9. Terciduk

1.8K 290 23
                                    


"Jonghyun, Oh Jonghyun. Sakit hati eyke, kak... My baby Jonghyun meninggalkan diriku sendiri.." suara Yuki di buat semellow mungkin. Rangga mengerutkan hidungnya sambil setengah melotot excited.

"Nggak usah di tangisi, Itu udah takdirnya Jonghyun. Meskipun kabarnya yah, si Jonghyun ini mengalami depresi yang sebenarnya sudah cukup lama. Do'i bahkan sempet, loh, ngomong kalau sedikit menyesal menjadi salah satu bintang terkenal."

"Iya yah, kak. Emang nggak mudah hidup jadi terkenal. Orang mah enak tinggal ngomong si A banyak duit si B enak jadi artis. Tapi yang ngejalanin kan belum tentu."

"Tuuuhhh Yuhu gengs, ambil pelajaran dari kejadian ini.. Bang Jonghyun yang terlihat bersinar dan bling-bling gitu aja punya masalah yang sebegitu berat. Jangan ngelihat orang enaknya doang."

"Jangan memberi label ini itu, sedangkan kalian nggak tau bagaimana perjuangan orang tersebut menghadapi dirinya sendiri lebih-lebih karir dan orang-orang di sekitarnya.."

"Jadi kita harus apa, Kuy?"

"Keep positive thinking, dan nggak boleh gampang menjudge." Suara Yuki yakin seyakin-yakinnya. Sekalian aja nyindir cowok nyebelin, sok artis, sok cool tukang buang sepatu tempo hari.

"Tuul.."

"Oke, sayang sekali kita sudah mau pamit undur diri Yuhu gengs... "

"Ho'oh.. "

"Ketemu lagi dengan kita di mana, Kuy?"

"Yuhu pagiii... Setiap Jum'at jam tujuh pagi sampe jam sembilan. Bareng gue, Yuki kato, dan kak Rangga Mo e la.. hahaha"

"Kita pamit dulu, gengs... Lagu terakhir Shinee, girll dream. Dadah.."

Yuki melepas head setnya, membenarkan gelungan rambut yang dari dulu, ya, gitu-gitu aja. Memperhatikan Rangga yang sedang asyik bergoyang, seperti tanpa beban.

Manusia tidak pernah tahu kapan akan mati. Atau tahu sampai kapan usia kita? Yang harus kita lakukan adalah percaya, bahwa kita bisa menghadapi semua ujian dengan cara kita. Mungkin saja kita menemui jalan buntu setelah satu dua kali mempercayai seseorang, tapi masih ada banyak tempat berbagi, bukan? Dunia luas dengan banyak karakter manusia didalamnya. Ada beberapa orang diantara Beratus juta orang yang bisa menerima kita bukan hanya untuk keuntungan diri mereka sendiri.

"Kenapa? Lo jatuh cinta sama pipi gue?" Celetuk Rangga setelah menyadari pandangan Yuki. Yuki menabok lengan laki-laki itu gemas. Jujur, dulu Yuki sempat merasa bahwa dunia Rangga begitu berwarna, seceria bajunya, seramai orangnya. Tapi setelah kejadian ini, dia yakin nggak ada orang tanpa masalah. Yang berwarna itu bajunya, aksesorisnya. Yang ramai itu lahirnya. Dalamnya? Siapa tahu...

"Najis." Yuki membereskan barang-barangnya bersiap keluar.

"Gini-gini banyak yang ngefans, tauuu."

"Anak alay, kali? Kak Rangga kan alay." Jawabnya sambil berlalu. Joshua yang kebetulan baru datang langsung menaik-naik kan alisnya usil, membuat Yuki nyengir.

"Suka sama stile fashion gue dong, Kuy..."

"Stile fashion tahun dua ribu antah berantah."

"Wakakakak." Astrid dan Jordi yang mendengarnya ngakak seketika.

********

Al mengerang, badannya terasa sakit semua setelah semalaman tidak bisa tidur dan hanya berdiam diri dengan satu gaya. Gaya frustasi.

Ia menelengkan wajah kesamping, melirik ponselnya yang tergeletak begitu saja. Masih belum ada pesan balasan dari Alysa. Tiba-tiba saja ia menjadi begitu kesal, bukankah sudah jelas-jelas gadis itu menduakannya? Kenapa juga dia masih menunggu-nunggu?

✔️Tembok Vs Mercon (I Don't Know , I love U) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang