan istrinya itu. "Baru anak pertama aja repotnya kayak gini. Gimana kalau besok jadi sepuluh ya?" Gumam Fathan.

"Siapa yang mau anak sepuluh hah?!!" tanya Nayra yang masih bisa mendengar gumaman Fathan tadi.

"Kucing depan rumah itu lho sayanggg."

Lalu hari keempat, Fathan awalnya merasa tenang dengan keinginan Nayra, namun berujung dengan keanehan yang sama seperti hari-hari biasanya.

"Mas, pulang jam berapa?" tanya Nayra pada Fathan melalui sambungan telfon.

Adhesi[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang