bergendang
ki bersuka ria; bergembira
◇◇◇
"Mas, kok perut Nana mules ya?"
Setelah melewati masa-masa ngidam yang sungguh di luar dugaan itu, saat ini usia kehamilan Nayra telah berada di ujung tanduk. Yang artinya sudah berada di usia kehamilan kurang lebih 36 minggu atau 9 bulan.
"Ayo cepet, mas anter ke Bethesda."
Untungnya, pagi ini Fathan tengah bersantai di dalam rumah sembari membaca koran untuk selingan pekerjaannya itu.
Tanpa banyak bicara, Fathan segera menyambar kunci mobil dan menggandeng Nayra dengan lembut untuk menuju garasi mobil rumah mereka. Setelah berada di dalam mobil, kali ini Nayra mengeluarkan ringisan yang membuat Fathan tidak tega. Terlebih saat melihat perut Nayra yang sudah berkali-kali lipat membesar itu.
"Tahan ya sayang. Mas bisa sih sebenernya ngebut, tapi kamu pasti marah-marah."
"Iya lah. Pelan-pelan aja pokoknya!"
Tak lama kemudian, mereka berdua telah sampai di rumah sakit Bethesda. Rumah sakit yang telah senantiasa menjadi saksi bisu bagaimana selama ini kondisi Nayra dan kehamilannya. Serta menjadin saksi bisu yang mengetahui proses kelahiran anak dari Nayra dan Fathan.
Sayangnya, selama Nayra melakukan USG, jabang bayi tersebut belum mau menampakkan alat kelaminnya. Jadi untuk saat ini baik pihak dokter maupun keluarga belum tahu apakah nantinya cowok atau cewek.
Menurut tradisi Jawa yang telah dilakukan oleh Nayra saat prosesi mitoni atau tujuh bulanan, jabang bayi yang akan keluar nanti berjenis kelamin laki-laki, karena Fathan memilih buah kelapa yang telah digambari tokoh wayang Kamajaya.
Setelah mendapat penanganan dari Sekar, Fathan menerima kabar bahwa Nayra masih berada di pembukaan tiga. Tandanya, si jabang bayi belum bisa keluar dengan jalan keluar yang masih sekecil itu.
Hingga beberapa jam kemudian, Nayra telah berada di pembukaan sepuluh, yang mengharuskan Nayra untuk segera mengeluarkan jabang bayi yang sudah ia kandung selama 9 bulan itu.
Nayra segera dibawa ke ruang bersalin rumah sakit Bethesda. Sebenarnya Fathan tidak tega melihat istrinya yang akan berlumur darah itu, tapi ia ingin menemani Nayra karena ia harus tahu bagaimana perjuangan Nayra selama 9 bulan ini.
Dengan sigap, Sekar beserta timnya menangani Nayra dengan hati-hati namun tepat. Fathan hanya bisa menggenggam tangan Nayra dan menjadikannya sebagai tumpuan untuk kening Fathan. Ya, Fathan menunduk.
Mendengar jeritan istrinya saja Fathan tidak tega, bagaimana jadinya jika ia melihat wajah sang istri yang mungkin saja memancarkan aura kesakitan.
Di tengah-tengah Sekar memberi aba-aba pada Nayra perihal kapan ia harus mengejan dan kapan harus menarik napas, Fathan mulai membisikkan kalimat syahadat dan membacakan surat Al-Qur'an yang ia hafal.
Selain itu, Fathan tak lupa juga memberikan kata-kata semangat yang mungkin tidak digubris oleh Nayra saat ini. Bahkan saat ini Nayra dengan lihainya mencakar dan meremas rambut atau wajah milik Fathan. Hal itu membuat Fathan semakin tidak tega.
"Semangat sayang. Aku tau kamu bisa. Mungkin ini sakit, tapi aku yakin habis ini kamu bakal bahagia. Kamu boleh cakar mas, boleh jambak mas, boleh cubit mas, tapi kamu harus kuat. Maaf kalau selama ini mas banyak salah sama kamu, mas janji gak bakal sakitin kamu lagi. Karena mas tau, kamu udah sakit di ujung sini."
Tepat 1 menit setelah Fathan membisikkan dengan lembut kalimat panjang itu di telinga Nayra, suara tangisan bayi pun akhirnya terdengar di telinga para manusia yang berada di ruangan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adhesi[✔]
Romance{ad·he·si /adhési/ n keadaan melekat pada benda lain} Pertemuan pertama Fafa dan Nana berawal dari masa kecil. Jarak umur dua tahun sebenarnya tidak menghalangi persahabatan yang telah mereka bangun. Namun, orang tua Nana berkata lain. Hingga suatu...