20. Calon istri

1.7K 275 35
                                    

Senyum-senyum nggak jelas. Yah... Hal itulah yang sedang Al lakukan saat ini. Ia bahkan mengganti nama Yuki Katrok di kontaknya menjadi calon istri.

Hahaha. Lihat, siapa coba yang jatuh cinta sekarang? Seolah cermin di kamarnya mengatakan hal itu sambil terpingkal, memasang wajah menyebalkan, sambil memandang congkak.

Al tak peduli. Di lemparnya bantal kesana, kemudian mengangkat satu alisnya, mengisyaratkan peperangam pada siapa saja yang berani mengusik hatinya saat ini.

"Hai, calon istri..." sapanya pada gadis cantik di layar ponsel, lagi-lagi sambil nyengir aneh. Gadis itu masih sama, memejamkan mata sembari tersenyum di antara hamparan kebun teh.

"Ia mas, ada apa? Kangen sama akyiu??" tiba-tiba suara kemayu terdengar dari belakang Al. Sebuah kecupan basah mendarat di pipinya sebelum ia berhasil memutar mata, melihat siapa di balik suara bariton menggelikan itu.

"Anj..." Al kesal bukan main. Ia segera berdiri sambil melotot pada sosok bongsor dengan kecupan basahnya itu. El menahan dagunya dengan tangan kiri, dan melambai genit dengan tangan kanannya.

"Haaaaii calon suamii..." sapanya masih dengan suara manjah.

Demi kegantengan Tarmin. Mimpi apa gue punya adek semiris ini? Kayaknya udah stadium akhir, sih.. Apa gue siapin pemakamannya aja, yah?

"Lo apaan sih, El? Jorok lo!" Alis Al bertaut. Ditariknya tisyu diatas meja, kemudian mengelap bekas ciuman adiknya.

"Gue cuma nyoba merealisasikan bayangan lo aja kok, kak... Maybe, ciuman kak Yuki lebih basah dari itu?"

Kok serem ,yah, jadinya?

"Btw, Yuki nggak seganjen lo"

"Belom aja... "

"Maksud, lo?" Al kembali ketempat duduknya.

"Kalo udah di dapetin juga bakalan keluar manjanya... All women same just."

"Lo ngomong apaan, sih? Itu bahasa inggris artinya apa?" Al tambah gedeg aja denger adeknya ngomong. Nih anak beneran kuliah di luar negri nggak, sih? Dia jadi khawatir kampus El jadi kandang ayam gara-gara El kuliah di sana. Bahasa inggris aja nggak jelas.

"Semua wanita sama saja."

"Serah lo, deh!"

"But, kak Yuki lain from lainnya."

"Kadang-kadang kuping gue budek, sih.. Jadi percuma lo ngomong " Al makin males aja liat muka El. Kepret nih, anak satu.

"Yaudah gue keluar deh.. Keliatannya lo bete."

"Bagus, pergi sono."

"Tapi, kak."

"Apa lagi?"

"Jangan lupa beli kurekan kuping, takut lo nggak denger waktu kak Yuki teriak sambil ngomong,Q mas... Calon suami... " El kembali melambaikan tangannya dengan wajah di buat sekemayu mungkin. Dan sebuah lemparan bantal hampir saja mendarat di wajahnya.

"Bungkusan semen!"

********

Yuki sadar, dari dulu tak ada satupun yang bisa melawan perkataan papa di rumahnya. Mungkin terkesan menyeramkan bagi orang lain, tapi tidak untuk Yuki dan adik-adiknya. Hal ini di sebabkan karena budaya Jepang dan Indonesia begitu berbeda, di mana di Jepang kesopanan sangat di junjung tinggi. Dan itulah yang selalu beliau tekankan pada ketiga putrinya, terutama Yuki.

"Papa sudah putuskan, jangan memohon lagi."

"Tapi, Pa... Teteh nggak cinta sama Al." Yuki masih berusaha membujuk papanya. Cuping telinganya memerah. Terdengar desahan lelah di seberang sana.

✔️Tembok Vs Mercon (I Don't Know , I love U) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang