komitmen
n perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu
◇◇◇
Satu tahun telah berlalu dari proses lamaran. Hari ini adalah hari dimana Nayra sudah sah menjadi istri Fathan. Nayra masih tidak menyangka jika yang menjadi suaminya adalah sahabatnya dari kecil.
Keluarga Nayra dan keluarga Fathan sepakat untuk melangsungkan resepsi menggunakan adat Jawa. Sebelumnya juga ada beberapa upacara pernikahan adat Jawa yang memang bisa dibilang ribet.
Dua sejoli ini memutuskan untuk menikah saat Nayra telah lulus kuliah. Hal itu yang membuat Nayra semangat untuk menjalankan semester pendek yang kali ini dilakukan untuk mempercepat jangka waktu kuliahnya.
Kemarin atau satu hari sebelum prosesi akad nikah, Nayra dan Fathan melakukan prosesi adat Jawa di rumahnya masing-masing. Mulai dari siraman, adhol dhawet[1], paes[2], midodareni[3], dan tak lupa ada acara selametan atau yang biasa disebut dengan pengajian untuk memohon kelancaran.
Paginya, Nayra sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Fathan. Pasalnya satu hari sebelum ijab kabul, Nayra dan Fathan harus melakukan pingitan—tidak boleh bertatap muka satu sama lain.
Pagi ini juga, Fathan akan melaksanakan ijab kabul. Nayra selalu berdoa semoga Allah melancarkan segalanya. Saat ini, Nayra masih tetap berada di kamar pengantin sampai dirinya dijemput oleh Dita.
"Ra, yuk keluar. Fathan udah siap di depan penghulu." Kata Dita sambil tersenyum.
Nayra segera menghampiri Fathan yang sepertinya sedang menunggu Nayra. Setelah Nayra menempatkan diri, Fathan kemudian menjabat tangan penghulu yang berada di hadapannya.
"Saudara Muhammad Fathan Atmaja bin Bima Atmaja saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Nayra Adininda binti Raden Nito Watino dengan maskawin berupa seperangkat alat sholat dibayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya Nayra Adininda binti Raden Nito Watino dengan maskawin tersebut dibayar tunai."
"Bagaimana para saksi? Sah?"
"SAH!!!"
"Alhamdulillah."
Nayra lantas mencium punggung tangan Fathan yang berada di sampingnya. Fathan pun tak mau kalah, ia tak malu-malu untuk mencium kening Nayra.
Setelah upacara ijab kabul selesai, selanjutnya Fathan dan Nayra dibawa ke tempat resepsi dengan mobil milik Bima yang telah dipasang bunga di bagian depan.
Nito telah menetapkan Yudi--sopir Nito saat bekerja--sebagai sopir untuk mobil pengantin tersebut.
Di dalam mobil, dua sejoli ini tidak habis-habisnya tersenyum dan sesekali tertawa pada Yudi yang mencoba untuk mengeluarkan candaannya.
"Mas, Nana mau tanya."
"Tanya aja, sayang."
"Kok Mas Fafa bisa yakin mau nikahin aku?"
"Asal kamu tau, mas tuh udah nungguin kamu dari SD. Pas SMP-SMA, mas selalu berharap buat ketemu kamu. Tapi kita malah dipertemukan Allah waktu kuliah. Dan alhamdulillah bisa sampe nikah gini. Mas juga gak nyangka sebenernya, tapi takdirnya udah gini."
"Mas, aku minta satu syarat ya buat di resepsi nanti." Pinta Nayra yang dibalas Fathan dengan menaikkan kedua alisnya. "Tolong jangan bilang 'kapan nyusul' sama siapa aja yang masih jomblo atau belum nikah. It's too hurt to hear, mas. Aku selalu bayangin aja kalau misal aku yang ada di posisi mereka. Jadi, biar orang lain aja yang bilang kayak gitu. Kamu jangan ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Adhesi[✔]
Romance{ad·he·si /adhési/ n keadaan melekat pada benda lain} Pertemuan pertama Fafa dan Nana berawal dari masa kecil. Jarak umur dua tahun sebenarnya tidak menghalangi persahabatan yang telah mereka bangun. Namun, orang tua Nana berkata lain. Hingga suatu...