Seharian Al tidur di kasurnya malas-malasan. Dari pagi matanya sibuk mengamati Instagram, google, dan YouTube. Semua mengenai Yuki Alena.Dan see, tidak ada satupun gosip murahan yang menempel manja pada gadis tersebut kecuali tentang parodi balajaernya. Satu lagi, tentang banyaknya fans Yuki yang kecewa saat gadis tersebut memutuskan untuk ikut main di film cabe-cabean.
What's wrong whit Cabe-cabean? Bukankah acting-nya di film apapun tetap saja terlihat memukau? Bahkan, dengar-dengar dia baru saja menyabet penghargaan film di Jepang. Keren.
Kabar buruknya, semakin dia mencari tahu tentang gadis tomboi tapi cantik itu, semakin dia tidak bisa berhenti memikirkannya. Aaarrghh!! Come on Al, ada Alysa, dia baru saja sampai di Indonesia demi elo!
Al memijat kepalanya yang sedikit pusing. Setelah cek-cok dengan Alysa kemarin, segala cara Al lakukan untuk berbaikan dengan gadis itu, tapi nihil. Bahkan acara nge DJ-nya pun hampir saja batal karena pemilik mata elang itu terpaksa berdiri lama di depan rumah Alysa seperti kambing congek. Gerimis, dan tak ada tanda-tanda sedikitpun gadis itu akan keluar atau sekedar mengintip. Thank's God, dia tersadar dan akhirnya memutuskan pergi. Dengan badan meriang dibantingnya setir ke arah bandara menemui crewnya yang sudah bersungut-sungut kesal.
Kejadian ini kembali membuatnya berpikir, berapa banyak lagi yang harus dia korbankan? Sebesar itukah kesalahannya? Hanya karena terlambat gara-gara kehilangan dompetnya, Alysa memulai lagi pertengkaran yang tidak penting. Ini benar-benar menyita waktu dan emosinya.
Al menghela napas. Dari pagi sudah lebih dari sepuluh kali teleponnya tidak juga diangkat. Terus Lo maunya apa?? batin Al, kemudian melempar iphonenya ke pojok kasur. Ia lelah.
Alysa adalah segalanya untuknya, tapi satu yang tidak dia suka. Kemarahan Alysa seringkali didasari oleh hal-hal yang tidak seharusnya dibesar-besarkan. Terlalu rumit untuk Al memahami hal seperti itu. Ia tidak suka menerka-nerka apa yang Alysa inginkan, apa yang Alysa maksud, apa yang Alysa kesalkan. Karena sejujurnya, bagi Al, akan lebih sederhana jika Alysa katakan saja bagaimana seharusnya Al bersikap.
Al merasa sudah melakukan segalanya, semua hal yang ia rasa bisa membuat gadis itu nyaman dengannya. Jangankan cuma menjemput, bahkan mengakhiri hubungan mereka beberapa bulan silam saja ia lakukan, meskipun dengan sangat berat hati. Sekarang, setelah mereka kembali menjalin hubungan, apakah ia harus berjuang lagi dari awal?
"Kak." Dul muncul dari balik pintu.
"Hmm?"
"Udah liat lambe nyonyor, belum?"
"Gue nggak hobby liat akun gosip." Al memunggungi Dul, kemudian memeluk gulingnya sambil memejamkan mata. Kepalanya pusing.
"Ooohh..., nggak tertarik juga liat kakak pertama gue diisuin sama cewek keturunan Jepang?" Dul melenggang pergi tanpa menutup pintu kamar kakaknya. Ujung matanya melirik-lirik ke dalam, berharap Al merespon.
Kakak pertama? Cewek keturunan Jepang?
Mata Al membulat, cepat-cepat dia bangun mencari ponselnya yang entah ada disebelah mana. Setelah beberapa menit mengobrak-abrik kasurnya, ponsel itu ketemu juga. Buru-buru di bukanya akun lambe nyonyor. Astaga...
Ada dua fotonya di sana, Fotonya sedang mengejar Yuki dan fotonya sedang berhadap-hadapan dengan gadis itu di tengah hiruk pikuk bandara.
Satu yang membuat Al bingung dengan isi kepalanya. Bagaimana bisa ia berpikir foto itu terlihat keren seperti di drama-drama Korea? Bahkan beberapa garis cahaya dari kaca ruangan juga terlihat indah menimpa Yuki, membuat warna rambut kecoklatannya membias.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️Tembok Vs Mercon (I Don't Know , I love U)
Roman d'amourYuki dan Al, adalah artis berbeda genre yang di jodoh-jodohkan oleh fans mereka. Carla, salah satu fans yang berjuang mati-matian untuk mempersatukan mereka dengan cara-cara aneh dan menggelikan. Hingga suatu hari, sebuah kejadian membuat mereka be...