30. Love You More

2K 280 46
                                    


Lengan Al, rambut Al, mata Al, Senyumannya...

Aarrrgghh...!! Ingatan itu terus berputar di kepala Yuki dari mulai dia bangun sampai saat ini. Dia benar-benar kehabisan akal dibuatnya.

Dari mulai selesai mandi, shalat, cuci muka berkali-kali, nyapu, ngepel, sampai masakpun kejadian semalam masih terbayang-bayang di kepalanya. Ini gawat!

Bagaimana dengan Al? Apa dia merasakan hal yang sama dengannya? HMungkin saja tidak. Karena setahu Yuki Al tipe laki-laki yang suka bergaul dengan kehidupan malam, teman-temannya banyak anak dugem dan siapapun tahu seks dekat dengan kehidupan malam.

"Stop!!" Yuki spontan berteriak kearah Al saat laki-laki itu tiba-tiba muncul dan hendak mengambil gelas di rak piring.

"Apaan, sih?" Al melirik gelas dan istrinya bergantian. Bukaaan, bukan mau mirip-miripin. Hanya saja, apa alasannya orang haus nggak boleh ambil gelas terus minum?

"Aku kan udah bilang, sementara jangan deket-deket!" Wajah Yuki sudah benar-benar memerah mirip kepiting rebus.

"Terus mau kamu gimana? Minta tolong kamu buat ngambilin gelas?" Laki-laki yang masih mengenakan handuk saja di tubuh bagian bawahnya itu, menatap Yuki seolah benar-benar ingin mendengar jawaban istrinya yang sebenarnya nggak penting-penting amat juga buat dia.

Beberapa detik selanjutnya dilihatnya wanita cantik dengan bibir yang seolah memanggil-manggil untuk di sentuh itu mengangguk ragu.

Al menghela napas panjang. Sejak kejadian semalam, Yuki benar-benar aneh. Dia terlihat menghindar seolah tidak ingin bertemu mata dengan Al. Al paham apa yang sedang dialami istrinya, Yuki memang benar-benar belum pernah melakukannya. Ia sangat menghargai, bangga, kagum pada istrinya. But, come on... Yuki sudah cukup dewasa, dan harusnya bisa lebih tenang. Meskipun dia akui, wajah malu-malu dan nervouse Yuki menjadi wajah favoritnya saat ini.

"Sayang, bodoh jangan kelewatan, deh. Minta tolong kamu, sama aja kita tetep deketan.. Kecuali kalo gelas plus isinya kamu lempar." Jawab Al, kemudian menggeser tubuh Yuki agar ia leluasa mengambil air dari dispenser.

Yuki menelan salivanya gugup. Bau harum Al menusuk hidungnya, mengalahkan wangi cumi yang sedang dia bakar. Kadang dia berpikir, ini ujian, berkah, atau cobaan? Bagaimana bisa Al bersikap sesantai itu padahal mereka menikah tanpa pacaran. Atau mungkin karena terbiasa?

Sangking sibuknya dengan perasaan sendiri, Yuki sampai kaget saat Al tiba-tiba saja mengetuk hidungnya.

"Jangan-jangan kamu mikirin jorok, yah, kalo deket-deket aku?" tanya Al sekenanya. Yuki spontan memukul lengan suaminya gemas.

"Al..!!"

"Apa?" jawab Al lembut, kalah tepung maizena. Kemudian meneguk minumannya sambil menyandarkan badan di meja.

"Setidaknya lo pake baju, dong, kalo keluar kamar."

"Kenapa?"

"Risih liatnya." Yuki mencari alasan. Dadanya semakin deg-degan. Ia berusaha mengalihkan pandangan ke arah lain, menggigiti bibirnya gugup.

"Jadi kalo di kamar, bebas?"

"Kamar-kamar lo... Serah elo!"

Cup..

Satu kecupan mendarat di bibir cemberut Yuki. Dan tangan kokoh itu tiba-tiba merangkul pinggangnya. Membuat wajah wanita itu semakin memerah.

"Berapa kali tadi bilang elo ?" Al menatap istrinya tajam. " sekali bilang elo hukumannya satu ciuman.. " bisiknya disamping telinga Yuki. Membuat bulu kuduk Yuki berdiri.

✔️Tembok Vs Mercon (I Don't Know , I love U) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang