Part 17

2.7K 74 0
                                    

Lacey melihat wanita berambut cokelat pirang itu memasuki gedung Drean Group dengan menggunakan dress yang sangat mencolok. Wanita itu berjalan menuju meja receptionist, Lacey tidak dapat mendengarnya karena jarak mereka cukup jauh. Lacey yang tadinya ingin meminta office boy untuk membuat teh untuk dirinya sendiri menjadi tertunda karena ia melihat wanita itu.

Wanita itu, yang Lacey tau namanya adalah Gwen. Setelah dari meja receptionist, Gwen masuk kedalam lift para petinggi jabatan. Lacey ingin menyusulnya namun ia ragu jadi ia memutar arah ke lift untuk pegawai. Sebenernya, ia takut kalau wanita itu akan pergi menemui Kevin tetapi untuk saat ini ia tidak punya kepentingan untuk menemui kekasihnya.

Sudah setengah jam Lacey hanya memandang komputer tanpa mengerjakan data yang seharusnya dikerjakan. Pikirannya masih melayang apa yang sedang terjadi antara Kevin dengan wanita itu.

"Hey ngelamun aja!" Kata Odi.

"Heh? Engga kok" Lacey tersenyum kikuk.

"Nih mendingan anterin berkas ini ke ruangan CEO daripada ngelamun." Odi memberikan berkas-berkas di meja Lacey.

"Sekarang?" Tanya Lacey sambil melihat berkas-berkas yang bertumpuk di mejanya.

"Tahun depan." Jawab Odi asal.

"Ya sekaranglah, Lacey." Jawab Odi lagi.

"Ini banyak banget. Berdua deh gimana?" Tawar Lacey.

"Aduh gabisa. Gue juga lagi banyak kerjaan nih makanya gue nyuruh lo."

Lacey menghela nafasnya, "Yaudah deh." Lacey menyusun berkas-berkas yang ingin dibawanya.

Sesampainya di lantai CEO berada, Lacey mengecilkan suara hak sepatunya. Lacey melirik ke arah meja sekretaris Kevin tapi tidak ada orang.

Pintu ruangan itu sedikit terbuka jadi Lacey dapat mendengarkan apa yang dibicarakan didalam. Lacey mendengar suara perdebatan didalam. Namun, tidak begitu jelas. Tetapi sedetik kemudian tidak ada suara perdebatan lagi.

Dengan akhirnya, Lacey membuka sedikit pintu dengan kaki secara hati-hati. Tetapi, Lacey malah dikejutkan pandangannya kali ini. Wanita itu dan Kevin sedang berciuman. Secara tidak sengaja Lacey menjatuhkan berkas-berkas yang dibawanya sehingga menimbulkan suara yang membuat Gwen dan Kevin menoleh ke sumber suara.

Mata Lacey sudah tidak tahan untuk mengeluarkan air mata ketika matanya bertemu dengan mata Kevin. Mata Lacey menandakan ia kecewa dengan apa yang dilihatnya sekarang. Hati yang tadinya utuh menjadi hancur berkeping-keping.

"Lacey.. Aku bisa jelaskan." Kata Kevin.

Tanpa mau menunggu ucapan Kevin, Lacey langsung pergi dari hadapan Kevin saat itu juga. Menurutnya, Kevin tidak perlu menjelaskan apa yang terjadi lagi karena apa yang dilihat sudah cukup jelas. Sesampainya diruangan kerjanya, Lacey langsung menutup pintu dan menguncinya. Lacey menutup mulutnya agar tidak menimbulkan suara isak tangisnya.

Sudah 5 jam Lacey menatap layar komputernya tanpa mengerjakan tugas-tugasnya. Pikirannya masih melayang entah kemana. Mengingat kejadian tadi siang membuat hatinya hancur lagi. Lacey melirik jam yang ada di atas meja kerjanya.

"Sudah jam 5 sebaiknya aku pulang." Lacey menghembuskan nafasnya dengan kasar. Dia membereskan barang-barangnya dan tak lupa dia memakai masker untuk menutupi wajahnya yang sudah kusut walaupun mata sembabnya masih terlihat jelas.

Lacey membuka kunci dan memutar knop pintunya. Saat baru satu langkah dia keluar dari ruangannya, wajah yang tidak ingin dia lihat saat ini pun muncul. Karena itu, Lacey mempercepat langkahnya untuk keluar dari gedung kantor dan berpura-pura tidak melihat Kevin.

Namun, langkahnya tiba-tiba berhenti karena ada tangan yang menahannya. Saat memutar tubuhnya, Lacey menabrak dada kokoh Kevin dan seketika Kevin langsung memeluk tubuh kekasihnya.

"Sayang.. dengarkan dulu penjelasanku." Gumam Kevin.

Hati Lacey ingin membalas pelukannya tetapi otaknya menolak keras untuk membalas pelukannya. Sehingga tangan Lacey mendorong dada Kevin untuk menjauh dan pergi dari hadapannya.

"Aku antar ya?" Tangan Kevin meraih tangan Lacey yang bermaksud untuk menghentikan langkah Lacey.

Lacey menoleh ke arah kekasihnya "Tidak perlu." Lacey langsung melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.

Lacey melangkah ke jalanan dan melambaikan tangannya ke taksi. Saat ingin membuka pintu, tiba-tiba pintu taksi tersebut tertutup kembali.

"Pulang denganku atau aku gendong." Ucap tegas Kevin.

"Tidak mau." Lacey masih bersikeras untuk tidak pulang dengan Kevin walaupun hatinya sedikit takut jika Kevin benar-benar melakukan yang diluar pikirannya.

"Baiklah kalau begitu." Kevin membungkuk dan menggendong tubuh Lacey seperti menggendong karung beras.

Tentu saja Lacey memberontak. Ia memukul punggung tegap Kevin. "Turunkan aku, aku bisa jalan sendiri."

"Tidak, jika kau aku turunkan sudah dipastikan kamu akan kabur." Kevin membuka pintu disebelah pengemudi dan menjatuhkan Lacey ke tempat duduk tersebut.

"Memangnya aku karung beras!" Ia masih tak terima dengan kejadian gendongan tadi.

Kevin tidak menjawab ucapan Lacey barusan. Kevin langsung ke tempat pengemudi dan memasang seat belt.

"Dasar pemaksa!" Kata Lacey.

"Aku bukan pemaksa kalau kamu tidak keras kepala." Jawab Kevin.

Lacey menunduk dan menopang wajahnya dengan tangannya. Dia menangis. Dia kecewa terhadap kejadian tadi siang dan dia kesal dengan Kevin.

"Lacey.. sayang." Kevin mengelus puncak kepala Lacey. Tangisan Lacey semakin terdengar jelas.

Kevin melepas seat belt-nya dan menarik Lacey kedalam pelukannya.

Obsessed With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang