26. Jika Aku Mulai Jatuh Cinta

1.3K 251 23
                                    

Yuki merebahkan badannya di atas dipan. Di pandanginya ponsel yang beberapa kali tampak memunculkan notifikasi, tapi satupun tak ada pesan dari orang yang dia tunggu. Kemana gulungan kabel itu? Kenapa dia sama sekali tidak menyapanya malam ini?

Di regangkannya badan, agar terasa lebih ringan. Mungkin sebentar lagi. Bukankah manusia super duper menyebalkan itu selalu mengganggunya tiap malam? Membuatnya kesal dan pusing setiap hari?

Tapi, ini sudah hampir tengah malam. Bahkan kucingnya saja sudah nyenyak tidur di atas karpet. Atau Al sedang ada show malam ini?

Mengingat hal itu, Yuki buru-buru membuka instagram Al dan Ranggaz, mencari-cari informasi, tapi nihil.

Hhhhhh....

Untuk kesekian kalinya,Yuki menghembuskan napas berat, kali ini sambil tengkurap dan memeluk boneka hello kitty-nya lembut, menempelkannya di pipi. Hingga akhirnya matanya menyerah juga.

******

Sudah hari keempat semenjak kejadian malam itu. Sedikitpun tak ada kabar tentang Al. Bahkan mama yang biasanya paling cerewet bercerita ini itu dan membela Al habis-habisanpun sama sekali tidak membahasnya. Sebenarnya, ada apa? Bukannya mama dan papa yang memaksanya menikah dengan laki-laki itu?

Walaupun ingin sekali bertanya, tapi ia urungkan niatnya. Bisa-bisa GR lagi, itu anak.

"Teteh berangkat dulu, Mah." Pamitnya setelah menelan suapan terakhir roti di atas piring.

"Jangan lupa nanti pulang siaran langsung meeting, Teh."

"He'em." Jawabnya malas-malasan. Akhir-akhir ini dia memang lebih sering naik mobil sendiri karena merasa lebih nyaman saja. Tidak ada yang berisik dan berkomentar ini itu, karena sejujurnya Yuki terlalu lelah.

Di lihatnya jam masih menunjukkan pukul setengah enam. Ini kepagian, yuhu pagi juga baru di mulai jam tujuh. Tapi sudah, lah... Toh nggak ada yang ngelarang dia datang sepagi ini, kan?

Yuki memilih masuk ke studio, meletakkan kepalanya diatas meja. Dia mengeluarkan ponsel dari saku jaket kemudian memandanginya dengan seksama. Masih belum ada pesan, gitu? Padahal semenjak perjodohan yang orang tua mereka lakukan, Al sama sekali tidak pernah absen menyapanya.

"Kuy, udah dari tadi, lo?" tiba-tiba Ovy muncul dari pintu. Melihat gadis super ceria itu, Yuki buru-buru bangun.

"Jam setengah enaman, lah..."

"Nggak sekalian tidur sini aja, lo?" kali ini Rangga yang menimpali. Laki-laki itu menghampiri Yuki, duduk di atas meja, kemudian merangkul gadis itu dengan lengan kanannya.

"Lo ada masalah?" tanyanya. Ia tahu gadis di depannya sedang punya masalah, terlihat dari raut wajah yang biasanya ceria dan sekarang mendung itu.

"Nggak ada, cuma lagi males aja."

"Males, apa males?"

"Males."

"Ah, lo, Kuy... Suka nggak jujur banget."

"Iya, nih... Awas aja, syok liat bintang tamu kita." Rangga melirik Yuki usil.

"Apaan sih, kak? Nggak usah mulai, deh."

"Loh... Udah dateng aja?" kali ini Ovy menunjuk seseorang yang baru saja datang dan sedang ngobrol dengan manager Yuhu di depan ruangan. Laki-laki berkulit putih dengan setelan jeans, kaos putih dan topi itu terlihat cerah dan segar.

Penasaran. Yuki melongok, memfokuskan matanya kesana.

O EM JI !!! Sumpah demi apa? Gadis itu mendelik seketika. Yakin, orang itu bintang tamu Yuhu pagi kali ini? Kok, nggak ada yang ngabarin, sih?

✔️Tembok Vs Mercon (I Don't Know , I love U) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang