7. Agen bantet

1.5K 239 19
                                    


Carla memasang tampang seriusnya. Alis hampir bertaut, mata fokus dibuntal kaca mata hitam merk mahal. Tak lupa pula masker yang sengaja ia comot dari meja kasir Rumah sakit.

"Taraaaaaaa!!"

Ia berteriak sambil memperagakan gaya joget ala sound the sheep. Dua tangan di atas, dua kaki terbuka lebar. Jaket kebesarannya yang benar-benar kebesaran, membuat badannya semakin mirip buntelan kentut.

"Demi apa, akhirnya gue tidur di rumah lagi! Hahaha." Ia tertawa bahagia. Hampir seminggu rasanya hidup begitu sepi, tidak berwarna dan membosankan. Makanan yang itu-itu saja, ketemu suster yang itu-itu saja, dokter itu lagi-itu lagi. Dan yang paling membosankan adalah, ya Tuhaan... kenapa bang Eky lagi yang ada di sebelahnya? Please, adakah aplikasi untuk edit wajah kakak di dunia ini..?

"Lo mau kemana lagi?" Tiba-tiba makhluk abstrak itu muncul di balik pintu. Carla mendengus kesal. Perasaan cuma dibatin, kenapa langsung disini?

"Mau tidur, lah... " Katanya, kemudian langsung loncat dengan gaya bajing, berbaring di kasur masih mengenakan perlengkapan anehnya. Kaca mata hitam, masker, jaket dan sarung tangan.

"Tidur itu pake piyama, bego, kenapa lo malah pake jaket sama peralatan perang gitu?" Eky mendorong pantat adiknya dengan kaki hingga gadis bulat itu hampir jatuh dari kasur. Bukannya dia tidak sayang pada Carla, bahkan ia sangat menyayangi gadis 16 tahun itu. Tapi tumbuh besar sendiri tanpa orang tua membuat mereka terbiasa melakukan hal-hal seperti ini meski orang lain menganggapnya tabu dan aneh.

"Bang Ekyyy!! Pelan-pelan, napa? Adek baru sembuh udah dianiaya.. gue nggak ada ntar lo nyesel, loh!" sungut Carla.

"Lo mau dibantai, yah? Gue kan udah bilang jangan ngomong yang nggak-nggak, gue kuat bayarin perawatan lo!"

"Tapi percuma!" tiba-tiba suara Carla berubah, membuat Eky tercekat.

"Ganti baju lo, tidur yang bener, jangan keluar beberapa hari ini, atau lo nggak boleh keluar untuk selamanya!" Wajah kecewa Eky begitu terlihat oleh Carla. Tiba-tiba suasana hatinya langsung berubah.

Ia tahu, sebagai anak pertama, Eky memegang banyak sekali tanggung jawab. Semenjak orang tua mereka meninggal karena kecelakaan beberapa tahun lalu, Eky yang saat itu masih baru masuk kuliah terpaksa pindah jurusan, karena secara otomatis setelah dia lulus, perusahaan akan jatuh ke tangannya.

Belum lagi kondisi Carla yang berbeda dari anak lainnya, membuat Eky semakin ekstra berhati-hati dalam segala hal. Ia mengorbankan masa mudanya demi mengurus perusahaan dan adiknya. Bahkan diusianya yang sudah menginjak 26 tahun, Eky sama sekali tidak pernah memikirkan percintaan.

Carla mengusap air matanya, dia berharap sembuh. Sangat-sangat berharap. Bahkan membayangkan sehat dan bisa segera meringankan beban kakaknya, tapi lama kelamaan harapannya pupus. Keadaannya semakin memburuk. Eky berkali-kali mengatakan Bahwa ia punya banyak uang dan bisa membuatnya sembuh, tapi Carla bukan anak kecil. Dia sudah cukup mengerti bahwa tak ada harapan tanpa jantung yang cocok.

*******

"Sepuluh, dua puluh, empat puluh, delapan puluh, seratus!" Hitung Carla dengan dada deg-deg-an.

Ia mencoba menenangkan hatinya sendiri beberapa saat sebelum bertemu dengan Al, meyakinkan dirinya bahwa hitungan satu sampai seratus akan berhasil. Ternyata terlalu banyak. Cara satu-satunya hanya dengan membaca bilangan puluhan bulatnya saja, tapi tetap tidak berhasil. Detak jantungnya masih saja memburu.

Ia tahu, Al susah di dekati. Siapapun mengerti anak pertama musisi kenamaan itu seperti membuat lingkaran sendiri diantara para anak artis lainnya. Auranya menakutkan, ekspresinya datar, bicaranya sedikit hemat. Carla menyebutnya Mr. Tembok, cocok kan? Yang satu kayak mercon, nyerocos terus, yang satunya hemat bicara, hemat ekspresi.

✔️Tembok Vs Mercon (I Don't Know , I love U) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang