komplemen
n sesuatu yang melengkapi atau menyempurnakan
◇◇◇
Satu minggu akhirnya berlalu, Nayra telah kembali ke Semarang dengan menggunakan bis yang sama saat dia berangkat ke Jogja. Sesampainya di Semarang, Nayra dijemput oleh Indah yang sebelumnya telah diminta tolong Nayra untuk menjemputnya.
"Hai Nay!" sorak Indah girang.
"Haiii." Balas Nayra dengan menurunkan barang bawaannya kemudian memeluk Indah.
"Oleh-olehnya mana?" ceplos Indah sengaja.
Mengetahui bahwa Indah lebih mengharapkan oleh-oleh daripada kehadiran dirinya, Nayra menggerutu kesal. "Kamu tuh ya, masa lebih mentingin oleh-oleh daripada aku?"
"Ya iya donggg. Oleh-oleh tuh ngenyangin perut, lah lo ngenyangin apa coba?"
"Yeee, kalau gak ada aku ya gak bakal ada yang beli oleh-oleh lah."
"Ah lo suka bener dehhh. Yuk cus." Ajak Indah ke tempat dimana ia memarkirkan motornya.
Di sepanjang jalan kembali ke kostan, Nayra sempat bersyukur betapa beruntungnya dia memiliki sahabat sebaik Indah. Meskipun terkadang Indah bisa berubah menjadi seperti orang yang mengesalkan, Nayra takkan menyesal telah mengenal Indah.
Empat belas menit kemudian, mereka telah sampai di kostan mereka. Indah dengan cekatan membantu Nayra mengangkat barang bawaan Nayra yang dimana terdapat oleh-oleh pesanan Indah.
Indah sempat memesan bakpia, wingko, dan geplak pada Nayra sebelum Nayra kembali ke Semarang. Bukan hal yang aneh untuk Indah memesan oleh-oleh yang berasa manis semuanya. Karena Indah sedang butuh yang manis-manis.
Setelah semua barang bawaan Nayra diletakkan di kamar kost Nayra, Indah pun mengingatkan kembali pesanan yang ia titipkan pada Nayra itu.
"Nayyy oleh-olehnya?" seperti tak kenal dosa, Nayra memamerkan puppy face-nya.
"Hihh, itu tuh ambil sendiri aja di kresek warna putih yang ada rafia merahnya. Dah itu khusus buat kamu semua." Balas Nayra sedikit kesal.
Indah segera menoleh pada objek yang ditunjuk Nayra dan berkata, "SUMPAH INI SE-BANYAK INI LO BELINYA? GILA APA YAK, INI MAH SEMINGGU ABIS NAY KALO SAMA GUE. MAKASIH NAY, LO TERBAIK DAH POKOKNYA." Teriak Indah girang sambil memeluk kresek putih berukuran jumbo itu.
"Eh tapi Nay, duit gue gak cukup buat bayar titipan ini. Bulan ini belum dikirimin bokap." Tutur Indah setelah mengingat dompetnya yang hanya berisi kartu ATM kosong dan uang logam dua warna.
"Ya siapa yang suruh kamu bayar sih? Itu oleh-olehnya aku kasih buat kamu biar gak ngeces terus."
Dengan mata yang membeliak, Indah kembali berteriak girang. "UWAAA MAKASIH YA NAYYY, LO EMANG TERBAIK SEPANJANG MASA TRULALA LAH POKOKNYA." Sekarang, Nayra yang dipeluk Indah. "Ya udah lo buruan mandi, jadwal kuliah jam 9. Hari pertama untuk semester baruuuuu. We're cominggggg!!!" lanjut Indah yang perlahan meninggalkan kamar Nayra.
Sebelum Nayra mandi, dia sempat melihat jam dinding yang tengah menunjukkan jarum pendek di tengah-tengah angka tujuh dan delapan, dan jarum panjang di angka tujuh. Ya, masih setengah delapan. Ada waktu sekitar satu jam untuk Nayra mempersiapkan segalanya.
Tak butuh waktu lama untuk Nayra bersiap diri. Hanya setengah jam yang ia butuhkan untuk mandi, makan, dan menyiapkan tas untuk kuliah. Sisanya, ia gunakan untuk menunggu Indah yang menghampiri kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adhesi[✔]
Romance{ad·he·si /adhési/ n keadaan melekat pada benda lain} Pertemuan pertama Fafa dan Nana berawal dari masa kecil. Jarak umur dua tahun sebenarnya tidak menghalangi persahabatan yang telah mereka bangun. Namun, orang tua Nana berkata lain. Hingga suatu...